His Dark Side

1463 Kata
"Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Alley!" Arlen berteriak dalam dirinya, berusaha mengambil alih dirinya yang telah dikuasai oleh sisi gelapnya. "Kamu sudah terlalu lancang merusak rencanaku, Arlen.... Aku tidak akan membiarkanmu mengambil alih tubuh ini..." "Aku tidak akan membiarkannya. Aku akan melawan diriku sendiri untuk melindungi Alley." teriak Arlen pada pantulan dirinya yang penuh kegelapan. "Kamu lupa apa yang keluarga Cattaleya lakukan pada keluargamu? Aku mengijinkanmu mengambil alih tubuh ini karena kamu akan membantuku membuat gadis itu bertekuk lutut padaku. Tapi semakin kulihat, kamu semakin perhatian padanya. Aku tidak akan menyerahkan tubuh ini lagi padamu." Sisi gelap Arlen mengeluarkan kekuatan gelapnya dan mengurung sisi Arlen yang sesungguhnya. "Hey, hitam b******k! Keluarkan aku! Aku tidak akan membiarkan kau menyakiti Alley!!" Tawa gelap Arlen itu terdengar dengan keras, seperti mendengar guyonan yang sangat lucu. "Kau tidak akan pernah menang melawanku Arlen, selama hatimu penuh dengan dendam... Hahaha." Tangan Alley bergetar, dia terus melihat Arlen yang tertidur disampingnya dengan sangat nyenyak. Alley tidak percaya Arlen melanggar janji dan kontraknya, bahwa Arlen tidak akan menyentuh dirinya secara fisik. Saat ini perasaan Alley sangat hancur. Keperawanan yang dijaganya telah direnggut oleh pria yang setengah hati padanya. "Pria brengsek..."gumam Alley. Kaki Alley sangat tidak berdaya. Dia berusaha untuk berjalan mengambil kemeja Arlen untuk menutupi tubuh mungilnya. Pantulan dirinya yang terbuka terlihat di cermin kamar Arlen, banyak bercak biru disana, bekas jejak mulut Arlen yang menjelajahi dirinya. " Tampak indah... " Alley menoleh ke arah sumber suara itu, Arlen telah bangun dari tidurnya. Tubuh Alley langsung jatuh tersungkur, kakinya kehilangan tenaga untuk berdiri. Arlen melangkah mendekati Alley yang tampak tidak berdaya, lalu dia setengah berlutut mensejajarkan pandangan dengan mata Alley. "Kau kelinci yang lemah, tapi kau sangat nikmat. Aku rasa aku akan ketagihan dengan rasa tubuhmu." Tubuh Alley bergetar dan air matanya jatuh dan membasahi pipinya. Arlen tidak suka memandang air mata itu. "Aku sangan benci dengan wanita cengeng." Plak. Pipi Alley memerah bekas tamparan Arlen. "Berhenti menangis, atau kau akan menerima akibatnya." "Kenapa?" Arlen melihat mata Alley yang tergenang air mata. "Kau masih bertanya kenapa?"sinis Arlen. " Aku kira kau akan terus bersikap baik padaku, aku kira kau memang memiliki rasa untukku. Aku mengira kau akan memegang teguh janjimu untuk tidak menyentuhku... " Alley merasa sangat tidak berdaya dengan tangisannya. Arlen tertawa mendengar ucapan Alley yang tampak seperti manusia bodoh. Tangan Arlen mencengkram pipi Alley dengan kuat. "Aku hanya pura-pura baik agar kau percaya padaku... Aku hanya ingin agar kau punya perasaan padaku dan pada akhirnya aku akan mematahkan hatimu dengan cara yang paling sadis." ucap Arlen dengan memandang Alley dengan penuh amarah. Alley menitikkan kembali air matanya dan Alley melepaskan cengkraman itu dengan kasar. Ada jejak merah pada pipi itu. Arlen melangkah meninggalkan ruangan itu dengan segala kesedihan yang ditinggalkannya untuk Alley. Pandangan Alley mulai mengabur karena dipenuhi oleh air mata. Lagi-lagi tubuh Alley semakin lemas dan dirinya memilih untuk merebahkan tubuhnya di lantai yang dingin. Tidak lama setelah itu beberapa pelayan wanita datang menolong Alley, termasuk asisten pribadinya-Kika. "Nona, sadarlah!!!" Kika berusaha menyadarkan Alley yang terlihat lemah. Alley tidak mau mendengarkan apapun lagi, dia tidak ingin tahu apapun lagi. Dia hanya ingin menghilang saat ini. . . . . . Hati Hannatara merasa tidak tenang. Dia tidak tahu apa alasannya, hanya saat ini dia merasa sedang terjadi sesuatu pada Alley. "Kamu kenapa?" Suara yang sudah lama tidak didengar oleh Hannatara membuat matanya segera mencari sumber suara itu. Grievan-suaminya yang telah lama tinggal di Amerika akhirnya pulang kembali ke Indonesia. Setelah tahu bahwa akhirnya Hannatara menemukan Alley, Grievan Werren-suaminya segera menyelesaikan urusan bisnis dan pulang kembali ke tanah air. Kaki Hannatara berlari kecil, memeluk dengan erat suaminya yang sudah lama dirindukannya. "Selamat datang, sayangku... Aku merindukanmu"ucap Hannatara dengan pelukan erat. " I miss you too... " Werren menyambut pelukan hangat itu. "Er, aku mau kita menjemput putri kita..." "Putri kita?" tanya Werren dengan raut wajah bingungbingung lalu melepaskan pelukan dari istrinya itu. "Aku telah menemukannya, Er. Rieffan merawat dia seperti anaknya sendiri. Dia tidak membunuh Grace. Hanya saja, Grace diubah namanya menjadi Alley dan dia juga tidak menyukaiku." ucap Hannatara dengan lesu. "Tu-tunggu. Apa kau yakin itu anak kita? Apa kau yakin bahwa dia adalah Grace? Bisa jadi kalau Alley itu memang benar anak kandung Rieffan sendiri." ucap Werren. "Tapi Er, dia sangat mirip denganku. Aku punya foto Alley." Hannatara menyerahkan foto Alley yang diambil secara diam-diam. Mata Werren tampak berair melihat foto itu. Kemiripan Alley dan Hannatara memang tidak perlu dipertanyakan lagi. "Dia benar putri kita... Kenapa kamu masih belom menjemputnya? Aku yakin anak buah kita bisa menjemput Alley. Rieffan tidak memiliki pertahanan. Pasti dia tidak sekuat yang dulu." "Arlen.. Dia bersama Arlen. Aku mendengar kabar kalau mereka bertunangan. Luciel sedang membantuku mencari informasi selengkap mungkin." Werren terkejut, "Arlen dari keluarga Christopher?" "Ya..." "Bagaimana bisa?"Werren menaikkan tensi nada bicaranya. "Dari informasi Luciel, Alley terpaksa menjadi tunangannya karena Arlen membeli perusahaan Rieffan saat mereka mulai bangkrut. Lalu, Rieffan mempunyai penyakit Leukimia dan terjadilah pertunangan itu. Alley setuju bertunangan untuk menyelamatkan ayahnya." Hannatara menjelaskan pada Werren dengan tenang. "Ada yang aneh... Setahuku, Arlen tidak akan membeli perusahaan bangkrut. Mana mau dia..." Hannatara menghela nafasnya, "Kau tahu kasus pegawai perusahaan kita yang menabrak seorang wanita hamil?" "Kenapa kamu menjadi bahas hal yang lain?" Werren semakin bingung. "Hah~ Kedua hal ini berkaitan, Er. Wanita hamil yang tewas saat kecelakaan waktu itu adalah wanita yang dicintai oleh Arlen. Mereka sebenarnya akan kawin lari." Werren mulai paham, "Apa Arlen lebih dulu tahu kalau Alley adalah anakmu?" Hannatara mengangguk. Brak. "b******k! Dia menjadikan Alley sebagai senjata balas dendam! "ucap Werren sambil menggebrak meja. "Tapi ada informasi tambahan yang aku dapat dari Luciel, mereka sebelumnya adalah sepasang kekasih yang terhambat restu oleh Rieffan. Saat itu mereka juga sudah bertunangan, hanya saja dibelakang Alley, Arlen itu selingkuh dengan wanita lain hingga hamil. Arlen memilih wanita lain dan berniat kawin lari. Naas, wanita itu tewas dalam kecelakaan. Diwaktu yang berdekatan, Alley mengalami kecelakaan juga karena saingan bisnis Arlen. Alley mengalami Amnesia Lakunar, Alley tidak mengingat beberapa kejadian masa lalu secara acak. Alley tidak dapat mengingat Arlen lalu dimanfaatkan oleh Rieffan yang tidak mau Alley celaka. Mereka mulai menghilang setelah kejadian itu." Werren semakin bingung, begitu rumit kejadian yang berkaitan dengan Alley saat bersama Arlen. "Aku tidak tahu sejak kapan Arlen tahu bahwa Alley adalah anak kita yang hilang. Arlen tidak pernah tulus pada Alley. Sejak dulu dia telah berkhianat. Apalagi saat ini, Alley telah dicuci otaknya oleh Arlen untuk membenciku." mata Hannatara mulai berair. "Aku paham permasalahannya. Kita memang tidak bisa langsung membawa Alley begitu saja, dia pasti akan membenci kita. Cuma saat ini, apa kita bisa bertemu dengan Rieffan?" "Kemarin aku mengunjungi rumah sakit tempat dia sedang menjalani kemoterapi. Tapi penjagaanya ketat. Kita juga tidak bisa bertindak sembarangan karena itu fasilitas umum."ucap Hannatara sambil mengusap air matanya. " Luciel bisa mendekati Alley? Luciel itu siapa?" Werren baru kali ini mendengar nama itu. "Hanya dia yang bisa kuandalkan. Arlen tidak memperhitungkan Luciel sebagai ancaman karena Luciel adalah teman dekat Alley." "Kalau begitu, kita harus bersabar. Kita tidak usah terburu-buru. Pasti ada jalan bagi orang yang bersabar." Werren memeluk istrinya kembali. "Tidak, Er. Kita harus bergerak cepat. Aku khawatir kalau Alley akan menghilang kembali dari hadapan kita." . . . . . Mata Alley terlihat bengkak karena dia menangis hampir sepanjang hari. Untungnya hari ini, Arlen tidak pulang karena begitu banyak pekerjaan. Segala akses komunikasi telah dirampas darinya dan juga dia dikurung di dalam kamar. Beberapa kali pelayan membawakan makanan, tapi dia tidak memakan makanan itu sama sekali. Alley merasa sangat hancur dan marah di saat yang bersamaan. Dia berusaha mencari jalan keluar. Matanya melihat ke arah jendela yang tampak besar di hadapannya. Seketika, Alley mengambil vas bunga yang berukuran besar dan sekuat tenaga dia melemparkan vas bunga itu ke jendela. Prang. Jendela itu hancur dan ada celah untuk keluar. Tapi Alley tidak keluar dari sana, melainkan dia bersembunyi di balik pintu. Brak. Pintu kamar Alley terbuka dan pelayan mengira bahwa Alley telah kabur dari sana. Alley segera keluar dari pintu dan mengurung pelayan itu semua di kamarnya. Dia bergegas ke arah kamar Arlen dan membuka kunci kamar Arlen dengan kunci cadangan miliknya. "Alley, jika aku tiba-tiba berubah menjadi jahat atau terpaksa jahat... Kamu bisa pergi ke kamarku dengan kunci ini. Geser lah buku merah di rak buku milikku dan pergilah ke bawah tanah. Pergilah mencari bantuan dan aku mohon jangan benci aku saat itu." Alley menggenggam kunci cadangan itu, lalu memasukannya pada lubang kunci disana. Tanpa membuang waktu, Alley menggeser buku merah yang merupakan jalan keluar bagi Alley. Kenapa dia berubah seperti itu? Sepertinya Arlen bukanlah Arlen yang sebenarnya... Apa dia sedang dirasuki atau punya kepribadian yang berbeda? Alley melihat jalan keluar di hadapannya, hanya saja dia tidak masuk ke dalamnya. Dia masih belum percaya pada Arlen yang menjadi jahat. "Kenapa tidak masuk?" Deg. Alley ketahuan!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN