POV Satria "Kenapa, Mas?" tanya Nina, menatapku dengan kernyit heran. Aku yakin sekali dia sebenarnya tahu apa yang sedang kupikirkan. Tapi pura-pura tidak tahu saja. "Mas." "Tidak papa, Sayang," sahutku sambil menyelonjorkan kaki. Aku menarik napas saat teringat sikap ibu mertuaku yang terlihat sangat jengkel tadi. Tak biasa-biasanya ibu bersikap seperti itu. Pakai acara mengancam jika Nina sakit, maka dia yang akan mengurus Nina di rumahnya, seolah menyindir jika Nina sakit, itu artinya aku tak becus mengurus istri. Mencari pengasuh? Aku benar-benar stres memikirkannya. Kenapa harus pakai pengasuh jika semuanya masih bisa diatasi? Toh aku juga membantu Nina, tidak semua pekerjaan kutimpakan pada istriku itu. Bahkan sejak dia kembali hamil, aku ikut membantu memandikan si kembar.