RPSP

1303 Kata
Ranking Polling School Prince alias RPSP bulan ini sudah dipajang di mading elektronik sekolah. Para siswa dan siswi tetap semangat untuk mencaritahu apa yang terpampang di sana. Walau sedikit banyak mungkin mereka juga pasti sudah bisa menebak hasilnya. Tapi, apa pula itu RPSP? Berikut maknanya, Ranking: peringkat. Polling: pendapatan suara. School: sekolah. Prince: pangeran. Singkatnya itu adalah sejenis proyek iseng yang dijalankan oleh para dewan guru pada awalnya. Miliki fungsi berikan penghargaan pada siswa (kalau siswi akan diganti princess) yang dianggap paling tokcer moncer dalam beberapa bidang penilaian seperti: nilai, bakat, prestasi, keaktifan dalam bidang yang diikuti, dan tentunya… visual. Yang terakhir sejujurnya hanya pemanis. Karena pihak guru pun tak akan bisa memalingkan perhatian. Dari siswa yang pintar juga rupawan. Benar, ‘kan? Ranking Polling School Prince merupakan penilaian general dari kelas 10 sampai kelas 12. MIPA, Bahasa, maupun IPS. Semua anak yang bisa memenuhi semua persyaratan. Mungkin saja masuk dalam daftar kenangan yang akan dipajang di mading elektronik. Selama sekolah masih berdiri. Sementara itu berikut Ranking Polling School Prince bulan ini: Peringkat: 1st Nama: Adinata Liam Wistara Parama Kelas: XI MIPA A Nilai Rata-Rata: 9,87 Peringkat: 2nd Nama: Kastara B. A. D. Putra Sentana Kelas: XI MIPA S Nilai Rata-Rata: 9,82 Peringkat: 3rd Nama: Ishana C. Eryx Agate Balakosa Kelas: XI IPS S Nilai Rata-Rata: 9,75 Peringkat: 4th Nama: M. Magne Angganois Katayose Kelas: XII Bahasa A Nilai Rata-Rata: 9,59 Para siswa yang melihat pengumuman itu baik secara langsung maupun lewat gawai langsung pada heboh masing-masing dengan apa yang mereka pikirkan sendiri. “EEEEEEEEKKHHH!!! Bagaimana mungkin Tuan Muda Tara bisa sampai turun peringkatnya???” pekik seorang siswi. “Bulan kemarin dia peringkat satu, ‘kan?” tanya siswi yang berdiri di dekatnya. “Selama ini juga kalaupun Liam yang peringkat satu…” sambung siswi yang lain. Argumen itu dilanjutkan oleh siswi lain, “Selisihnya paling cuma dua poin.” “Aku malah lebih kaget sama si Ishana yang tumben banget dia bisa sampai ngalahin rata-rata penilaian dari Kak Yura…” komentar siswi lain yang tidak mengikuti alur bahasan kebanyakan orang. “Sampai sejauh ini lho selisih mereka?” tanya seorang siswi dengan wajah nyaris tak percaya. “Bisa sampai enam belas poin, lho! Pakai pelet apa coba anak itu?” tanya seorang siswi masih separuh tak menyangka jika apa yang tengah terpampang di hadapan matanya merupakan suatu kenyataan. “Padahal bulan kemarin juga jelas-jelas nilai rata-rata Ishana CUMA 9,45,” tambah seorang siswi lain menambah alasan untuk mereka merasa curiga. “Jangan-jangan Kak Yura ditantangin gelut lagi sama Ishana,” tebak seorang siswi asal menilai dari temperamen Ishana selama ini yang hobi senggol bacok. Seorang siswi tiba-tiba menaruh satu telunjuk di depan bibir sambil mendesis, “Sstt! Ishana kan habis lolos seleksi internasional concours Chopin yang akan diadakan di Varsava.” “Apaan sih itu? Saudaranya chopstick?” tanya seorang siswi yang memang kurang paham dengan hal-hal semacam itu. “Ah, kasihan sekali aku sama Tara,” ucap seorang siswi dengan wajah sendu sambil menaruh satu telapak tangan di salah satu pipinya yang lembut. Sementara siswi lain berkata tak mau kalah, “Iya, sebenarnya tidak salah juga kalau Liam dibilang emang pantas menang, sih. Tapi…” “Dia menang karena udah melukai Tara,” lanjut seorang siswi lain yang baru datang dan ingin ikut bergosip soal hasil Ranking Polling School Prince yang mereka saksikan hari itu. “Lihat! Jaraknya sampai sejauh ini. Bagaimana respon keluarga Sentana, ya?” tanya seorang siswi yang sejak tadi diam sambil menunjuk ke arah kertas pengumuman itu. “Kasihan Tara,” ucap seorang siswi. “Kasihan sekali sama Tara,” ucap siswi yang lain mengikuti. “Ya, aku kasihan sekali sama Tara,” lanjut para siswi yang lain tampak begitu menghayati bagaimana hal seburuk ini bisa terjadi pada seorang pangeran mereka yang paling baik dan idaman. Sungguh tidak menyenangkan. Ж Sementara itu, Liam sendiri pun segera memeriksa Ranking Polling School Prince lewat gawai setelah hasil penilaian keluar. Kedua matanya yang cenderung selalu sayu terbelalak bahagia melihat bahwa namanya ada di peringkat paling pertama. Meninggalkan siswa yang ada di peringkat kedua cukup jauh pula. Tapi, tetap ada yang sejak tadi buat ia merasa sesak di d**a. Bagaimana mungkin siswa yang habis menciderai tangan kanannya bisa masuk ke dalam daftar ini juga? Dan tidak ada yang protes apa? Ini hal yang sangat tidak adil dan tak bisa dimaafkan, lho. Rasanya sungguh menyedihkan sekali. Ia hembuskan nafas pelan, fiuuh. “Yah, mana mungkin juga sih akan terjadi sesuatu yang buruk kalau sama seorang anak seperti Tara. Jangan bermimpi terlalu dalam kamu Liam Parama...” Ia sendiri saja tidak berani melakukannya. Ia sebagai manusia biasa memang hanya bisa mengharapkan orang lain untuk berikan perhatian. Tapi, tidak begitu dunia berputar. Dunia ini lebih kompleks dari sekedar empati. Dan rasa saling mengkasihani. Yang dewasa ini mulai terasa sangat basi. “Liam,” panggil Kenna yang entah sejak kapan sudah ada di depan mejanya. “E, Eh, iya, Kenna. Sejak kapan kamu di situ?” tanya Liam kagok. “Sejak tadi,” jawab Kenna datar. “Memang segitu tidak terasanya ya keberadaanku…” di hatimu, uhuk, “…di dunia ini?” “Hmm, apa bukan sejak dulu? Kan kamu sudah ada di hatiku sejak dulu,” balas Liam sambil melengkungkan senyum nyengirnya santai. Kebaperan ciui-ciui itu memang tidak bisa jika harus sampai dihadapi dengan kebaperan juga. Saat itu… beberapa siswi penggemar ekstrim kiri Tara melihatnya dengan tatapan tak enak hati. Bisikan-bisikan halus terdengar timbul tenggelam. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Langsung ia gandeng pergelangan tangan Kenna. Keluar dari ruang kelas. Ж Di belakang gedung olahraga sekolah. “Ciyeee, Liam juara satu lagi. Mana dong hadiahnya?” todong Kenna. Ia bisa membayangkan apa yang tengah Liam rasakan. Tapi, ia tak akan menambahkan asam ke kopi yang sudah pahit. Ia ingin menjadi krimmer atau bahkan gula untuk hidup Liam. “Yeee, di mana-mana tuh yang habis menang dong yang dikasih hadiah. Bukan malah ditodong,” balas Liam seraya mencoel ujung hidung mancung Kenna manja. Tiba-tiba wajah dan gestur Kenna masuk ke mode suange. “Ouuuuccchhh… Liam nakal, yach. Mahuu yang atasch… atau yangx… bawach dulukhan, nihx?” tanyanya sambil meraba-raba celana Liam. “ASTAGA NAGA BONAR!” pekik Liam. “Sadar kamu, Kenna! Minta di-exorscist ke om-mu yang pendeta sana!” pinta Liam gemas, ketakutan lebih tepatnya, sih. Kenna langsung tertawa terbahak-bahak, “HAHAHAHAHAHA. Kalau gitu kita ke rumahku aja yuk, Liam. Udah lama kan nggak ketemu sama calon mama dan papa mertua kamu,” ajak gadis itu santai dengan wajah tanpa dosa. Liam menyentuh pipi dengan telunjuk dan berwajah imut. “Waahh, kira-kira Liam mau dilamar pakai cincin berlian berapa karat, ya?” tanyanya dengan raut jahil. “Khakhakha, ngelamar kamu mah pakai cincin dua puluh empat ribu karatan aja,” balas Kenna. "Wah, tetanus dong aku," balas Liam tidak serius. Walau gimana juga aku tetep suka, kok, pikir Kenna dalam hati. Ж Ruang ekskul musik klasik. Ishana sedang duduk di bangku piano. Menekan beberapa tuts hingga menghasilkan simfoni yang indah. Ia tengah bosan menunggu Liam untuk latihan. Dikeluarkan gawainya hendak memeriksa market hari ini. Saatnya siap berburu cut loss. “Timbang bosen mending cari pahala nolongin orang, deh,” pikirnya. TRING. Sebuah pesan WA masuk ke gawainya. “Ishani sori dori mori. Yayank Kenna lagi bahagia minta diajak jalan. Latihannya kita undur saat malam, ya. Nanti aku akan ke rumahmu. See ya.” Rasanya ingin ia banting Iphone 14 Pro di tangannya. Bisa-bisanya Liam malah lebih mementingkan cewek itu timbang concours penting untuk memperingati musisi legendaris Chopin. “Tangannya memang masih sakit, sih. Tapi, aku kan bisa membantunya latihan dengan jadi tangan kanannya. “Jangan-jangan dia mulai kehilangan antusias??!! “Tidak, tidak, tidak. Itu tidak mungkin. “Kenna. “Kenna. “Kenna. “Apa aku singkirkan saja dia, ya? “Aaahh… yang namanya wanita itu memang racun dunia!” DHENG!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN