Nazra melangkahkan kaki menuju ke arah parkiran dengan penuh percaya diri. Langkahnya lebar dan cepat, agar segera tiba di tujuan. Setelah masuk ke dalam mobilnya, barulah wanita itu bisa bernapas lega dan berhenti berpura-pura. Kedua tangannya mencengkram setir kemudi dan kepalanya dia sandarkan di atas kedua punggung tangannya. Sungguh, wanita itu pun sangat lelah berpura-pura baik-baik saja. Hatinya sakit hanya dengan melihat Liam. Terlebih jika melihat pria itu bermesraan dengan Sisca. Hitanya terasa diremas-remas oleh tangan tidak kasat mata. Sesakit itu jatuh cinta bagai seorang Nazra. Selalu manis di awal dan berakhir dengan kepahitan. "Ayo, Ra. Kamu harus kuat!" desis Nazra mengangkat pandangan dan melanjutkan kendaraannya menuju pulang ke rumah. Sementara itu, Liam masih bersa