Arfa berjalan mencari taksi, dia masih waras kalau mau mengendarai mobilnya sendiri, dia tak mau mati konyol, setelah mendapatkan taksinya arfa masuk dan memerintahkan supir taksi pergi meninggalkan kantor suaminya.
Setelah sampai di depan rumah arfa keluar dari taksi dan lari masuk ke dalam rumah, dia langsung mengunci pintu dan menutup semua tirai jendela, dia tau agam akan pulang ke sini nanti, dan dia sedang tak mau bertemu dengan suaminya.
Di dalam kamar arfa menangis tanpa suara, suaranya sudah hilang entah kemana, tak bisakah suaminya menghargai perasaan nya? Tak cukup kah pengorbanannya membagi cinta suaminya. Dia tak akan kuat jika bertemu dengan suaminya, tapi sampai kapan dia bersembunyi.
Sudah lah dia tak mau memikirkannya.
Arfa berjalan ke kamar mandi untuk melaksanakan sholat Dzuhur, tadinya dia berniat untuk sholat bersama suaminya.
Tapi setelah melihat semua itu dia tak akan kuat jika harus menunggu suaminya di tempat yang mendadak menyesakan itu.
Setelah selesai sholat arfa berdo'a , entah apa yang dia do'akan hanya dia dan Tuhan yang tau
Setelahnya arfa kembali ke atas ranjang dan menangis sejadi-jadinya, Karna kelelahan menangis arfa tertidur dengan mata yang sembab.
**********"**********
Agam..
Waktu menunjukan pukul 15:23
Agam pulang lebih awal dari biasanya. Dia sudah sangat merindukan arfa, rasanya sudah bertahun tahun dia tak bertemu dengan istrinya itu.
Agam berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobilnya, saat dia melihat ke sisi kanan Agam melihat mobil yang ia kenal.
"Ini mobil arfa"
Agam berjalan ke belakang mobilnya, dia melihat plat mobil yang ada di sana,
"Bener ini mobil arfa, berarti dia ada di sini"
Agam kembali masuk ke dalam kantornya, saat sedang berjalan di koridor, nia datang dan berlari ke arahnya.
"Maaf pak"
"Ada apa nia?"
"Maaf pak, saya boleh nitip ini gak?" Ucap nia seraya menyodorkan Tupperware yang arfa berikan tadi siang
"Ini kan punya arfa"
"Iya, tadi saya di kasih sama bu arfa"
"Loh sekarang arfa dimana?"
"Bu arfa udah pulang dari tadi siang pak"
"Tadi siang? Jam berapa?"
"Bukannya tadi siang Bu arfa masuk ke ruangan bapak?"
"Kapan?"
"Tadi waktu Bu arumi disini"
"Kamu beneran?"
"Iya pak, hmm pak ini saya boleh titipin ke bapak gk"
"Oh iya" Agam mengambil Tupperware yang disodorkan oleh nia
"Makasih ya pak, saya permisi"
"Iya, sama sama"
Nia pergi meninggalkan Agam yang sedang berfikir dengan wajah yang pucat pasi.
"Apa arfa tadi liat aku sama arumi.."
" Gk gk, gk mungkin" agam khawatir jika arfa melihatnya dengan arumi.
Setelah sampai di depan rumahnya, Agam bingung melihat keadaan rumah seperti tak ada penghuninya.
Agam melajukan mobilnya untuk pulang kerumah orang tua nya, dia berfikir mungkin arfa di sana.
Setelah sampai di depan rumah Agam bergegas memasuki rumah.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam, kok kamu udah pulang?"
"Iya mah, mah arfa ada di sini gk?"
"Gk ada, arfa gk ada disini.
Memang kenapa?"
"Gk papa mah, ya udah Agam pergi dulu ya"
"Loh mau kemana? Kan baru sampai di rumah, masa mau langsung pergi"
"Agam mau ke rumah aisyah mah, mungkin arfa di sana"
"Oh, ya udah hati-hati"
"Agam pergi dulu ya mah, Agam mau pulang kerumah Agam malam ini, jadi gk perlu cari Agam ya mah.
Assalamualaikum"
"Iya, wa'alaikumussalam"
Agam melajukan mobilnya menuju rumah Aisyah. Setelah sampai dia melihat Aisyah ada di depan rumah, sepertinya Aisyah mau pergi.
"Aisyah.."
"Eh gam, mau ngapain kamu ke sini? Tumben!"
"Arfa ada disini gk?"
"Gk ada, memangnya arfa kemana?"
"Gk tau makannya aku tanya kamu"
"Kamu jadi suami itu gimana sih, istri lagi sakit gk tau, istri gk ada di rumah juga gk tau, coba kamu telfon."
"Udah, tapi gk di angkat, coba kamu yang telfon"
" Ya udah tunggu "
Aisyah mengambil ponselnya dari dalam tas dan mencari kontak arfa, setelah ketemu aisyah segera menghubungi arfa.
Setelah telfon tersambung, tak butuh waktu lama suara arfa terdengar di balik telfon
"Hallo assalamu'alaikum syah"
Agam lega mendengar suara arfa, dia meletakkan jarinya di depan bibir, mengisyaratkan kepada Aisyah untuk diam.
"Wa'alaikumussalam, fa kamu di mana?"
"Di rumah, memang kenapa?"
"Beneran kamu di rumah?"
"Iya, memangnya kenapa?"
"Oh gk papa kok, cuma nanya aja, ya udah ya aku tutup telfonnya"
"Iya"
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Aisyah kembali memasukan ponselnya kedalam tas, dia menatap Agam dengan wajah penuh pertanyaan.
"Kalian ini sebenernya kenapa? Kalian lagi marahan?"
"Gk ko, makasih ya Syah, aku pulang dulu"
"Eh tunggu, gam... AGAMMMM..."
Aisyah kesal sendiri karna pertanyaannya di abaikan oleh Agam
**********"**********
Agam sudah ada di pekarangan rumahnya, dia melihat keadaan rumah yang masih sama seperti saat ia tinggalkan, padahal hari sudah hampir maghrib tapi lampu di rumah ini belum menyala, apakah arfa benar-benar melihatnya?
Agam merogoh saku celana nya dan mengambil kunci cadangan yang ia pegang, Agam membuka perlahan pintu rumah, rumah ini sangat gelap, Agam menyalakan semua lampu setelah selesai dia pergi menuju kamar nya dengan arfa..
Agam membuka pintu perlahan dan mencari saklar lampu di kamarnya, setelah menyala ia melihat arfa yang sedang duduk di balkon kamar mereka, agam berjalan dan berjongkok di depan istrinya yang sedang melamun
"Fa" Ucap Agam seraya menggenggam tangan arfa
Arfa tersentak dan langsung melepaskan tangannya dari suaminya.
"Fa kamu kenapa?" Agam kembali ingin meraih tangan istrinya itu
"Jangan sentuh aku mas"
"Kenapa fa?"
"Aku jijik sama kamu mas"
"Apa kamu tadi liat mas sama arumi di kantor"
Arfa diam tak menjawab, dia hanya bisa memalingkan wajah dari suaminya, dia tak mau suaminya itu melihatnya dalam keadaan lemah.
"Fa, mas minta maaf"
"Buat apa mas minta maaf?"
Agam diam tak bisa menjawab
"Udah lah mas, mendingan kamu keluar aja, dari pada kita ribut nantinya"
"Tapi fa.."
"Keluar mas"
"Arfa, mas minta maaf"
"Kasih aku waktu mas, tolong kasih aku waktu"
"Ok, mas kasih kamu waktu sampai besok, mas malam ini tidur di kamar samping, kalau kamu butuh apa-apa panggil mas aja."
"Iya, lebih baik mas keluar sekarang sebelum aku ngomong yang bakalan bikin mas sakit hati, aku gk mau dosa cuma gara gara kamu sakit hati mas"
Agam berjalan mendekat, dia memeluk istrinya dan membisikan kata-kata yang semakin membuat arfa bimbang
"Mas sayang sama kamu fa, arumi itu istri mas, mas cuma berusaha adil" setelah mengucapkan itu Agam keluar dari dalam kamar dengan langkah gontai.
Arfa melihat punggung lebar suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan.