Chapter 11

1034 Kata
Setelah masa pemulihan dua minggu di rumah sakit, akhirnya Celine diperbolehkan pulang hari ini. Dan saat ini Evelyn tengah berada di rumah Mikaila. Celine sedang beristirahat di kamar sementara Evelyn dan Mikaila berada di dapur untuk memasak siang malam. “Mik, sebenarnya waktu itu aku yang nelepon Om Rico” Aku Evelyn. “Aku tahu. Karena tidak mungkin kalau aku atau Mama yang beritahu” Ujar Mikaila. “Lalu bagaimana?” Tanya Evelyn pada Mikaila yang membuat gadis yang tengah mencuci sayuran itu menoleh pada Evelyn yang memotong bawang. “Tidak ada yang istimewa. Dia minta maaf pada Mama, Mama memaafkan, dan sekarang mereka berteman” Jawab Mikaila sembari melanjutkan pekerjaannya mencuci sayuran. “Mereka tidak ingin kembali bersama?” Tanya Evelyn lagi. “Untuk apa? Lagipula dia juga sudah memiliki anak lagi dari mantan istri keduanya yang dia nikahi setahun setelah bercerai dengan Mama” “Benarkah? Wah, cepat sekali. Tapi memang ‘sih kebanyakan pria tidak bisa hidup tanpa wanita” “Tapi Uncle Will bertahan saat berpisah dari Aunty Macy selama tiga tahun” “Itu Daddy saja yang pasif, tidak bisa mencari wanita lain” “Jadi kau berharap Uncle Will menikah lagi?” “Eh, jangan sampai ya. Tidak boleh! Daddy cuma milik Mommy” Bantah Evelyn membuat Mikaila terkekeh. “Lagipula, Mommy dan Daddy ‘kan akhirnya baikan lagi, jadi bukan hal yang mustahil kalau Tante Celine dan Om Rico juga rujuk kembali” Lanjutnya. “Mereka berdua dalam konteks yang berbeda, Ev” “Ya, tetap saja. ‘Kan tidak ada yang mustahil” “Ev” “Iya, iya, aku berhenti” Ucap Evelyn sembari memanyunkan bibirnya. Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka. “Biar aku yang buka” Ucap Evelyn kemudian segera berlari keluar untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, Evelyn lumayan terkejut saat melihat tamu yang datang. Dia adalah Rico. Pria itu datang sembari membawa bunga dan sekotak kue bermerek. “Apa saya mengganggu” Tanya Rico. Namun belum sempat Evelyn menjawab, Mikaila datang terlebih dahulu dari dapur. “Siapa, Ev?” Tanya Mikaila. Namun tanpa Evelyn menjawab, Mikaila dapat melihat sendiri siapa tamu yang datang tersebut. “Kali ini bukan aku, Mik” Ucap Evelyn. ------- Austin berdiri di samping ranjang di sebuah rumah sakit memandangi seseorang yang tengah terbaring di sana. Ia memandangnya dengan tatapan datar khasnya. Sudah setengah jam ia berdiri di sana memandangi orang tersebut tanpa berbicara sekata pun. Saat ia merasa cukup lama berada di sana, Austin memutuskan untuk pergi. “Apa kata dokter?” Tanya Austin pada Jack saat ia telah berada di luar. “Masih belum ada kemajuan, Sir” Jawab Jack. “Perintahkan mereka untuk melakukan apapun untuk membuatnya sadar” Pintah Austin kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Jack. Setelah sampai di mansion, Austin segera membersihkan dirinya. Saat hendak naik ke atas tempat tidur, ia melihat sebuah bingkai dengan figura orang itu di sana yang berada di atas meja nakas. Tujuh tahun telah berlalu dan dia masih terbaring lemah di tempat tidurnya. Austin mengambil bingkai itu dan menatap lekat senyum yang telah lama tak ia lihat secara langsung. Bayang-bayang orang itu selalu menghantuinya. Satu-satunya orang yang dapat membuatnya tersenyum. Bahkan sampai kapanpun tidak akan ada orang yang dapat menggantikan dirinya. ------- “Bagaimana hubunganmu dengan pria itu, Ev?” Tanya Delwyn di tengah makan malam mereka. Sontak Evelyn pun terbatuk mendengar pertanyaan Delwyn yang tiba-tiba kemudian segera meminum minumannya. Sementara yang lain memusatkan perhatian mereka pada Evelyn. Dan kebetulan sekali, mereka semua berkumpul malam ini. “Kita akan membahasnya setelah makan” Ucap Will kemudian kembali memakan makanannya. Evelyn pun memelototkan matanya pada Delwyn yang memiliki mulut ember. Sementara pria itu hanya mengendikkan bahunya kemudian melanjutkan makannya. Setelah selesai makan, sesuai perintah Will. Mereka semua berkumpul di ruang keluarga untuk menginterogasi Evelyn. Disaat para pria menatap Evelyn dengan tatapan serius, lain hal dengan Macy yang terlihat exited. “Siapa pria itu?” Tanya Will. “Bukan siapa-siapa, Dad. Kami bahkan tidak sedekat itu hanya untuk disebut teman” Jawab Evelyn. “Sampai menawarkan tumpangan pulang? Dan kulihat sepertinya dia memang menunggu kedatanganmu” Sahut Delwyn yang langsung mendapat pelototan dari Evelyn, namun pria itu hanya bertingkah masa bodoh. “Percaya padaku, Dad. Kami tidak memiliki hubungan apapun. Lagipula jika aku punya pacar, aku pasti akan mengenalkannya pada Daddy dan Mommy” Ujar Evelyn. “Bilang saja siapa dia, Ev. Kami tidak akan meledekmu” Sahut Conradinez. “Sudah kubilang dia bukan siapa-siapa” Ujar Evelyn. “Siapa ya namanya? Austin? Austin Stone?” Tanya Delwyn berpura-pura mengingat padahal ia jelas sangat mengingat nama itu. Dan ucapan Delwyn kali ini benar-benar membuat Evelyn ingin melenyapkan pria itu sekarang juga. “Austin Stone?” Tanya Will. “Sepertinya namanya tidak asing” Gumam Macy. “Austin Stone dari IS Corp.” Sahut Aldrich. “Ah, benar. Pria tampan yang banyak diberitakan di media itu” Ujar Macy. “Jadi dia pacarmu, sayang?” Tanya Macy exited. “Mom” Rajuk Evelyn. “Kenapa? Tidak ada salahnya kalau kamu berhubungan dengannya. Dia tampan, mapan, dan sepertinya dia pria yang baik” ujar Macy. “Pria datar sepertinya?” Timbrung Byll. “Daddy kalian juga pria yang datar. Bahkan Aldrich juga ikut-ikutan” Ucap Macy yang langsung tatapan dari dua pria itu hingga membuat yang lain terkekeh. “Bercanda” Lanjutnya sembari mengusap pipi kedua pria tersebut yang berada di samping kanan dan kirinya. “Sudah berapa lama hubungan kalian?” Tanya Aldrich. “Ev ‘kan sudah bilang, kami tidak memiliki hubungan seperti itu” Bantah Evelyn. “Bawa dia ke sini kalau kalian memang benar-benar serius dengan hubungan itu” Ucap Will seakan tak mendengar ucapan Evelyn. Setelah sidang berakhir, mereka kembali ke kamar masing-masing. Kecuali Macy dan Will yang masih setia berada di ruang keluarga. Disaat yang lain sibuk dengan urusan masing-masing, Evelyn masuk ke dalam kamar Delwyn dan langsung memukul pria yang asik main game itu. “Dasar jahat! Tega!” Gumam Ev sembari memukul Delwyn dengan bantal. “Aduh, aduh, Ev sakit. Ampun, ampun” Mohon Delwyn sembari mencoba menghindari pukulan Evelyn. “Siapa suruh kau bicara omong kosong seperti itu” Ucap Evelyn kemudian berhenti memukul Delwyn dan berkacak pinggang di hadapan pria itu. “Aku mengatakannya karena sepertinya kau tidak akan jujur padaku” Ucap Delwyn. “Omong kosong apa lagi itu?” “Aku melihatnya, Ev. Aku jelas melihatnya telah berada di dalam mobil bahkan sebelum aku tiba. Mana ada pria yang mau menunggu seorang wanita tanpa hubungan yang jelas? Lagipula aku melihat tatapannya padamu dan sepertinya dia tertarik padamu” “Kenapa kau selalu bicara omong kosong? Bukankah sudah kubilang kalau ia melakukannya sebagai ucapan terima kasih? Lagipula dia juga memiliki urusan sendiri saat itu. Dan tertarik? Mana mungkin? Dia hanya menganggapku sebagai putri Daddy” “Aku juga pria, Ev. Aku tahu bagaimana cara pria itu menatapmu hanya dalam sekali lihat” “Sudahlah. Kuperingatkan ya, jangan berbicara omong kosong seperti itu lagi di hadapan Mommy dan Daddy” Ucap Evelyn kemudian beranjak dari tempatnya. “Kenapa kau tidak bawa saja pria itu menemui Mommy dan Daddy, Ev?” Tanya Delwyn yang langsung mendapat lemparan bantal dari gadis itu yang ternyata masih ada di tangannya kemudian segera keluar dari kamar pria itu yang asik terbahak melihat ekspresi Evelyn.    ------- Love you guys~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN