Bulan madu yang seharusnya membutuhkan waktu 3 hari terpaksa diperpanjang menjadi satu minggu, Bayu tidak ingin kedua pihak keluarga panik saat melihat luka ditubuh Larasati yang belum membaik sejak penganiayaan itu.
"Lebih baik kita pulang saja Mas, berada di negara ini tanpa melakukan apa-apa sama saja bohong, buat apa buang-buang uang untuk membayar kamar hotel dan makanan yang sama sekali tidak aku sukai, jadi lebih baik kita pulang" Larasati mencoba turun dari ranjangnya, tapi Bayu langsung membulatkan kedua bola matanya agar Larasati membatalkan niatnya untuk turun dari ranjang, tapi Larasati tetap berkeras.
Rasa bosan hanya berbaring diranjang sejak keluar dari rumah sakit 2 hari yang lalu membuatnya ingin segera pulang dan lebih memilih bermain dengan Aisha daripada tidur satu kamar dengan manusia dingin yang hanya berkutat dengan dokumen dan dokumen bahkan untuk memberikan sedikit perhatianpun tidak.
"Nanti saja, luka kamu belum sembuh" jawab Bayu acuh dengan mata tidak sekalipun melirik lawan bicaranya, matanya masih fokus membaca dokumen yang dipegangnya.
"Jadi Mas memilih memperpanjang 'bulan madu' ini karena takut ditanya 'loh Laras luka kamu kenapa?' atau 'memangnya suami kamu nggak jagain kamu ya disana?' gitu Mas?" tanya Larasati dengan keras dan sengaja mempertegas kata bulan madu yang sebenarnya jauh dari kata bulan madu normal.
"Iya dan nggak usah pake emosi kalo ngomong sama suami" balas Bayu lagi sambil menatap Larasati, Larasati menghembuskan nafasnya berulang kali agar emosinya menurun.
"Suami? Tumben ngaku suami? Ah sudahlah jika diperpanjang perdebatan ini hanya akan menambah asam diluka yang belum mengering ini" ujar Laras dalam hati, ia memilih kembali berbaring dan mencoba memejamkan matanya. Bayu tersenyum sinis saat melihat akhirnya Larasati mengalah dan tidak membahas masalah pulang ke Indonesia.
Bagi Bayu alasannya memperpanjang bulan madu tidak saja untuk menghindar dari pertanyaan tentang luka yang dialami Larasati, tapi juga untuk menghindar dari Aisha... anak Larasati yang belum siap ia temui, tidak untuk saat ini. Ia butuh waktu beberapa hari lagi agar bisa terlihat menerima meski hatinya menolak kehadiran anak itu yang baginya hanya alat untuk mempermudah saat menceraikan Larasati kelak.
****
Seminggu berada di kota Praha tanpa melakukan apa-apa serasa setahun, hari kepulangan mereka akhirnya tiba, Larasati terlihat antusias dan berharap dirinya segera sampai di Indonesia, rasa rindu sudah teramat dalam untuk bertemu dengan Aisha yang diharapnya datang saat menjemputnya di bandara.
"Mommyyyyy" teriakan Aisha langsung membuat wajah Larasati yang keruh akibat bosan selama diperjalanan hanya diam membisu berubah cerah dan ia langsung menggendong Aisha, wajah chubby putrid-nya itu habis ia ciumi seakan sudah sangat lama mereka tida bertemu.
"Wah kamu semakin besar dan montok, pasti makannya banyak" goda Larasati, Aisha tersenyum riang dan matanya langsung melirik ke kiri dan ke kanan mencari sosok yang sangat ingin ia temui itu.
"Daddy mana ya" matanya masih sibuk mencari sosok yang sangat ia inginkan sebagai ayah-nya, matanya langsung berbinar saat melihat seseorang keluar dari pintu bandara.
"Daddyyyyy" teriak Aisha, Larasati langsung menurunkan Aisha dari gendongan dan merasa kagum Aisha bisa langsung mengetahui Bayu suuami dan juga Daddy-nya tanpa berkenalan terlebih dahulu. Mata Larasati melihat arah pintu dan rasa kagum-nya berubah menjadi rasa malu saat bukan Bayu yang dipeluk Aisha. Larasati langsung menghampiri Aisha dan hendak meminta maaf tapi bukannya maaf yang diucapkannya yang ada tawa renyah saat mengetahui Danu-lah yang dipeluk Aisha.
"Mom, ini Daddy ya?" tanya Aisha dengan lugu.
"Ya ampun Aisha, Uncle ini bukan Daddy kamu... ayo minta maaf dulu sudah main peluk tanpa minta izin dulu" ujar Larasati sedikit merasa tidak enak kepada Danu, Aisha terlihat kecewa baginya Uncle yang sering dilihatnya menjemput Varent merupakan sosok Daddy idamannya, dan saat melihat Danu keluar dari bandara yang sama dengan Larasati ia pikir Danu yang akan menjadi Daddy baru-nya.
"Hahahaha nggak apa-apa kok Laras, ternyata Aisha anak kamu?" tanya Danu yang kaget saat mendengar Aisha memanggil Larasati dengan panggilan Mommy, Larasati hanya bisa mengangguk.
"Wah dunia sempit ya, ternyata Aisha dan Varent, anak Mas satu sekolah loh... iyakan?" tanya Danu, Aisha langsung mengangguk, matanya kembali mencari sosok yang mungkin menjadi Daddy-nya. Saat melihat Bayu keluar dari pintu bandara dengan dingin, tanpa ekspresi dan memakai kacamata hitam membuat Aisha langsung menggelengkan kepalanya.
"Nggak mungkin Om itu Daddy Aisha, Om itu dingin dan kayaknya galak... hiiiiii nyeremin kayak tikus di got"
"Nah itu dia Daddy-nya Aisha" tunjuk Danu saat melihat Bayu berjalan menghampiri mereka, Bayu yang semenjak tadi melihat keakraban Danu, Larasati dan anak kecil yang ada didekat Larasati sedikit merasa tidak nyaman, makanya ia memilih untuk berlama-lama didalam.
"Om dingin ini yang bakal jadi Daddy? Ya ampun...." rutuk Aisha dalam hati, Bayu membuka kacamatanya dan melihat kearah Aisha, ia tersenyum meski terlihat sangat kaku. Larasati tidak berhenti melihat bagaimana interaksi antara Aisha dengan Bayu yang menurutnya lucu.
"Om yang bakal jadi Daddy Aisha?" tanya Aisha blak-blakan, Bayu mengangguk dan menjulurkan tangannya dengan angkuh, Aisha langsung menggeleng dan membuat gerakan seakan mereka bukan muhrim, "sorry ya Om... bukannya Ai nggak mau balas uluran tangan Om tapi tangan Ai kotor dan banyak kuman, takutnya Om mencret" sambungnya lagi dengan wajah tegas tapi menggemaskan.
"Hey bocah nakal... baru kamu yang berani menolak uluran tangan Bayu Anggara Dinata, boleh juga anak ini, kita lihat siapa yang akan bertekuk lutus untuk pertama kalinya, saya atau anda nona cilik" gerutu Bayu dalam hati, tangannya yang sudah terulur tadi langsung mengacak-acak rambut Aisha.
"Daddy... mulai hari ini kamu wajib memanggil saya Daddy, paham?" ujar Bayu sambil menyentil hidung Aisha sedikit keras, bahkan Aisha sampai mengerang kesakitan.
"Mommmmm" rengek Aisha yang kesal diperlakukan seperti anak bayi oleh Bayu, Larasati hanya bisa tertawa melihat bagaimana Bayu yang dingin, galak, cuek dan acuh menjadi terganggu karena keberadaan Aisha, Danu hanya bisa tersenyum melihat bagaimana interaksi antara Bayu, Larasati dan Aisha yang menurutnya sudah cocok sebagai sebuah keluarga.
"Ayo pulang" dan seperti biasa Bayu selalu memilih jalan terlebih dahulu meninggalkan Larasati dan Aisha dibelakangnya.
"Om eh Daddy tunggu Ai dan Mommy dulu bisa nggak! Langkah kakinya jangan gede-gede dong, Ai nggak bisa susul nih!" seru Aisha dari belakang, mendengar teriakan Aisha semakin membuat Bayu memperbesar langkahnya, Aisha yang nggak mau kalah menarik tangan Larasati agar bisa menyusul Bayu.
"Aisha, Mommy bisa jatuh nih"
"Buruan Mom, Ai nggak mau kalah dari Om dingin itu... lihat saja siapa yang bakal menang, Ai atau Om Kulkas itu" ujar Aisha dengan mata berapi-api.
"Daddy sayang... panggil Om kulkas itu dengan panggilan Daddy" ujar Larasati kembali mengingatkan agar Aisha memanggil Bayu dengan panggilan Daddy bukan Om.
"Iya iya Daddy kulkas"
****
Sesuai kesepakatan bersama setelah menikah Bayu dan Larasati memilih hidup terpisah dari Ibu Cokro, Bayu sudah berpengalaman dan hidup serumah dengan Ibu yang suka ikut campur akan membuat langkahnya terganggu dan demi kelangsungan rencananya dengan terpaksa ia memilih tinggal bersama Larasati dan Aisha di apartemen miliknya.
"Mom, kita kenapa tinggal disini sih... enakan dirumah Grandpa, nyaman dan tenang... sedangkan disini?" Aisha melihat kearah Bayu yang sedang membuka jas miliknya, aroma dingin kembali dirasakan Aisha setiap ia memandang Bayu.
"Mulai hari ini kita memang harus tinggal disini sayang, Mommy kan sudah menikah dengan Daddy, jadi dimanapun Daddy tidur Mommy juga harus tidur disana" balas Larasati mencoba memberi pengertian tentang status mereka yang sudah berubah, Aisha kembali melirik kearah Bayu dan mendekati telinga Larasati untuk berbisik.
"Memangnya Mommy nggak kedinginan ya bobok disamping Daddy Kulkas? Ai aja langsung masuk angin loh" Larasati langsung tersedak dan tertawa mendengar pertanyaan Aisha, resah dan gelisah langsung hilang saat mendengar pertanyaan Aisha yang lugu.
Bayu mengeram kesal disamakan dengan kulkas, sejak bertemu dengan Aisha di bandara dan sampai di apartemen ia selalu mendengar gerutuan dari mulut bocah yang selalu memanggilnya Daddy Kulkas.
"Bocah nakal!! Memangnya saya sedingin apa sih sampai disamakan dengan kulkas"
"Ehem..." Bayu sengaja mengeraskan suaranya agar dua wanita didepannya berhenti membicarakannya. Larasati langsung berdiri dan membawa Aisha ke kamar yang sudah dipersiapkan Bayu untuk anaknya itu, sebuah kamar dengan semua fasilitas mutakhir bahkan Aisha sampai terkagum-kagum melihat rumah Barbie keluaran terbaru sudah ada disudut kamarnya.
"Boleh juga usaha Daddy Kulkas menarik hatiku... terharu sih, tapi Ai harus buat Daddy tersenyum... andai Daddy tau senyum bisa membuat dirinya yang tampan semakin tampan, upssss" Aisha mengutus kebodohannya saat memuji ketampanan Bayu.
"Nah sekarang Aisha main dulu, Mommy mau bicara dengan Daddy dulu" Aisha langsung mengangguk dan bermain dengan Barbie terbarunya. Larasati mencium pucuk kepala Aisha dan memilih keluar untuk berbicara tentang rahasia Aisha yang mereka sepakati tutupi dari Ibu Cokro.
"Mas... bisa kita bica...ra?" Larasati mencari keberadaan Bayu, sayangnya orang yang dicarinya sudah tidak berada ditempatnya tadi, Larasati membuang nafas "kemana ya Mas bayu" Larasati mencoba membuka ruang yang ada disamping kamar Aisha yang ternyata kamar untuk tamu, ia lalu beralih ke kamar yang ada diujung. Kamar utama dan terdapat foto pernikahannya dengan Bayu, entah siapa yang memajang tapi ia yakin antara Hendra atau Ibu Cokro yang mengatur semua apartemen ini.
"Mas" panggi Larasati pelan tapi tidak ada jawaban, saat hendak menutup pintu Larasati melihat pintu balkon terbuka, ia lalu masuk dan baru beberapa langkah kakinya langsung berhenti saat mendengar perbincangan antara Bayu dengan seseorang yang tidak dikenalnya.
"Aku nggak cinta sama dia! Tolong mengerti!"
Larasati memilih mundur dan menutup pintu kamar kembali, hati siapa yang tidak terluka mendengar dari mulut suaminya langsung kalo lelaki yang telah menjadi teman hidupnya tidak pernah pernah bisa mencintainya.
"Sakit ternyata mencintai tanpa bisa dicintai" Larasati bertekad tidak akan menggunakan perasaannya terlalu dalam saat menjalani pernikahan ini, dirinya terlalu masuk kedalam angan-angan dan impian yang ternyata semu.
"Ya, aku menikah hanya untuk memberi Aisha Daddy... hanya itu!" ujar Larasati dengan penuh percaya diri sebelum memilih masuk kembali ke kamar Aisha, malam ini ia memilih tidur dengan Aisha daripada tidur dengan lelaki yang tidak akan pernah bisa mencintainya.
****