Meskipun ini bukanlah yang pertama kalinya, akan tetapi Sena tetap tidak bisa memungkiri jikalau hatinya terlalu sakit untuk menerima kenyataan saat ini. Lagi, wanita itu dibuat tak b*******h sama sekali dalam melakukan kegiatan apapun. Bahkan sampai detik ini Sena lebih memilih di dalam kamar. Mengingat kembali masa-masa suka dan duka bersama Reino. Sena duduk di sofa yang ada di dekat jendela kamarnya. Menatap arah jalan yang tidak banyak kendaraan lalu lalang di sana. Mengabaikan semua pesan, email, dan juga panggilan dari entah siapapun itu. Di tambah lagi dia juga menolak untuk makan. Entah, perasaannya yang carut marut, tetapi kenapa selera makannya juga ikutan hancur seperti ini. Padahal Sena harus tetap makan demi janin yang ada di dalam kandungannya. Tetapi selera makannya be