Sambil menyesap minuman dinginnya, Ashana menatap keponakannya. Gadis yang dulu sangat kecil dan menggemaskan, sudah menjelma menjadi seorang wanita cantik yang mempesona. Bahkan ketika dia bersamanya seperti saat ini, semua mata pria nyaris tertuju padanya. Ashana dan Illiana makan di luar area kantor, sengaja memilih suasana yang berbeda. Wanita itu mencolek cream di atas minumannya dengan sedotan berwarna hitam, lalu memakan cream itu. “Kenapa Tan?” tanya Illiana, melupakan malam aneh di vila yang sempat terekam di otaknya. Sungguh, dia tak tahu apakah malam itu benar terjadi? Atau dia hanya bermimpi? Mungkinkah dia juga salah dengar. “Papa kamu aneh ya?” ujar Ashana secara tiba-tiba. Dia bersandar di kursi itu seraya menyilang kakinya, merapikan blazer yang dipakai di hari senin