Arlen meremas foto-foto keluarga Cattaleya yang selama ini dia miliki. Beberapa foto itu sudah rusak karena tindakan Arlen sendiri, meremasnya bahkan menusuk foto itu dengan pisau. Kebencian terhadap keluarga Cattaleya telah lama hinggap di hati Arlen sejak dia kecil. Sebuah peristiwa yang sebenarnya telah dibuat oleh keluarga Cattaleya telah membuatnya menjadi manusia penuh dendam.
Dalam hati Arlen, dia sangat tidak tega mempermainkan sandiwara untuk menyakiti hati Alley, tapi apa boleh buat, ini demi dendam yang sudah lama berakar dalam hatinya.
Arlen tahu, Alley telah diculik oleh pengawal Hannatara sendiri-Rieffan karena wanita itu dulu mempermainkan perasaannya yang tulus pada majikannya. Hannatara tahu bahwa diam-diam Rieffan mencintainya dan wanita itu telah tidur dengan Rieffan hingga hamil. Sayangnya, anak yang dikandung Hannatara saat itu digugurkan olehnya lantaran dia tidak sudi hamil anak dari bawahannya sendiri.
"Apa kau sudah gila? Kamu pikir aku mau mengandung anak darimu?"
Arlen tahu kejadian itu, saat Hannatara membuat Rieffan yang mencintainya begitu kecewa. Hannatara memilih untuk menikah dengan pria yang sederajat dengannya dan mau mengandung anak pria itu-yang pada akhirnya terlahir sebagai -Grace. Akhirnya, dengan penuh rasa sakit hati dan dendam, Rieffan nekat menculik Grace sebagai alat pembalasan dendamnya.
Semuanya dimanfaatkan oleh Arlen yang juga memiliki dendam dengan keluarga Cattaleya, dia mendekati Grace dan memanfaatkan momen kejatuhan Rieffan yang jual mahal untuk diajak kerja sama sebagai senjata untuk menjatuhkan keluarga Cattaleya.
Kepolosan dan keceriaan Grace yang berubah menjadi Alley karena sebuah amnesia jangka pendek, membuat hati Arlen menghangat. Alley sangat berbeda dengan ibunya yang kejam dan dingin-yah, seluruh keluarga Cattaleya memiliki kekejaman dan hati yang hitam. Mereka tidak peduli siapapun, bahkan jika ada anggota keluarga yang menyusahkan mereka, tanpa ragu Cattaleya akan menghabisi saudara satu darah itu.
Mereka kejam.
Mereka bukan manusia.
Mereka adalah kegelapan.
Cattaleya adalah racun bagi dunia bisnis. Mereka bermain licik, kejam, dan tanpa belas kasihan. Segala bisnis dalam dunia kegelapan mereka jalani, dunia politik juga mereka kuasai. Uang adalah kekuatan mereka dan juga kekuasaan adalah tameng bagi mereka.
Tok tok.
Sebuah ketukan pintu membuyarkan pikiran Arlen soal Cattaleya, Alley membuka pintu dan menampilkan sosoknya dibalik pintu. "Arlen, sedang apa disini? Makan malam kita sudah siap."
Mata Arlen melihat sosok Alley dengan tatapan sedih, lalu sedetik kemudian dia menyeringai. "Aku datang, sayang..."
.
.
.
.
.
Setelah tahu semua rahasia Alley dari Rieffan, Luciel dibuat bingung! Dia tidak tahu apakah dia harus lanjut mencintai Alley atau mundur melupakannya. Tantangannya terlalu besar, Alley adalah sosok kegelapan dimasa depan dan Luciel tidak sanggup menahan kegelapan itu.
Tangannya memijat keningnya yang sedikit berkeringat, sebenarnya kepalanya tidak pusing, tetapi entah kenapa hal seperti ini diperlukannya untuk meredakan sakit kepala pikirannya akan Alley.
Jika Alley kembali pada keluarga Cattaleya dan menjadi penerus Hannatara, Luciel yakin dia tidak akan pernah bisa memiliki kesempatan bersama Alley. Begitu juga dengan Arlen yang sudah memproklamirkan dirinya sebagai tunangan Alley saat ini, itu semua tidak akan direstui oleh Hannatara.
Arlen... apa dia tahu tentang semua ini?
Mata Luciel menyipit, memikirkan musuhnya yang sedang bahagia memiliki Alley di kediamannya.
Hah, biarkan saja Arlen mati ditangan keluarga Cattaleya... Aku tidak peduli lagi!
.
.
.
.
.
Mata tegasnya melihat laporan perusahaan dengan teliti, wanita yang berumur 48 tahun itu sedang tersenyum senang karena profit perusaahaan gelap miliknya berjalan sukses.
"Bagus, pertahankan hasil kerjamu. Kalau tidak, kepalamu akan kutembak." seringai kejam Hannatara hadir saat dia memperingatkan Direktur Utama perusahaan Cattaleya.
Direktur Utama yang ditunjuknya langsung hanya bisa menjawab dengan senyuman ketakutan, apa boleh buat, beginilah nasib pekerja yang bekerja sebagai kaki tangan Hannatara.
"Pergilah..., lakukan pekerjaanmu dengan baik."
Hannatara kini sendirian dalam ruangan kerjanya, dilihatnya foto anak perempuannya yang telah lama hilang dengan senyuman sedih. Gracella Vienna Cattaleya, putri tunggalnya yang amat dia sayangi menghilang bagaikan hilang ditelan bumi.
Masih jelas dalam ingatan, dimana Rieffan-cinta pertama sekaligus pengawal pribadinya- menculik anaknya yang masih sangat kecil.
Setetes air mata turun di pipi Hannatara, walaupun disertai air mata, hatinya penuh amarah dsn dendam mengingat cinta pertamanya itu. Hannatara tahu bahwa dia bersalah juga karena telah menyakiti hati Rieffan hingga pria itu nekat menghancurkan kebahagiaanya. Namun apa daya, saat dia sedang mengandung anak pertamanya bersama Rieffan saat itu-Ayahnya tahu dan menyuruh Hannatara menggugurkan kandungannya dengan paksa. Ayahnya tidak sudi memiliki cucu dari Rieffan. Lebih baik bayi itu tidak lahir sama sekali daripada menjadi aib keluarga nantinya.
"Hah~ apa anakku masih hidup?" gumam Hannatara dalam kesendiriannya.
Mencari jejak Rieffan sangat sulit, mengingat Rieffan dulu pernah bekerja dengan keluarga Cattaleya, itu membuat Rieffan tahu bagaimana cara keluarga Cattaleya mencari seseorang. Hannatara frustasi dan hampir menyerah untuk menemukan putri tunggalnya itu. Dia kini pasrah jika Grace sudah dibunuh oleh Rieffan, tetapi dia bersumpah akan membalaskan dendam pada Rieffan yang sudah merebut anaknya.
"Rieffan Adwipurnama... kau pasti akan kutemukan."
.
.
.
.
.
"Alley, hari ini ikut denganku ke acara pernikahan temanku." Arlen langsung saja masuk kedalam kamar Alley tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.
"Bisakah kau mengetuk pintu dulu? Bagaimana jika aku sedang ganti baju?"
"Itu berkah buatku dan aku langsung menerjangmu." Arlen memeluk Alley dari belakang dan mencium rambut Alley yang panjang. "Aku suka wangimu."
"Ihh, lepaskan! Pelak-peluk aja." Alley menepis tangan Arlen yang melingkar di pinggangnya. "Aku tidak kenal temanmu, kau sendirian saja."
"Aku harus bawa tunanganku, aku akan mengenalkanmu pada teman-temanku."
"Tidak mau."
"Kenapa tidak mau?"
"Arlen, aku saja belum bisa mengingatmu sebagai tunanganku, sekarang aku harus bertemu dengan teman-temanmu?" tatap Alley bingung.
"Mereka tidak akan tahu kalau kau hilang ingatan atau apapun, selama kamu selalu disisiku, kamu aman." Arlen memeluk kembali Alley dari belakang. "Kamu mau kan? Aku akan menjagamu."
"Arlen, sikapmu ini selalu berhasil membuat semua wanita yang dekat padamu jadi meleleh. Apa kau selalu seperti ini setiap merayu wanita?" Alley menyipitkan matanya curiga.
"Aku tidak pernah merayu siapapun, Alley. Aku selalu setia padamu."
"Huh, semua omongan pria buaya itu selalu sama."
.
.
.
.
.
Alley akhirnya memutuskan ikut ke acara pernikahan teman Arlen. Dengan perintah Arlen pada Herjuno untuk mempersiapkan Alley, penampilan Alley sangat mencuri perhatian di acara pernikahan itu. Si pemilik acara pun terpukau dengan kehadiran mereka berdua yang mencuri panggung utama itu.
Bukannya itu wanita yang dikabarkan dekat dengan Arlen?
Jadi mereka masih bersama?
Ceweknya kan miskin, pasti dia menjual tubuhnya...
Segala bisikan itu membuat Alley memicingkan matanya menatap sekumpulan wanita pengaggum Arlen yang hanya bisa berdandan dan menggosipkan orang lain.
Tanpa takut dan gentar, Alley nekat mendekati kumpulan wanita itu. Arlen bingung dengan sikap Alley, namun dia tetap mengikuti Alley dari belakang.
"Maaf ya, para ladies... w************n ini ternyata lebih menarik daripada kalian yang kaya tapi bertabiat jelek, Arlen lebih memilihku daripada salah satu dari kalian."
Sekumpulan wanita itu geram dan mengepalkan kedua tangan mereka, bersiap menyerang Alley.
BYUR.
Sebuah siraman wine mengenai para wanita yang ingin menyerang Alley, Hannatara membela Alley yang tadi menggertak mereka.
"Biarkan aku membantumu, wanita pemberani. Aku suka gayamu." Hannatara tersenyum melihat Alley.
Disisi lain, Arlen menatap sinis kejadian itu.
Sisi gelap akan mulai bermain sejak saat ini.