Arlen tersenyum senang karena telah mengungkapkan kebenaran Grace pada Alley. Mereka adalah orang yang sama namun dengan ingatan yang berbeda. Perlahan, Arlen akan membuat Alley mengingat dirinya sebagai tunangannya. Dia bukanlah Alley. Dia adalah Gracella miliknya.
Hanya miliknya seorang.
"Apa kamu tidak masuk kerja hari ini?" tanya Alley yang melihat Arlen santai duduk menikmati acara tv bersamanya di pagi hari.
"Tidak. Aku sengaja ingin libur." ucap Arlen sambil mendekatkan diri pada Alley. "Berikan aku bantal pahamu."
"Hah? A-apa?" Alley memastikan bahwa dia tidak salah dengar.
"Aku bilang 'berikan bantal pahamu.' Jangan pura-pura bodoh Grace..."
"Aku bukan Grace. Aku Cattaleya! Aku Alley! Hentikanlah kekonyolanmu, Arlen." ketus Alley yang menolak dipanggil dengan nama lain.
"Itulah kenyataannya. Satu hal yang harus kamu ingat : aku adalah penyewamu dan juga tunanganmu. Aku bahkan sudah menggajimu serta membantu pengobatan Ayahmu. Jadi kamu harus patuh dengan perintahku. Bukankah itu sudah tertera jelas dalam surat kontrak?" Arlen segera tidur dengan meletakkan kepalanya di paha Alley tanpa menunggu persetujuan wanita itu lagi.
"Hey! Ini pelecehan seksual!" Alley berusaha menyingkirkan kepala Arlen dengan hati-hati tanpa menyakiti pria itu. Rambut halus Arlen membuat tubuh Alley bergetar karena geli.
"Grace... biarkan aku menikmati masa-masa indah seperti dulu lagi. Aku sangat merindukan momen seperti ini. Aku setengah mati sudah lama menginginkan masa ini lagi." lirih Arlen sambil bersiap tidur karena kelelahan beberapa hari ini sibuk bekerja.
Terpaksa Alley membiarkan Arlen tertidur di atas pahanya. Ada sentuhan hangat yang dirasakan Alley dalam hatinya. Perasaan rindu seolah dia mengenal momen yang didamba oleh Arlen. Entahlah, apakah ucapan Arlen benar adanya tapi saat ini Alley merasa seperti deja vu.
Alley mulai memikirkan kehidupannya yang penuh teka-teki. Kehidupan sebelum Ibunya meninggal memang tidak jelas diingatnya. Alley juga tidak paham mengapa itu bisa terjadi pada dirinya. Bukannya dia tidak bisa mengingat masa lalunya, tapi seperti ada bagian yang hilang.
Semua ini harus Alley temukan kebenarannya.
.
.
.
.
.
Pemilik mata biru yang sedang mencari Gracella miliknya-Luciel tampak geram karena tahu Grace berada dikediaman Arlen lagi. Dulu, dengan segenap kekuasaan yang dimilikinya-Luciel berusaha keras untuk mendapatkan hati Grace. Ketidakberuntungan melanda Luciel dan pria itu berakhir patah hati karena Grace memilih Arlen yang mengisi ruang hati wanita itu.
Luciel tahu dia harus ikhlas melepaskan Grace untuk bahagia dan dia bersedia melakukannya demi kebahagiaan Grace, namun saat Grace menderita Amnesia Lakunar dan tidak mengingat kejadian secara acak, hal ini dijadikan kesempatan oleh Luciel untuk memenangkan hati Grace.
Gracella tidak mengingat kenangannya bersama Arlen. Dia bahkan sudah tidak mengenal Arlen sama sekali. Semua kenangan tentang cintanya itu...
Menghilang.
Luciel mengingat ucapan Rieffan-Ayah Grace dirumah sakit. Grace mengalami banyak kejadian sial setelah bertunangan dengan Arlen. Grace diculik oleh salah satu pesaing bisnis Arlen dan Grace mengalami kekerasan fisik serta benturan dikepala akibat terbentur oleh tembok. Semuanya dialami oleh seorang Grace karena dia adalah tunangan Arlen. Rieffan semakin yakin untuk menjauhkan putrinya dari Arlen setelah semua kejadian ini.
"Kamu mau bantu Om, kan? Tolong jaga Grace dari Arlen. Sembunyikan dia dan juga jadikan dia seseorang yang baru. Om mohon, karena Grace adalah satu-satunya keluarga yang Om miliki di dunia ini."
Saat itu Luciel dengan senang hati membantu keluarga Grace. Dia membantu Grace untuk pulih dan mengganti nama wanita itu menjadi Cattaleya. Itu merupakan nama bunga kesukaan ibu Luciel. Wanita yang sangat disayanginya seumur hidup.
Dan sekarang Luciel sangat menyayangi wanita lainnya, Grace atau yang kini menjadi Cattaleya miliknya.
Salahnya telah pergi terlalu lama untuk urusan pekerjaan, Alley yang ternyata sedang kesulitan memutuskan untuk menjadi seorang princess escort demi pengobatan Ayahnya. Luciel seharusnya tahu watak wanita yang keras kepala itu, dia memendam semuanya sendirian. Apalagi untuk meminta bantuan, Alley sangat tidak mau merepotkan orang lain. Kemungkinan terbesarnya adalah Alley tidak mau merepotkan Luciel lagi. Jadi dia nekat untuk bekerja seperti itu, padahal Alley sama sekali belum pernah bekerja.
Lupakan soal urusan masa lalu Alley saat ini, yang difokuskan Luciel sekarang adalah...
Menjemput Alley dari kediaman Arlen.
.
.
.
.
.
Ayah anda belum memiliki kemajuan sama sekali dan juga kita masih belum menemukan sumsum tulang yang cocok untuk Ayah anda.
Mata Alley mulai berkaca-kaca mengingat penjelasan dokter saat itu. Walaupun sekarang Ayah Alley sudah dibantu biaya pengobatannya oleh Arlen, tetapi kondisi kesehatan Ayahnya bekum menunjukkan kemajuan sama sekali.
Luciel... andai kamu disini. Ah, tidak-aku tidak mau merepotkan kamu terus. Aku juga tidak boleh dimanja terus menerus.
"Kamu habis menangis?"
Lamunan Alley buyar setelah mendengar suara 'pemiliknya' Arlen berada di belakangnya dan pria itu memeluknya dari belakang. "Kenapa kamu menangis?"
"Lepaskan aku, ini melanggar kontrak." Lirih Alley yang sedang tidak mood.
"Sudah kubilang, aku ini tunanganmu. Kontrak itu hanya kamuflase semata untuk membawamu kembali ke sisiku lagi." ucap Arlen sambil menopang dagunya pada bahu Alley.
"Aku tidak pernah menjadi tunanganmu, Arlen... Kau salah orang. Aku hanya mirip dengan seseorang yang kau cintai itu. Aku bukan Grace..."
"Kau adalah Gracella, aku sudah menyelidikimu dari dulu setelah akhirnya aku menemukanmu kembali. Memastikan bahwa kau adalah orang yang sama, dan hasilnya kau memang Gracella."
"Jangan berbohong Arlen, aku benci kebohongan. Katakan saja apa yang kau inginkan dariku lalu kita batalkan saja perjanjian itu."
Arlen kesal mendengar ucapan Alley dan langsung menggendong Alley menuju kamarnya.
"TURUNKAN AKU, ARLEN! JANGAN MACAM-MACAM DENGANKU!" pekik Alley yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Arlen.
Alley tetap meronta-ronta dan dia tetap kalah dengan kekuatan Arlen. Sesampainya dikamar Arlen, wanita itu dibaringkan diatas ranjang king size Arlen dan pria itu segera mengambil tempat diatas tubuh Alley.
"Kau yang menantangku untuk mengatakan apa yang aku inginkan darimu? Baiklah, aku akan menjawabnya lewat sentuhan tubuh." Arlen menyeringai lebar melihat Alley yang wajahnya sudah sangat memerah.
"A-apa? Jangan bercanda, Arlen!"
"Aku tidak bercanda, lagipula inilah aku yang sebenarnya... Tidak bisa menahan diri jika berada di dekat wanita yang aku cintai. Aku pasti akan langsung menerkamnya sekalipun dia memohon untuk bersabar. Aku mau kamu menjadi milikku selamanya, Alley. Aku mau kamu mengingat hanya aku yang berkuasa atas hati dan tubuhmu."
Baru saja Alley ingin protes dengan ucapan Arlen, pria itu langsung mencium bibir Alley dan menautkan lidahnya. Alley sangat kesulitan bernafas dan itu membuatnya terengah-engah. Kesulitan bernafas seperti itu, Arlen menganggapnya sebagai undangan lebih agar Arlen bisa masuk dalam diri Alley.
"Ingat Alley, hanya aku yang boleh memilikimu. Selamanya."