Mata Evelyn terbelalak saat melihat pria yang kini tengah duduk di ruangan sang ayah. Evelyn hanya bisa terdiam saat pria itu juga menatapnya.
Siang ini, sang ibu menyuruhnya untuk mengantarkan makanan untuk sang ayah di kantor. Tapi ia tak tahu kalau saat ini, sang ayah tengah kedatangan tamu.
“Princess, kemarilah” Panggil Will menyadarkan Evelyn.
“Ah, tidak. Nanti saja Dad, sepertinya Daddy sedang sibuk” Tolak Evelyn kemudian segera keluar dari ruangan Will dan menghampiri Dion yang tengah sibuk mengetik di komputernya.
“Uncle Dion!” Seru Evelyn sembari menghampiri Dion.
“Ada apa, Ev?” Tanya Dion tanpa mengalihkan pandangan dari komputernya.
“Kenapa Uncle tidak bilang kalau Daddy sedang memiliki tamu?” Tanya Evelyn.
“Uncle bisa apa kalau kamu tidak bertanya dulu dan langsung masuk begitu saja?”
“Jadi Uncle balas dendam tentang masalah tiga yang hari lalu?”
Flashback On.
“Uncle Dion! Ayo cepat, kenapa lama sekali?!” Seru Evelyn saat melihat Dion yang berjalan satu meter di belakangnya.
Saat ini mereka berdua tengah berada di Dufan. Evelyn yang tidak tahu harus mengajak siapa untuk menemaninya bermain pun akhirnya memutuskan untuk mengajak Dion.
Kedua orang tuanya sibuk berkencan, Kakak-kakaknya sibuk dengan urusan masing-masing, Rachel sedang sibuk menulis untuk menerbitkan bukunya yang kesekian, dan Mikaila yang katanya sedang melakukan sesuatu hingga tidak bisa diganggu. Hingga akhirnya hanya Dion yang bersedia menemaninya.
Sudah beberapa jam mereka di sana dan sudah beberapa kali pula bolak-balik untuk menaiki wahana yang sama. Mulai dari Tornado, Hysteria, Kicir-kicir, Halilintar, Rajawali, serta Ontang-Anting hingga membuat perut Dion mual dan hampir muntah yang membuat Evelyn harus menahan tawanya.
“Ayo kita pulang Ev, Uncle sudah tidak tahan. Huek...” Ucap Dion sembari menahan mualnya.
“Uncle Dion tidak seru” Setelah ucapan Evelyn tersebut, Dion segera berlari menuju toilet untuk memuntahkan isi perutnya yang sedari tadi ia tahan.
“Uncle Dion! Tunggu Ev!” Teriak Evelyn sembari menyusul Dion.
Flashback Off.
“Uncle tidak pernah berkata seperti itu” Ucap Dion.
“Uncle jahat. Tahu tidak yang di dalam itu p...” Ucapan Evelyn menggantung saat menyadari apa yang akan ia katakan.
Dion yang mendengar kalimat sepotong Evelyn pun mengalihkan pandangannya pada gadis itu.
“Memangnya dia siapa?” Tanya Dion.
“Bukan siapa-siapa” Jawab Evelyn cepat kemudian keluar dari ruangan Dion yang naasnya langsung menabrak lengan seseorang. Yap, dia adalah Austin yang baru saja keluar dari ruangan Will.
“Aw!” Rintih Evelyn sembari memegang keningnya. Dion yang melihatnya pun langsung menghampiri gadis itu.
“Kamu tidak apa-apa, Ev?” Tanya Dion khawatir kemudian melihat kening Evelyn yang ternyata tidak memerah sama sekali.
“Tidak apa-apa. Tapi rasanya sakit, sepertinya Ev terkena gegar otak” Jawab Evelyn hampir menangis.
“Jangan lebay, Ev” Ujar Dion sembari mengusap kening Evelyn lalu meniupnya.
“Maaf” Ucap pria yang sedari tadi menyaksikan interaksi Dion dan Evelyn.
“Ah, Mr. Stone” Ujar Dion kemudian membungkukkan badannya pada Austin yang membuat Evelyn terdiam, tak berani menatap pria itu.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanya Austin namun Evelyn hanya menjawab dengan gelengan kepala membuat Dion mengerutkan keningnya.
“Yakin?” Tanya Austin dan Evelyn kembali menjawab dengan anggukan kepala yang lagi-lagi membuat Dion semakin mengerutkan kening.
“Sepertinya kamu mengalami gegar otak” Ujar Austin yang kembali dijawab gelengan kepala oleh Evelyn. Melihat tingkah aneh Evelyn, Dion memutuskan untuk menjawab ucapan Austin.
“Anda tidak perlu khawatir, Mr. Stone. Dia baik-baik saja” Sahut Dion. “Apa ada yang Anda butuhkan?” Tanyanya.
“Tidak ada. Saya sudah selesai” Jawab Austin.
“Baiklah kalau begitu. Saya akan mengantar Anda hingga ke lift, Mr. Stone” Ajak Dion yang langsung dituruti oleh Austin.
“Masuklah ke ruangan ayahmu, Ev” Pintah Dion sebelum benar-benar berlalu yang langsung dituruti oleh gadis itu dengan berlari memasuki ruangan Will membuat Dion menggelengkan kepalanya.
-------
Suasana hiruk-pikuk kampus terdengar ketika Evelyn dan Mikaila keluar dari kelas setelah mata kuliah mereka berakhir.
“Akhirnya mata kuliah Mrs. Sam berakhir. Aku sudah sangat mengantuk mendengarnya berdongeng” Gerutu Mikaila.
“Aku juga. Belum lagi tugas yang dia berikan sangat banyak dan membuatku tidak bisa pergi ke Dufan besok” Gumam Evelyn.
“Kau ini! Sepertinya kamu pergi ke Dufan hampir setiap hari. Memangnya kau tidak bosan? Aku saja sudah bosan pergi ke sana” Sahut Mikaila.
“Tidak. Aku sangat menyukai wahananya, sangat menantang” Ucap Evelyn.
“Dasar gila!” Ujar Mikaila. “Eh, aku lapar. Ayo ke kantin” Ajaknya.
“Ayo” Sahut Evelyn.
Saat hendak memasuki kantin, jalan Evelyn dan Mikaila dihadang oleh Jessica serta kedua temannya dengan senyum licik di wajah mereka. Bianca Devins dan Tania Vlane.
“Mau ke mana kau?” Tanya Jessica dengan angkuhnya yang mengundang mata semua penghuni kantin.
“Ke kantin” Jawab Mikaila.
“Dasar kampungan. Makan makanan kantin yang tidak higienis. Ya, kalian pantas ‘sih makan makanan rakyat jelata seperti di kantin ini” Seru Jessica yang membuat orang-orang yang mendengarnya menatap sinis pada Jessica namun tidak ada yang berani menegur.
“Benar. Dasar rakyat jelata” Sahut Bianca.
“Apa mau kalian?” Tanya Evelyn.
“Hanya ingin bermain-main denganmu” Jawab Jessica.
“Pergilah ke taman bermain jika ingin bermain” Tukas Evelyn kemudian menarik tangan Mikaila untuk pergi. Namun sebelum sempat berjalan lebih jauh, Jessica segera menghadang jalan mereka.
“Tidak perlu terburu-buru seperti itu. Kami ‘kan hanya ingin bersenang-senang denganmu. Benar ‘kan girls?” Ucap Jessica.
“Yes!” Seru Tania dan Bianca bersamaan.
“Kami tidak memiliki waktu bersenang-senang dengan kalian” Ujar Evelyn kemudian mencoba pergi lagi namun Jessica segera menarik rambut Evelyn yang mengundang sedikit kegaduhan. Sementara Mikaila sudah panik sendiri di tempatnya, ia tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“Bukankah sudah kukatakan ingin bersenang-senang denganmu?” Tanya Jessica dengan senyum liciknya.
“Lepaskan!” Pintah Evelyn.
“Apa? Aku tidak dengar” Ujar Jessica kemudian tertawa bersama Tania dan Bianca.
“Kubilang lepaskan atau kau akan menyesal” Ancam Evelyn.
“Apa? Apa? Kau bilang apa? Aduh, kenapa suaramu kecil sekali?” Tanya Jessica.
Kesal, Evelyn sudah tak tahan lagi. Dan yang ditakutkan Mikaila pun terjadi.
Evelyn menggenggam tangan Jessica yang menarik rambutnya, menendang kaki Jessica hingga membuat tangan Jessica yang menarik rambutnya terlepas, lalu memelintir tangan Jessica ke belakang yang membuat gadis itu merintih kesakitan dan suasana sekitar pun menjadi heboh.
“Bukankah sudah kukatakan untuk melepaskan tanganmu dari rambutku?” Tanya Evelyn tak menghiraukan rintihan kesakitan dari Jessica dan kedua temannya yang menjadi takut sendiri.
“Kali ini aku akan memaafkanmu” Ujar Evelyn kemudian melepaskan tangan Jessica dengan sedikit mendorongnya ke arah Tania dan Bianca lalu menarik lengan Mikaila untuk pergi ke arah berlawanan. Mood-nya untuk makan di kantin telah hilang dimakan kekesalannya.
-------
Love you guys~