Bab 14

1261 Kata
Rendra membuka jendela kamarnya untuk menghirup udara pegunungan di belakang villanya. Rasa kagum dan senang mencampur menjadi satu, ketenangan yang dicarinya selama ini ternyata ada di villa ini. Rendra mulai bisa mengendalikan dirinya dan sadar kalau ia tidak berhak melarang Ratu dekat dengan laki-laki lain. Drttt drttt Rendra mengambil ponselnya dan melihat nama Maudy di layar ponselnya, Rendra langsung menjawabnya. "Ada apa Maudy? Semuanya baik-baik saja kan? Ayu dan Ratu baik-baik saja?" "Baik Mas, mereka berdua sampai saat ini masih baik-baik saja, walau kedatangan saya sepertinya tidak terlalu disukai Mbak Ratu. Mbak Ratu sejak semalam mengurung dirinya di kamar dan mengacuhkan Ayunda." "Kenapa? Apakah dia sakit atau mungkinkah Ayu buat masalah dan membuat Ratu marah lagi?" "Hahaha nggak kok Mas, Mbak Ratu nggak sakit atau Ayu buat masalah. Menurut saya Mbak Ratu hanya sedang terancam." "Terancam? Maksud kamu apa?" "Ya sudah, lebih baik Mas cepat pulang dan cari tahu sendiri kenapa Mbak Ratu merasa terancam, ya sudah aku urus Ayu dulu ya." Maudy menutup teleponnya, "Mereka lucu, yang satu cinta mati dan rela melakukan apa saja demi cintanya, sedangkan yang satu lagi masih malu-malu ngakuin isi hati sendiri. Ego dan amarah membuat Mbak Ratu menutup hatinya. Lebih baik aku uji seberapa besar benci itu di hati Mbak Ratu." **** Ratu bangun dari tidurnya saat mendengar gelak tawa Maudy dan Ayunda dari  luar kamarnya, Ratu menarik selimut dan mencoba menutupi telinganya dengan bantal guling tapi semakin ia tutupi gelak tawa itu semakin terdengar keras dan membuat hatinya panas dan kesal. Ratu menyingkap selimutnya dengan kesal dan menggerutu tanpa henti, rasanya ia ingin melabrak, memarahi atau apa pun agar Maudy berhenti tertawa. Saat akan membuka pintu Ratu sadar kalau ia tidak seharusnya melampiaskan amarahnya hanya karena Maudy tertawa. Maudy akan berpikir ia manusia berhati dingin atau lebih buruknya Maudy akan berpikir ia tidak suka dengan dirinya. "Aku harus tenang dan bersikap elegan, marah-marah hanya akan membuatku terlihat bodoh di matanya." Ratu membuang napas dan mencoba bersikap biasa, tapi rasa penasaran membuat Ratu menguping pembicaraan Maudy dan Ayunda dari balik pintu kamarnya. Terdengar samar-samar tapi Ratu yakin kalau Ayunda begitu terpesona dengan kecantikan, kebaikan, kelembutan yang ditampilkan Maudy. Kesal. Tentu saja ia berhak kesal, kenapa Ayunda bisa cepat akrab dengan orang yang baru dikenalnya? Kenapa harus Maudy? "Mbak Maudy lucu deh, udah lama loh Ayu nggak dengar lelucon kayak tadi. Ayu senang banget bisa kenalan sama Mbak, Mbak mau ya temani aku selamanya? Aku kesepian dan butuh Mbak  untuk bikin lelucon seperti tadi," ucapan Ayunda lagi-lagi mengena di hati Ratu. Ratu memegang dadanya yang terasa sakit. "Loh kamu kan punya kakak-kakak dan kedua orangtua kamu," jawab Maudy. Ayunda menggelengkan kepalanya dan berulang kali membuang napas. Sarapan yang disiapkan Maudy hanya diacak-acaknya. "Selama ini Kak Ratu nggak pernah mau main sama aku. Kak Ratu benci banget sama aku, dia ..." Lagi-lagi ucapan Ayunda menbuat airmata Ratu jatuh tanpa ia sadari. Sedalam itukah rasa benci yang ia tampilkan selama ini? Hingga Ayunda sadar kalau Ratu membencinya? Ratu menghapus airmatanya dan membuka pintu untuk menyela pembicaraan Maudy dan Ayunda. "Siapa bilang kakak nggak mau main sama kamu, kamu harus temani kakak berenang di bawah!" sela Ratu dengan kesal. Matanya masih menatap Maudy yang terlihat lebih pantas menjadi ibu Ayunda dibanding dirinya. Ayunda meletakkan sendoknya dan reflek memegang tangan Maudy, mata Ratu melihat itu dan ia semakin sulit mengontrol amarahnya. "Buruan! Kamu ke sini!" bentak Ratu. "Kakak kenapa marah? Aku salah apa kak?" suara Ayunda mulai bergetar. "Ya Tuhan, kenapa aku membentaknya." Maudy mencoba menenangkan Ayunda dan berniat menghapus airmata Ayunda yang tiba-tiba jatuh tapi ia batalkan saat Ratu tiba-tiba menghampiri Ayunda dan menghapus airmata Ayunda dengan kedua tangannya. "Ja ... jangan nangis, ma ... maaf kakak membentak kamu. Kamu sih ... ah pokoknya kakak minta maaf dan ayo temani kakak berenang," ajak Ratu dan ia sengaja menyenggol Maudy untuk memberi peringatan jangan pernah mencoba merebut Ayunda dari dirinya. Maudy tertawa meski setelah itu ia pura-pura bersikap polos. "Kakak mau berenang? Bukannya kakak nggak bisa berenang ya kata Mama?" jawab Ayunda dengan suara seraknya. "Ih kamu bawel! Kakak mau kita pergi BERDUA berenang di bawah, hanya kita dan nggak boleh orang LUAR ikut." Ratu sengaja menekankan kata berdua dan luar agar Maudy tidak ikut bersama mereka tapi sialnya Maudy lebih mengikuti kata-kata Rendra untuk selalu menjaga Ratu dan Ayunda. "Saya ikut Mbak untuk jaga Ayu, Mbak katanya nggak bisa berenang kan? Bahaya membiarkan anak sekecil Ayunda berenang tanpa pendamping," ujar Maudy. Emosi Ratu lagi-lagi terpancing dan ia menyuruh Ayunda untuk masuk ke dalam kamar agar tidak mendengar pembicaraannya dengan Maudy. Setelah yakin Ayunda tidak akan mendengar pembicaraan mereka barulah Ratu mendekati Maudy. "Kamu pikir saya akan mencelakai Ayu?" tanya Ratu dengan kesal. "Tidak, tapi siapa yang tau? Bukannya Mbak tidak menyukai Ayu? Ayu bilang kalau ..." Ratu memegang dagu Maudy dan mencengkramnya dengan kasar. "Saya memang tidak menyukai Ayu ... bukan tidak tapi belum. Perlu kamu ketahui kalau saya tidak akan pernah mencelakai dia, jadi jaga mulut kamu dan menjauhlah dari dia," ancam Ratu dengan nada sengit. "Mbak nggak mau Ayu dekat dengan saya? Kalau begitu kenapa Mbak berusaha belajar menyayangi dia. Mungkin dengan begitu Ayu akan lebih memilih Mbak dibanding orang lain," ucapan Maudy membuat Ratu melepaskan pegangannya. **** "Jangan ikuti kami!" ujar Ratu dengan tegas tapi Maudy lebih keras kepala dan memilih ikut meski Ratu tidak mengajaknya dan menunjukkan wajah tidak sukanya. Beberapa kali Ratu sengaja buat masalah agar Maudy kembali ke apartemen dan meninggalkan ia dengan Ayunda tapi Maudy tetap tidak peduli dan masih terus berada di sampingnya. Bahkan Maudy sengaja ikut berenang dan bermain dengan Ayunda, Ayunda pun lebih menikmati waktunya berenang dengan Maudy dibanding Ratu. Maudy pun dengan senang hati mengajari Ayunda berenang. Ratu semakin kesal dan menarik Maudy keluar dari kolam renang. "Kakak dan Mbak mau ke mana?" tanya Ayunda yang bingung melihat Ratu menarik tangan Maudy keluar dari kolam. "Ada urusan, kamu di sini dulu dan jangan ke mana-mana, oke?" Ayunda mengangguk dan kembali berenang dengan riang, sedangkan Ratu mengajak Maudy ke sudut kolam. "Ada apa Mbak? Kenapa Mbak membawa saya ke sini?" "Kamu kayaknya suka cari masalah ya?" tanya Ratu dengan wajah memerah dan asap mulai keluar dari kepalanya. "Nggak, bukannya Mbak Ratu yang cari gara-gara. Saya ditugaskan Mas Rendra menjaga Mbak dan Ayu, jadi inilah tugas saya dan sejak tadi sepertinya Mbak yang cari gara-gara dengan saya," jawab Maudy dengan wajah santai. "Cih! Mas Rendra ... Mas Rendra ... dasar wanita nggak tau malu! Berani-beraninya manggil suami orang dengan mesra di depan istrinya! Ih senewen juga lama-lama!" "Kamu ngelunjak tau nggak?" "Saya kenapa lagi sih Mbak?" "Jangan sok akrab dengan Rendra, kamu ... kamu ..." Ratu semakin terpancing dengan jebakan Maudy dan tanpa sadar sikapnya menunjukkan kalau ia mulai terancam dengan hadirnya wanita lain di hidupnya dan Rendra. "Mbak ... cemburu ya saya dekat dengan Mas Rendra? Bukannya Mbak selama ini tidak pernah menganggap Mas Rendra? Mas Rendra masih muda, baik, ganteng, kebapakan dan manly. Kasihan selama ini hidupnya disia-siakan Mbak. Jadi ... wajar dong kalau saya mencoba menggantikan posisi Mbak, boleh kan?" Ratu kaget dan menyangka Maudy membalasnya dengan melempar bom ke mukanya seperti itu, ia kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan Maudy. Ratu meninggalkan area kolam renang dan tidak peduli dengan panggilan Ayunda. "Tidak ... aku tidak cemburu, berani-beraninya dia bilang aku cemburu! Cih, silakan ambil kalau mau. Toh, sebentar lagi kami akan bercerai," gerutu Ratu. Maudy tertawa senang umpannya termakan ikan, Maudy mendekati Ayunda dan mengacak rambut Ayunda. "Mbak kok berantem sama kak Ratu, kak Ratu itu emang galak tapi dia baik kok." "Kamu sayang sama kak Ratu?" tanya Maudy lagi. "Banget," "Kamu mau kak Ratu jadi bunda dan om Rendra jadi ayah kamu?" tanya Maudy. Ayunda tertawa terpingkal-pingkal, "Hahahaha, nggak mau lah Mbak. Mana mungki kak Ratu jadi Bunda, Ayu nggak mau punya Bunda yang membenci Ayu. Ayu nggak mau Kak Ratu jadi Bundanya Ayu, mana ada Bunda membenci anaknya. Ya, kan?" ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN