Pagi itu mobil melesat maju di jalan tol disertai desahan-desahan Hening dan Devan yang saling berciuman di belakang, keduanya hampir saja tidak tahan saling menyentuh. Tangan Hening yang meraba-raba paha Devan, dan Devan yang juga meraba-raba paha halus Hening, sesekali jari-jarinya nakal menyentuh celana dalam Hening, dan dia merasakan basah lengket di sana. “Lepas celanamu, Ning.” “Mas.” “Biar aku selalu merasakan kehadiranmu di kantor.” Hening menggeleng tertawa, tidak habis pikir dengan keinginan Devan. Karena Devan yang terus memaksa, Hening melepaskan celana dalam putihnya dan menyerahkannya ke Devan. Devan menghirup aroma celana Hening dalam-dalam dengan mata terpejam, lalu memasukkannya ke dalam saku jasnya. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat dan mobil sudah memasuki ar