Bab 6

1216 Kata
Ayunda menguping pembicaraan Hana dan Raja untuk mencari tahu kondisi Ratu yang pulang dalam kondisi pingsan. Berulang kali Ayunda bertanya dan Hana hanya memberitahunya kalau Ratu pingsan karena kelelahan dan Ayunda merasa Hana berbohong padanya. "Rendra ... apakah keputusan kita tepat?" tanya Raja pelan. "Ini hanya permulaan dan Ratu harus belajar menerima Rendra kembali dalam hidupnya." "Rendra? Siapakah dia? Rasanya aku pernah mendengar kak Ratu menyebut nama itu. Hmmm, mungkinkah Rendra itu teman baik kak Ratu? Jangan-jangan kak Ratu pingsan karena kesenangan bertemu teman lamanya? Wahhhh, aku perlu kenalan nih sama teman lamanya kak Ratu." Ayunda kembali ke kamarnya dan mencatat nama Rendra di dalam buku diarinya. Buku diari yang ia dapatkan sebagai hadiah ulang tahun tanpa tahu siapa yang memberinya. Selama enam tahun Ayunda selalu menerima berbagai macam hadiah tepat di hari ulang tahunnya. Meski Ayunda tidak tahu siapa pengirimnya tapi Ayunda selalu menerima dan menjaga hadiah itu selayaknya barang berharga. "Dear diari, hari ini kak Ratu sakit lagi dan menurut Mama semua itu gara-gara kak Rendra. Hmmm, siapa ya kak Rendra itu? Mungkin gak ya kak Rendra itu Daddy long leg-nya aku? Malaikat yang dikirim Tuhan untuk menolong aku supaya bisa dekat dan disayang kak Ratu?" Ayunda membuka halaman pertama diary-nya yang terihat kumal dan lecek. Selama ini Ayunda melampiaskan kesedihannya dengan menulis diari. Semua kesedihan dan kebahagiaan selalu ia tulis di dalam diary itu, tidak jarang airmatanya jatuh dan membasahi diary itu. "Misi Ayunda! Bertemu kak Rendra dan memintanya mengembalikan senyum kak Ratu seperti dulu! Bukankah mereka teman lama? Pasti kak Rendra tahu cara mengembalikan tawa kak Ratu." Ayunda meletakkan kembali diari itu ke dalam laci mejanya dan setelah itu Ayunda menutup matanya dan berharap hari esok akan lebih baik daripada hari ini. **** "Non nanti papanya marah loh kalau kita ke kantor tanpa pemberitahuan," ujar Pak Ujang saat Ayunda memaksa Pak Ujang mengantarnya ke kantor Raja. Ayunda menarik tangan Pak Ujang dan tetap memaksa Pak Ujang mengantarnya ke kantor Raja. "Nggak akan marah kok, Papa baik kok dan jarang marah. Sama kayak aku kan Pak? Kami berdua mirip loh dan Pak Ujang pasti nggak akan dimarahi." Pak Ujang menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan akhirnya menuruti keinginan Ayunda. "Nah gitu dong, nih coklat untuk Bapak!" Ayunda menyerahkan sebungkus coklat ke tangan Pak Ujang. Melihat kebaikan Ayunda membuat Pak Ujang tersenyum pelan. "Anak sebaik itu kok disia-siakan ya. Astaga Ujang! Mulut kowe emang pedes!" Pak Ujang memukul kepalanya dan langsung membawa mobilnya menuju kantor Raja. "Rendra ... Pak Ujang pernah dengar nama itu nggak?" tanya Ayunda dengan wajah polosnya. Pak Ujang yang sedang asyik mengendarai mobil langsung menginjak rem dan sialnya tanpa sengaja mobil menabrak mobil di depan. "Astaga, ya ampun! Mati aku! Aduh non sih pakai nyebut nama itu segala, habis sudah gajiku bulan ini!" Pak Ujang menepikan mobilnya, begitupun mobil yang ada ditabrak Pak Ujang tadi. Ayunda berusaha menahan tawa setelah mendengar ocehan Pak Ujang, tapi tawa itu terhenti saat mata Ayunda melihat seorang laki-laki dewasa turun dari mobil itu. "Maaf Mas saya nggak sengaja," ujar Pak Ujang. Ayunda lalu turun dan berdiri di belakang Pak Ujang. Laki-laki dewasa itu menatap Pak Ujang dan Ayunda secara bergantian. "Om minta berapa buat ganti rugi? Jangan minta ganti rugi ke Pak Ujang, nanti gajinya bulan ini bisa habis. Kalau habis trus Pak Ujang makan pakai apa? Kalau nggak makan bisa-bisa Pak Ujang sakit, trus kalau sakit Pak Ujang pulang kampung dan nggak kerja lagi, trus aku ke sekolahnya sama siapa?" Pak Ujang langsung tertawa dan berusaha menghentikan usaha Ayunda membelanya. "Maaf Mas ... anak ini memang menggemaskan," ujar Pak Ujang. Laki-laki dewasa itu ikut tertawa dan mengacak rambut Ayunda dengan tangannya. "Kalau Pak Ujangnya sakit, kamu mau nggak kalau Om yang gantiin Pak Ujang jadi supir kamu?" tanya laki-laki dewasa yang ternyata