bc

Belenggu Dendam dan Cinta Sang Miliarder

book_age18+
54
IKUTI
1K
BACA
revenge
dark
contract marriage
BE
age gap
badboy
boss
mafia
bxg
cruel
like
intro-logo
Uraian

Sabrina Maria Piqe mengganti namanya menjadi Hazel Maria Dorne. Kekasihnya menikahi perempuan lain. Keluarga kandung yang baru ditemukannya ternyata meninggal dalam kebakaran rumah yang disengaja.

Dokter muda berusia 24 tahun itu akhirnya pindah dari Ekuador ke Inggris untuk mengikuti orang tua angkatnya. Tanpa Hazel tahu jika ia diangkat anak hanya demi kepentingan dua orang yang mengaku sahabat orang tuanya yang sudah meninggal.

Hazel dipaksa menikah dengan Ace Oliver Fermont untuk menyelamatkan bisnis orang tua angkatnya.

Ace Oliver Fermont, seorang CEO sebuah perusahaan otomotif terbesar di Inggris. Berusia 35 tahun. Di depan banyak orang, dia adalah seorang pengusaha tampan, kaya raya, berkharisma yang memiliki reputasi baik. Tidak ada yang tahu jika pria itu menyembunyikan sesuatu. Bisnis gelap yang membuat pria itu menjadi pribadi yang berbeda. Dia adalah sang pangeran Mafia yang kejam dan tidak punya nurani.

Apa yang akan terjadi saat Hazel masuk ke dalam hidup sang Mafia berkedok CEO tersebut? Dan apa yang akan terjadi ketika Oliver mengetahui jika istrinya ternyata adalah adik kandung perempuan yang pernah mengkhiantai dan membuat hidupnya nyaris hancur?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Pertemuan Hazel dan Oliver.
“Kamu harus menikah dengan tuan Oliver, Hazel. Perusahaan suamiku akan bankrut tanpa suntikan dana darinya.” “Apa karena itu kalian mengakuiku sebagai keluarga? Aku sudah lebih dari dewasa untuk menentukan jalan hidupku.” “Hazel … kamu satu-satunya harapan kami. Tolong kami, Hazel. Dulu kami yang membantu keluargamu.” “Malam ini Tuan Oliver ingin bertemu denganmu. Tolong temui dia.” **** Hazel menarik napas panjang ketika sekelumit percakapan dengan ibu angkatnya berputar di dalam kepalanya. Wanita itu menahan sesaat napasnya, sebelum menghembus perlahan. Demi membalas budi kepada dua orang yang pernah membantu orang tuanya--Hazel akhirnya memenuhi keinginan orang tua angkatnya untuk datang menemui seorang pria bernama Ace Oliver Fermont. Hazel mengatur tarikan napasnya. Wanita itu menyiapkan dirinya sebelum akhirnya mendorong daun pintu kemudian keluar dari dalam mobil. Kakinya terhela dua kali. Hazel memutar kepala--memperhatikan mobil yang baru saja mengantarnya bergerak menjauh. Wanita itu meremas tas di tangannya. Setelah merasa siap, Hazel mengayun kembali langkah kakinya. Pintu kaca terbuka, wanita itu berjalan masuk. Papa angkatnya sudah memberitahu dimana dia harus menemui pria yang kerap disapa dengan panggilan Oliver tersebut. Kaki Hazel terus bergerak menghampiri sebuah pintu ruang privat di sebuah restoran berbintang micheline yang sangat terkenal di kota London. Wanita itu malam ini memakai gaun panjang tanpa lengan warna navy yang dilapisi dengan mantel lengan 7/8 warna coklat. Rambut panjang lurus berwarna kecoklatan ia gulung ke atas. Sepasang kakinya berbalut heels coklat 12 centimeter. Tangan kirinya menenteng tas tangan dengan warna sama seperti mantelnya. Menghentikan ayunan kaki di depan pintu ruangan privat, tangan kanan wanita itu terangkat. Mengetuk dua kali daun pintu. Belum juga tangan kanannya turun, daun pintu di depannya sudah terbuka dari dalam. Membuat Hazel sedikit terkejut hingga refleks menarik satu langkah ke belakang. Bola mata wanita itu bergerak. “Silahkan, Nona. Tuan Oliver sudah menunggu.” Seorang pria dengan stelan jas warna hitam membuka pintu lebih lebar. Mempersilahkan tamu yang sudah ditunggu oleh sang bos untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Hazel mengangguk. Wanita itu menelan saliva susah payah. Aura dingin langsung terasa begitu langkah kakinya melewati ambang pintu. Hazel memegang tas tangannya lebih kuat. Jantungnya mulai berdebar lebih cepat. Di depan sana, di salah satu kursi—duduk seorang pria yang kini memutar kepala ke arahnya. Langkah kaki Hazel masih terayun. Menahan susah payah keinginan untuk berbalik lalu berlari keluar dari dalam ruangan tersebut. “Selamat datang … Hazel Maria Dorne.” Suara bariton yang terdengar membuat bulu kudu Hazel meremang. Sekalipun pria itu menatapnya dengan senyum tipis, namun suara yang keluar dari celah mulutnya terdengar penuh tekanan dan ancaman. Wanita itu menghentikan ayunan kaki di depan pria yang masih belum mengalihkan tatapan darinya. Suara tarikan kursi terdengar. Hazel refleks menoleh. “Mantelnya, Nona.” Pria yang sebelumnya membuka pintu sudah berdiri di sebelah Hazel. Menarik punggung kursi, lalu meminta mantel yang dikenakan oleh Hazel. Tidak hanya bicara, pria tersebut berniat untuk membantu Hazel melepas mantelnya. Namun, tangan pria itu urung bergerak begitu mendengar suara sang tuan. “Jauhkan tanganmu darinya, Tom. Hanya aku yang boleh menyentuhnya. Camkan itu.” “Baik, Tuan.” Pria yang dipanggil Tom itu langsung menundukkan kepala kemudian menarik langkah ke belakang. Menjauh dari sosok perempuan cantik yang baru pertama kali ia lihat. Lagi, terdengar suara ketika kaki kursi bergesekan dengan lantai. Pria yang sebelumnya masih duduk itu kini beranjak dari tempat duduknya. Menarik langkah keluar dari balik meja, lalu berjalan memutari meja yang di atasnya sudah tersaji makanan dan minuman. Hazel berdiri kaku saat mencium aroma maskulin pria yang kini berdiri di belakangnya. Setelah itu, ia bisa merasakan tangan seseorang menarik turun mantel yang melapisi tubuh bagian atas. Bulu kudu Hazel semakin meremang kala merasakan hembusan napas hangat di lehernya. “Aku suka aroma tubuhmu.” Hazel menelan susah payah salivanya. D*da wanita itu bergerak naik turun dengan cepat. Sepasang bibir yang terpulas lipstik warna merah menyala itu masih tertutup rapat. “Duduklah.” Satu kata yang terdengar seperti sebuah perintah di telinga Hazel. Membuat Hazel menarik langkah ke depan, lalu menurunkan p****t ke atas kursi. Oliver memberikan mantel yang sebelumnya dipakai Hazel kepada bodyguardnya. Pria itu kemudian kembali berjalan ke seberang meja. Duduk berhadapan dengan Hazel. Oliver menatap sosok perempuan yang duduk di depannya. Satu sudut bibir pria itu terangkat. “Ternyata Hendry tidak berbohong. Putrinya sangat cantik.” Pria itu tersenyum. Sepasang matanya mengecil. “Tinggalkan kami, Tom.” Perintah Oliver yang langsung dipatuhi oleh sang bodyguard. Oliver mengangkat botol lalu mengisi gelas kosong yang ada di depan Hazel. “Namamu secantik parasmu,” puji sang CEO. Meletakkan botol kembali ke atas meja, Oliver kemudian mengangkat gelas di depannya. Dengan tatapan matanya, pria itu membuat Hazel mengangkat gelas di depannya. Oliver tersenyum. Pria itu memutar pelan gelas bertangkai berisi cairan merah, sebelum kemudian membawa tepi gelas tersebut ke sela bibir. Sementara sepasang matanya tidak melepas sosok perempuan cantik di depannya. Oliver bukan pria yang tidak pernah bertemu dengan perempuan cantik. Setiap hari dia dikelilingi perempuan cantik. Dia bisa memilih siapapun perempuan yang diinginkan. Selebgram, selebritis, model, apalagi perempuan malam. Semua bisa dengan mudah Oliver dapatkan. Semudah ia menjentikkan jarinya. Namun, ada sesuatu yang membuatnya langsung tertarik pada perempuan di depannya. Hazel, berbeda dengan perempuan-perempuan cantik yang selalu berusaha mendekatinya. Hazel tidak menatapnya dengan tatapan kekaguman. Hal itu justru membuatnya tertarik. Ia merasa tertantang. Hazel membalas tatapan lekat pria di seberang meja, sementara tangan kanannya bergerak mendorong pelan kaki gelas hingga cairan merah itu mengalir masuk ke dalam mulutnya. Ia berharap pria di depannya tidak menyukai dirinya. Ia berharap Oliver akan menggagalkan rencana pernikahan itu. Hazel mengembalikan gelas ke atas meja. Wanita itu menarik pelan napasnya. “Ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya Oliver seolah bisa membaca pikiran Hazel. Membuat Hazel mengerjap. “Katakan saja. Apa yang kamu inginkan?” Hazel menelan saliva sebelum memberanikan diri membelah sepasang bibirnya. “Saya tahu anda bisa mendapatkan perempuan seperti apapun yang anda inginkan,” buka Hazel. Sepasang mata dengan bulu-bulu lentik itu bergerak saat melihat pria di depannya tersenyum sambil mengangguk beberapa kali. “Lalu?” “Saya bukan siapa-siapa. Banyak perempuan yang jauh lebih cantik di luar sana.” Alis Hazel bergerak melihat pria di depannya kembali mengangguk. Ada perasaan sedikit lega. “Saya tahu orang tua saya sangat membutuhkan suntikan dana dari anda.” Oliver menggerakkan kepala turun naik beberapa kali. “Tolong bantu perusahaan papa. Saya bersedia menjadi pembantu anda untuk membalas kebaikan anda.” “Pembantu?” tanya Oliver terkejut. Melihat anggukan kepala Hazel, Oliver terdiam. Wanita di depannya tidak menginginkan menjadi istrinya? Padahal di luar sana banyak perempuan yang menginginkan posisi itu. “Saya janji akan melakukan pekerjaan saya dengan baik. Tolong bantu orang tua saya.” Oliver masih diam, hanya menatap semakin lekat Hazel. Sampai kemudian pria itu membuka mulutnya. “Kamu tidak ingin menjadi istriku?” Hazel tanpa berpikir panjang langsung menggeleng. Membuat ekspresi wajah Oliver seketika berubah. “Kenapa?” Hazel menarik pelan napasnya. Memikirkan jawaban yang bisa membuat Oliver setuju dengannya. Butuh nyaris satu menit sebelum jawaban itu keluar dari mulut Hazel. “Karena saya tidak akan bisa membagi suami saya dengan perempuan lain. Sementara saya tahu, anda bisa mendapatkan banyak wanita di luar sana.” “Baiklah.” Hazel tersenyum. Berpikir Oliver setuju dengannya. Akan tetapi, kalimat Oliver yang terdengar selanjutnya membuat senyum di wajah Hazel langsung lenyap seketika. “Aku akan mempercepat pernikahan kita. Minggu depan kita akan menikah, Hazel.”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
23.0K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
154.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
182.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
231.0K
bc

TERNODA

read
195.2K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
20.1K
bc

My Secret Little Wife

read
129.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook