Berubah

1097 Kata
Satu Minggu sudah berlalu sejak hari Agam menginap di rumah, arfa mulai melaksanakan niatnya untuk memperbaiki penampilannya. Sebenarnya niat itu sudah lama dia pikirkan, hanya saja seminggu terakhir ini hal itu menjadi pergolakan dalam hatinya, dia bertanya ini itu kepada orang yang menurut dia mengerti akan hal yang menjadi pergolakan dalam hatinya, dia pun sudah bertanya pada Agam, dan respon baik dia terima, dia mantap untuk melaksanakan niatnya hari ini. Arfa berniat mengunjungi suaminya siang ini, dia ingin memberikan kejutan untuk suaminya Dangan penampilannya. Arfa mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangganya dengan kecepatan super, setelah selesai arfa pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan yang akan dia masak dan ia bawa ke kantor Agam. ini adalah hari kedua Agam masuk kantor, dan ia kan memberikan kejutan yang akan membuat Agam senang, Setelah pulang dari supermarket arfa memasak makanan kesukaan Agam yaitu gulai ayam dan sayur kacang, setelah selesai ia memasukan nya ke dalam Tupperware. **********"********** Agam.. Agam berjalan menuju ruangan nya. Dia baru selesai meeting dengan klien dari bogor. Saat Agam berjalan menuju ruangannya banyak para karyawan yang menyapanya dengan sedikit membungkuk, sebelum dia masuk ke dalam ruangan nya dia berhenti di depan meja sekretarisnya untuk menanyakan jadwalnya setelah Dzuhur nanti. "Nia, apa jadwal saya siang nanti?" "Jadwal bapak kosong untuk hari ini sampai jam 2 nanti." "Oh Ok, apakah ada tamu yang datang saat saya meeting?" "Tadi istri bapak datang, sekarang sedang menunggu bapak di dalam." Arfa kesini? "Ok terima kasih, tolong jangan biarkan orang lain masuk ke dalam ruangan saya." "Baik pak." Agam berjalan dengan langkah lebar menuju ruangannya, dia sudah sangat merindukan arfa, padahal baru dua hari yang lalu ia mengunjungi arfa saat pulang kerja. agam membuka pintu ruangannya, tapi dia langsung berhenti saat ia melihat orang yang sedang duduk di sofa ruangannya seraya membaca majalah yang memang ada di situ. "Arumi.." "Eh mas udah selesai meetingnya?" Arumi berjalan mendekat dan mencium lengan agam "Iya, kamu ngapain kesini?" "Aku bawa makan siang buat mas Agam, tadi pagi kan mas gk bawa bekal, kata mama mas itu lebih suka makan makanan dari rumah dari pada yang ada di kantor." "Oh makasih ya." agam berjalan menuju sofa seraya menggandeng tangan arumi. "Mas mau makan sekarang apa nanti?" "Sekarang aja, lagian mas udah laper" "Ya udah mas cuci tangan dulu, aku siapin makanannya" Arumi mulai menyiapkan makanan yang ia bawa di atas meja, setelah selesai ia ikut mencuci tangannya di wastafel "Kamu bawa makanannya banyak banget," "Iya mas, aku mau sekalian makan, tadi aku belum makan di rumah" "Ya udah, mana sendok nya?" "Ini mas" Arumi menyerahkan satu Sendok yang ia bawa, setelahnya ia ikut mengambil sendok yang lainnya "Mau apa?" Agam bertanya "Mau ikut makan mas" "Gak usah, mas suapin aja" "Beneran mas?" "Iya, masa boongan," jawab Agam seraya tersenyum Selesai makan Agam mencuci mulutnya, sedangkan arumi masih sibuk membersihkan tempat makan mereka. Setelahnya ia ikut masuk kedalam kamar mandi yang ada di ruangan itu untuk mencuci mulutnya. Setelah selesai arumi kembali duduk di sofa, sedangkan Agam mengambil laptop nya di meja kerja dan duduk lesehan di meja dekat sofa yang arumi duduki. "Mas kok duduknya di bawah?" "Iya, kalau duduk di sofa, mejanya kependekan." "Kan mas bisa duduk di meja kerja mas." "Iya, tapi masa mas cuekin kamu disini, padahal kamu kan udah mau jauh jauh Dateng kesini bawain makanan buat mas" "Gk papa mas, mas duduk di meja mas aja" "Gk ah, mas mau di sini aja biar kamu gk sendirian" "Ya udah," arumi turun dari sofa dan ikut duduk di samping suaminya. "Loh kok kamu ikut duduk di bawah?" "Iya, masa suami aku di bawah akunya di atas, kan gk sopan" Agam terkekeh dengan jawaban arumi, keduanya berbincang dengan topik yang sedang ramai di bicarakan saat ini. dan entah siapa yang memulai sekarang arumi sudah duduk di atas pangkuan suaminya menciptakan kemesraan yang baru terbangun hari ini. **********"********** Arfa.. Arfa mematut penampilannya di depan cermin, setelah merasa penampilannya sudah cukup baik arfa mengambil kunci mobilnya dan segera Turun Ke bawah mengambil makanan yang sudah ia siapakan, dengan senyum di bibirnya arfa melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah sampai di kantor suaminya, arfa berjalan di koridor kantor dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya, sesekali karyawan yang berpapasan dengannya tersenyum karna tau kalau ia adalah istri dari bos mereka Setelah sampai di lantai tempat ruangan suaminya berada dia berjalan menuju tempat kerja Nia, sekertaris suaminya yang sedang fokus kepada laptop di depannya "Assalamu'alaikum mbak Nia.." "Wa'alaikumussalam, eh Bu arfa bukan ya?" "Iya, ini aku" "MashaAllah Bu, ibu cantik banget pake baju kayak gini" Arfa tersenyum mendapat pujian dari sekertaris suaminya yang lebih tua dua tahun darinya itu. "Makasih ya, oh iya mas Agam ada di dalem?" "Ada Bu, tapi bapak tadi bilang kalau gk boleh ada yang masuk, katanya bapak gk mau di ganggu" "Oh gk papa kok, aku kesini cuma mau kasih bekal aja buat mas Agam" "Tapi Bu, kalau nanti bapak marah gimana??" "Hehe kamu ini, emang mas Agam sepemarah itu? Gk akan, kalau mas Agam marahin kamu aku bakalan marahin mas agam" "Tapi Bu.." Nia kebingungan mencari alasan karna dia tau di dalam ada arumi, istri kedua dari bosnya "Udah gk papa, kamu tenang aja.. aku permisi dulunya mbak Assalamualaikum" "Wa'alaikumussalam.." Arfa bersiap membuka pintu ruangan suaminya, entah kenapa ia mendadak gugup, mungkin karna pakaian yang ia pakai Bismillah, cklek arfa membuka pintu ruangan perlahan Ma.....s... Suara arfa tercekat di tenggorokan saat melihat pemandangan di depannya, Ia melihat suami dan istri barunya sedang berpelukan di atas lantai dengan saling memanggut satu sama lain, seakan mereka sedang mencari kepuasan dari apa yang sedang mereka lakukan. Hati arfa meradang matanya memanas melihat sesuatu yang tak dia harapkan selama ini. Dia membalikan badannya dan segera pergi dari ruangan suaminya, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya tapi dia tahan agar tak tumpah di sini, dia berjalan menuju meja Nia "Mbak Nia ini buat mbak Nia aja.." Arfa menyerahkan Tupperware yang ia bawa kepada Nia "Loh kok buat saya buk, katanya tadi mau buat bapak." "Udah gk papa ini buat mbak Nia aja, lagian mas Agam juga kayaknya udah makan, mbak Nia belum makan kan?" "Iya, makasih Bu.. Tapi nanti saya balikin Tupperware nya gimana?" Nia mengambil Tupperware yang di berikan oleh arfa, sebenarnya dia ragu, tapi melihat air mata yang menggenang di pelupuk mata istri atasannya itu dia tak tega, dia tau pasti terjadi sesuatu di dalam sana. "Kamu bisa balikin kapan aja kalau kamu sempet, permisi ya mbak." Ucap arfa dengan senyum yang sangat jelas di paksakan. Arfa berjalan sedikit berlari keluar dari kantor suaminya, air matanya sudah tak dapat di kompromi lagi, dia tak mau menangis di sini, tapi apa dayanya jika bendungan yang dia buat sudah jebol sejak awal, para karyawan yang berpapasan dengannya tak berani menyapa melihat air mata yang sudah meganak sungai. Arfa marah? Tentu saja, siapa yang tak marah melihat suaminya mencari kepuasan dari wanita lain. Dia tau arumi itu istri dari suaminya, tapi apakah mereka tak dapat melihat kondisi dan tempat saat melakukan hal itu? Menjijikan!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN