26

1474 Kata

POV Satria "Mau bicara apa? Tinggal bilang saja." Aku menatapnya heran. Minyak kayu putih kuusap-usap ke perut Hanif, Hanif tertawa-tawa kegelian. Berkali-kali tangan mungilnya mencoba menyingkirkan tanganku dan ia lagi-lagi tertawa saat tanganku mengusap lembut perutnya sedikit menekannya. Nina terus saja terlihat ragu-ragu, itu membuatku bertambah heran saja. Apa dia mau meminta sesuatu? Atau apa dia sudah kehabisan uang? "Apa uang adik sudah habis?" tanyaku, menatapnya menyelidik. Sejauh ini, dia tidak pernah lebih dulu meminta uang, aku selalu memberinya sebelum dia meminta. Nina menggelengkan kepala. Menatapku dengan wajah tegang. Seolah aku bakal memakannya saja. "Masih ada, Mas." Tatapannya kini tertuju ke wajahku. Tampak ragu. "Tinggal berapa?" Jangan-jangan uang bulanan t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN