“Ev, hari ini katanya semua donatur kampus akan hadir jadi semua jadwal siang ini akan ditunda” Ucap Mikaila pada Evelyn.
“Benarkah? Tapi kenapa Daddy tidak bilang apa-apa pada Ev?” Tanya Evelyn.
“Entahlah. Mungkin Uncle berpikir percuma juga memberitahumu. Kau saja berpura-pura tidak mengenalnya kalau dia datang ke sini” Jawab Mikaila.
“Benar juga” Ujar Evelyn. “Oh ya, Mik. Aku mau tanya” Lanjutnya.
“Apa?”
“Kalau misal ada orang yang tidak sengaja bertemu denganmu beberapa kali, itu artinya apa?” Tanya Evelyn.
“Jodoh”
“Mana mungkin”
“Ya sudah. Untuk apa juga bertanya kalau tidak percaya”
“Bukan begitu. Tapi dia terlihat tidak tertarik sama sekali”
“Memangnya dia siapa?”
“Aus... Ah, tidak. Bukan siapa-siapa”
“Siapa? Ayo bilang. Jangan bikin orang kesal ya”
“Bukan siapa-siapa” Ucap Evelyn kemudian beranjak keluar dari kelas meninggalkan Mikaila.
“Ev, tunggu!” Seru Mikaila sembari menyusul Evelyn.
Evelyn mempercepat langkahnya saat menyadari Mikaila menyusulnya. Namun naasnya, Evelyn malah menabrak seseorang.
“Aw!” Rintih Evelyn.
“Maaf” Ucap orang tersebut yang membuat Evelyn terkejut dan melupakan rasa sakit di keningnya.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” Tanya Evelyn.
“Ev” Panggil Mikaila yang telah berada di samping Evelyn lalu menatap pria tampan di hadapan Evelyn.
“Rapat donatur” Jawab pria tersebut yang tak lain adalah Austin.
“Anda salah satu donatur kampus?” Tanya Mikaila terkejut. “Senang bertemu dengan Anda” Lanjutnya sembari membungkuk. Tatapannya bahkan berbinar saat melihat wajah tampan Austin.
“Jadi maksudmu waktu itu karena kamu adalah donatur kampus?” Tanya Evelyn.
“Apa dia mengganggumu lagi?” Tanya Austin pada Evelyn menghiraukan ucapan Mikaila.
“Tidak” Jawab Evelyn.
“Baguslah” Ujar Austin.
“Mr. Stone” Sahut seorang pria dari arah belakang yang membuat Evelyn terkejut saat melihat orang tersebut.
“Mr. Carbert” Sapa Austin.
“Uncle Will” Sapa Mikaila saat Will telah berada di antara mereka.
“Hai, Mika. Bagaimana keadaan Mamamu?” Tanya Will.
“Baik, Uncle. Terima kasih” Jawab Mikaila yang dibalas senyuman oleh Will.
“Anda salah satu donatur juga?” Tanya Austin pada Will.
“Bukankah itu sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi?” Ucap Will sembari memandang Evelyn yang hanya bisa terdiam di tempatnya. Ia merasa seperti tertangkap basah oleh hal yang tidak jelas.
“Mr. Carbert, Mr. Stone” Sapa Francis kemudian segera menghampiri mereka. “Kalian berdua sudah datang. Ayo silakan lewat sini” Lanjutnya.
Tanpa kata, Will dan Austin mengikuti langkah Francis.
“Kau kenal pria itu Ev?” Tanya Mikaila yang dibalas anggukan oleh Evelyn. “Apa dia yang kau maksud?” Tanyanya lagi.
“Hah?”
“Yang bertemu tidak sengaja bertemu beberapa kali denganmu” Ucap Mikaila yang membuat Evelyn manatap horor pada gadis itu. Bagaimana bisa ia menebak hanya sekali lihat?
“Apa kau benar-benar cenayang?” Tanya Evelyn ngeri.
“Jadi benar, ya?” Ucap Mikaila. “Makanya tidak ada gunanya kau menyembunyikan sesuatu dariku. Pada akhirnya aku juga akan mengetahuinya” Lanjutnya yang membuat Evelyn semakin menatap horor padanya.
“Jadi ayo ceritakan pertemuan tidak sengaja kalian yang beberapa kali itu” Pintah Mikaila.
-------
“Aku mendukung kalau kalian bersama” Sahut Mikaila saat Evelyn telah menyelesaikan dongengnya. Saat ini mereka berdua berada di kantin kampus dengan suasana kantin yang tidak terlalu ramai.
“Jangan mulai ya” Ucap Evelyn.
“Mulai apa? Aku ‘kan cuma bilang kalau aku dukung kalian bersama. Lagipula kalian terlihat serasi. Sangat cocok. Dan aku yakin dia adalah jodohmu. Bukankah dulu Uncle dan Aunty seperti itu?” Ujar Mikaila.
Benar. Awal pertemuan kedua orang tuanya memang terjadi karena kebetulan seperti ia dan Austin. Hanya saja mereka berdua dilancarkan karena adanya perjodohan. Sementara dirinya?
“Tapi ‘kan pada akhirnya mereka menikah karena dijodohkan” Ucap Evelyn sembari meletakkan kepalanya di atas meja dan pandangannya yang menghadap lapangan basket.
“Hei! Memangnya kisah cintamu akan berhenti jika tidak dijodohkan? Kamu bisa memulainya lebih dulu” Ucap Mikaila.
“Tapi sepertinya dia sangat tertutup”
“Kau ‘kan belum mencoba”
“Bagaimana kalau dia menolak? Atau parahnya lagi dia sudah punya istri? Bahkan anak?”
"Memangnya kau mau itu terjadi?"
"Tidak!"
“Kalau begitu hentikan semua pikiran negatifmu itu”
“Tapi ‘kan...”
“Sudahlah Ev, intinya kau mau tidak? Karena dari matamu saja sudah terlihat jelas kalau kau sangat berharap sama dia”
“Jelas sekali ya?” Tanya Evelyn sembari mengangkat kepalanya yang dibalas anggukan oleh Mikaila. “Bagaimana ini? bisa-bisa aku disidang lagi oleh Daddy” Lanjutnya kemudian kembali meletakkan kepalanya di atas meja.
“Kalau begitu tinggal bilang yang sebenarnya kalau kau menyukai pria itu. Kenapa kau mempersulit hidupmu sendiri?” Sahut Mikaila.
“Melakukan tidak segampang mengucapkan, Mik. Bisa saja respon Daddy negatif”
“Tapi aku yakin Aunty pasti akan mendukung seratus persen. Dari dulu Aunty ‘kan ingin melihatmu menggandeng seorang pria. Dia takut putri satu-satunya ini belok” Ucap Mikaila yang diakhiri oleh kekehannya.
“Kenapa semua ucapanmu selalu menusuk?” Tanya Evelyn kesal.
“Aku hanya berbicara tentang fakta” Jawab Mikaila. “Jadi bagaimana?” Tanyanya.
“Bagaimana apanya?” Tanya Evelyn balik.
“Kau mau berjuang atau diam saja? Sebelum diambil orang” Ujar Mikaila.
“Berjuanglah! Tunggu saja. Dia akan jadi milikku!” Ucap Evelyn bertekad.
-------
“Mr. O’Connor ingin bertemu dengan Anda, Sir” Lapor Jack pada Austin yang saat ini tengah menandatangani sebuah dokumen.
“Adam O’Connor?” Tanya Austin memastikan.
“Benar, Sir”
“Ada apa pria tua itu ingin menemuiku?”
“Beliau mengatakan ingin memasok senjata ke Indonesia dan ingin bekerja sama dengan Anda”
“Senjata apa?”
“DSR-Precision DSR 50 Sniper Rifle, Sir”
“Apa dia tidak tahu kalau kita juga memilikinya?”
“Beliau mengatakan bahwa mereka telah memodifikasi senjata tersebut hingga tidak ada yang bisa menyamakan senjata tersebut. Jika Anda setuju, beliau akan langsung datang kemari membawa contoh hasil modifikasinya”
Untuk sejenak Austin berpikir mengenai tujuan seorang Adam ingin bekerja sama dengannya.
Adam O’Connor merupakan salah satu mafia di Italia yang terkenal akan kelicikannya. Pria itu akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan sepertinya bekerja sama dengan pria itu akan sedikit membuatnya repot karena selama ini Austin selalu bermain aman. Ia tidak ingin direpotkan dengan hal-hal yang memiliki risiko tinggi. Akan merepotkan untuknya.
“Katakan padanya aku menolak” Putus Austin.
“Baik, Sir”
“Bagaimana dengan Doni dan wanita itu?”
“Mrs. Stone menyuruh Doni untuk melaporkan semua kegiatan Anda padanya, Sir”
“Dia ingin memata-mataiku?” Gumam Austin sembari mengeluarkan senyum smirk-nya.
“Perintahkan Doni untuk melakukan apa yang wanita itu inginkan. Aku ingin lihat, sampai di mana dia mampu mengatasi akibat perbuatannya. Tapi ingat, jangan sampai wanita itu tahu tentang dia”
“Baik, Sir”
-------
Semangatin Evelyn dong biar kuat buat berjuang dapetin Austin >_<
Love you guys~