"Menemui dia lagi?" Terdengar penekanan dari suara Ashana ketika menyebut dia. Matanya masih diliputi amarah. Jantungnya terasa seperti ingin meledak karena emosi yang menguasai dirinya. Sesaat dia berpikir bahwa dia bukan seperti orang lain yang tak bisa mengendalikan diri. "Saya ingin menangkan diri, Bu." Kalingga terdiam dengan tangan memegang handle pintu kamarnya. "Ibu kamu bilang? Stop it Kal!" ujar Ashana seraya duduk, tampak berkas kemerahan di bagian atas tubuhnya. Kalingga sempat menghisap lehernya tadi, meninggalkan jejak di sana. Dia tak lagi menahan diri malam ini. Amarah yang sama juga memuncak di dirinya. "Memang benar kan? Ibu yang menekankan bahwa ibu adalah atasan saya, tidak lebih. Dan saya juga tidak bisa berbuat lebih, karena saya hanya pesuruh yang lebih layak di