BR ~ 24

1475 Kata

“Minum dulu.” Sabda menyodorkan segelas cokelat hangat pada Indah, yang duduk di ruang tengah apartemennya. Setelah Bahar pergi dengan tergesa, Sabda pun membawa Indah pulang ke apartemennya. Saat melihat Bahar bersikap seperti itu, Sabda semakin yakin Budiman tahu semua hal yang terjadi 15 tahun yang lalu. Jika tidak, Bahar harusnya tetap saja bicara dengan Indah, meskipun sempat terlihat terkejut pada awalnya. Indah menerima gelas tersebut dan langsung meminumnya dengan perlahan. “Kamu pasti mikir, kenapa pak Bahar mendadak pergi waktu aku datang.” Tidak ada yang perlu disembunyikan dari Indah, karena mereka memang harus mendiskusikan hal yang terasa janggal. “Harusnya, antar aku ke kosan.” “Dan kehausan.” “Apa?” Dahi Indah berkerut saat melihat Sabda duduk di sampingnya, sembari m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN