Ternyata Alya, dan dia terperangah melihat anak dan keponakannya yang sudah tertidur pulas sambil memeluk perut Hening. “Mereka baru saja tidur, Mbak. Aku nggak bisa bergerak,” ujar Hening pelan, dan dia tertawa kecil karena kesulitan bergerak berada di tengah dua gadis kecil cantik. Alya ikut tertawa, dia duduk di tepi tempat tidur sambil memperhatikan dua anak itu yang tidur. “Nggak apa-apa Dina di sini, Ning? Kamu terlihat sesak. Hm … aku bawa dia sekarang ke kamarku.” “Jangan, Mbak. Nanti besok dia nangis lo. Aku dulu biasa begini dengan adik-adikku. Saat keduanya sudah tidur denganku di kamar, lalu dipaksa pindah ke kamar lain, besoknya marah-marah nggak jelas sama ayahku.” “Oh, baiklah kalo begitu.” Alya tersenyum melihat Hening, dalam hati mengagumi kepribadian Hening. “Hm … ka