Rendra. Takdir membuatnya bertemu Ayunda tanpa direncanakan dan keluguan Ayunda membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Rendra ingin mendengar Ayunda memanggilnya 'Ayah' tapi Rendra sadar kalau sampai detik ini ia tidak punya hak untuk panggilan itu. "Ih Om ge er, mentang-mentang cakep Om pikir aku mau gitu diantar? Denger ya Om kak Ratu ... aku itu nggak boleh jalan sama orang asing. Ya kan Pak Ujang?" Pak Ujang hanya bisa tertawa malu. Pak Ujang mungkin tahu kisah tragis Ratu tapi Pak Ujang tidak pernah tahu bagaimana bentuk dan rupa Rendra dan Rendra akan menggunakan Pak Ujang sebagai pihak ketiga supaya ia bisa bertemu Ayunda tanpa diketahui Ratu. "Hahahaha Om nggak jahat kok, emangnya ada orang jahat seganteng Om?" "Hmmmm iya juga sih, eh tapi kan wajah bisa menipu Om. Ada kok wajahnya ganteng tapi jahat gitu, kayak drama korea yang aku tonton. Jahat tapi ganteng kan." Kali ini Rendra kembali tertawa mendengar kepolosan Ayunda. "Anak sekarang tontonannya drama korea ," Rendra tak berhenti tertawa. "Habisnya kak Jasmine doyan drama korea dan aku pun jadi ikut-ikutan, ya kan Pak Ujang." Pak Ujang menyimpan dompetnya dan menyerahkan beberapa lembar uang sebagai biaya ganti rugi tapi Rendra menolaknya. "Nggak usah Pak ... Kalau saya ambil nanti dia ngomelin saya karena Bapak nggak makan. Jadi lebih baik Bapak simpan kembali uang itu dan belikan makanan yang banyak agar Bapak sehat dan bisa selalu menjaga anak pintar ini," ujar Rendra. "Aduh Mas, saya jadi nggak enak. Ini murni kesalahan saya dan hanya segini uang saya," ujar Pak Ujang dengan nada segan. "Nggak usah Pak, mobilnya pakai asuransi kok." "Tapi saya nggak bisa punya hutang budi sama orang Pak, jadi gini aja deh. Nama Bapak siapa? Bapak beritahu saya keinginan Bapak dan sebisa mungkin saya akan kabulkan. Agar kita sama-sama senang," umpan yang ditabur Rendra akhirnya terpancing. Rendra mengulurkan tangannya ke arah Pak Ujang dan Ayunda secara bergantian. "Rendra," "What! Nama Om siapa?" tanya Ayunda yang mulai bosan menunggu basa basi antara Pak Ujang dan Rendra. "Rendra, kok kamu kaget gitu?" tanya Rendra penasaran dengan reaksi Ayunda. "Om yakin namanya Rendra?" tanya Ayunda sekali lagi. "Hussshhh Non jangan gitu ah, nama Rendra kan banyak di Jakarta." Pak Ujang melihat ke arah Rendra dan mencoba meminta maaf. "Oke, kayaknya pembahasan ini bakalan seru. Gimana kalau kita duduk dulu sambil makan ice cream di sana?" Rendra menunjukkan tangannya ke cafe yang terletak tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Ice cream?" tanya Ayunda dan bola mata bersinar. "Non ..." "Pleaseeee, aku mau ice cream Pak. Boleh ya?" Ayunda menunjukkan wajah penuh harapnya. "Cara mereka meminta ice cream pun sangat sama. Mereka bagaikan pinang dibelah dua, ya Tuhan! Aku penyebab anak pintar ini tidak bahagia!" Rendra kembali mengutuk kebiadabannya. "Oke, tapi Tuan dan Nyonya jangan sampai tahu loh." Ayunda bersorak dengan girang dan mereka bertiga akhirnya masuk ke cafe itu. "Ice cream coklatnya dua dan vanila satu," ujar Rendra memesan ice cream untuk dirinya dan juga Ayunda serta Pak Ujang yang selalu setia di samping Ayunda. "Ndak pakai chocochip ya tan, aku nggak suka," ujar Ayunda. "Aku juga mbak, sama. Nggak pakai chocochip juga," pinta Rendra. "Ih Om copycat nih," Rendra tertawa lepas mendengar sindiran Ayunda. "Yang lahir duluan siapa?" tanya Rendra. "Om," balas Ayunda. "Nah karena Om yang lahir duluan, tentu Om duluan yang nggak suka Chocochipnya. Kok kamu malah bilang kalau Om ini copycat. Kamu tuh yang copycat!" "Yeeee, ih Om nyebelin! Pak Ujang kita pulang yuk! Om nya rese!" omel Ayunda. Pak Ujang berusaha menahan tawanya, Pak Ujang merasa ada ikatan di antara Rendra dan Ayunda makanya Pak Ujang membiarkan Ayunda bicara dengan orang asing yang baru dikenalnya. "Jadi ... kenapa dengan nama Rendra? Kayaknya kamu sangat terkejut saat Om bilang nama Om itu Rendra?" tanya Rendra. "Om mau nggak jadi kakak ipar aku? Nikah sama kakak aku? Buat kakak aku tertawa lagi?" tanya Ayunda dengan polos. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN