Frans memandangi layar ponselnya dengan wajah tegang. Pagi itu di Paris, langit seharusnya cerah, tetapi bagi Frans dan Celine, semuanya terasa mendung. Suara di seberang telepon masih terus berbicara dengan nada tergesa—laporan dari tim kepercayaannya di Jakarta yang membuat darah Frans mendidih. “Enam truk, Pak,” suara lelaki itu terdengar khawatir. “Mereka buang sampah di depan kantor. Parahnya lagi, tiga truk lainnya nyampah di depan rumah Bapak. Orang-orang udah rame, media juga mulai datang. Ini kayak sabotase.” Frans menatap kosong ke arah jendela kamar hotel. Jemarinya mengepal kuat. “Kau yakin ini bukan kebetulan?” “Tidak, Pak. Kami sudah lihat CCTV. Sopir-sopir itu seolah sengaja diarahkan. Dan ada satu wanita yang terlihat mengatur dari jauh. Wajahnya mirip dengan—” Frans me