Hening menampar pipi kiri Devan. “Itu bukan tamparan, itu belaian,” ujar Devan dengan wajah menantang. Hening menampar pipi kanan Devan. Devan memegang dua tangan Hening, “Kurang kuat!” Hening menarik kedua tangannya dari cekalan Devan, menampar wajah Devan sekuat tenaganya. “Akh!” Devan mengerang, meringis sakit. Lalu dia mengarahkan tubuh Hening ke miliknya, dan bergerak masuk. Hening terkesiap, mengerang dan mendesah, “Mas, bibirmu berdarah,” ujarnya di tengah rasa nikmat peraduan. “Aku nggak peduli,” desis Devan, memegang b****g Hening dan membantu Hening bergerak di atas tubuhnya. “Aku merasa kurang,” ujar Hening yang bergerak di atas tubuh Devan. “Aaah, kurang apa, Sayang. Akh, ini nikmat sekali. Hmmm. Ayo, teruslah bergerak.” Hening bergerak maju mundur, keringat mengucur