Lovely Touch

1034 Kata
"Hanya aku yang boleh memilikimu, hanya aku. Selamanya." Bagaikan mantra yang memabukkan, suara bariton Arlen membius kesadaran Alley hingga wanita itu tak bisa berkutik. Alley terpaku dalam tatapan mata Arlen. Bulu kuduknya berdiri tegang begitu tangan Arlen menyentuh lembut lengan Alley. "Kau harus tahu siapa yang pantas memilikimu..." ucap Arlen yang meneruskan sentuhannya hingga naik ke atas pipi Alley. "Kenapa kau yang merasa pantas memilikiku, Arlen?" "Akulah yang ditakdirkan untukmu. Kita sudah saling terikat sejak lama. Kau yang akan selalu jadi milikku." Arlen mengecup lembut bibir Alley. "Bagaimana jika aku menolak untuk jadi milikmu? Apakah kamu akan menyakitiku?"tanya Alley dengan tatapan lurus ke Arlen. "Aku akan memaksamu dengan sentuhanku, kalau begitu saat ini bisa langsung aku praktekan saja..." Arlen langsung segera membuka bajunya dan hal itu membuat mata Alley melebar dengan panik. "Ma-mau apa kamu?" Alley mencoba menjauhkan diri dari Arlen namun tangan pria itu sudah menahannya terlebih dahulu. "Menyentuhmu. Aku ingin memaksamu untuk menjadi milikku saat ini juga." . . . . . Karena tindakan Arlen semalaman yang memeluknya dalam tidur membuat Alley merona pagi ini. Apalagi, Arlen yang didepannya saat sarapan pagi ini terus saja menatapnya dengan tatapan hangat. Sial! Apa seperti ini rasanya berbunga-bunga? Argh! Alley merasa dirinya sudah semakin gila. "Kamu kenapa? Wajahmu memerah, apa kau demam?" tanya Arlen yang menghampiri Alley untuk memeriksa keadaan pencuri hatinya. "A-aku sehat kok. Ja-jangan mendekat." Alley langsung beranjak dari kursinya memasang kuda-kuda untuk segera menjauh dari Arlen. "Kamu kenapa sih? Apa karena aku memelukmu semalaman, kamu menjadi aneh seperti ini? Bagaimana nanti kalau aku-" "Ahhhh!!! Hentikan! Jangan dilanjutkan kalimat berbahaya itu!" pekik Alley panik. "Memangnya kamu tahu apa yang akan aku katakan?" "Aku tahu, apalagi otakmu yang m***m itu hanya berisi tentang hal semacam itu." Alley semakin merona. "Nah, sekarang siapa yang m***m? Kamu atau aku?" goda Arlen dan Alley semakin salah tingkah. "Ah, sudahlah! Lebih baik aku menjenguk Papaku pagi ini." Alley langsung meninggalkan ruangan makan dan Arlen mengikutinya dari belakang. "Untuk apa kamu mengikutiku?" "Aku kan mau ikut menjenguk calon Papa mertuaku, ada yang salah?" . . . . . Luciel sudah mendapatkan alamat rumah sakit Ayahnya Alley dirawat dan Luciel segera menuju ke rumah sakit itu untuk segera memberitahu dimana Alley sekarang berada. Kemungkinan terbesarnya adalah Rieffan tidak tahu putri semata wayangnya itu melakukan perjanjian dengan Arlen untuk biaya rumah sakit. Yah-itu sudah jelas mengingat Alley mendaftarkan namaya di Princess Escort secara diam-diam. Langkah kaki Luciel terhenti didepan ruangan VVIP yang dikatakan oleh sekretarisnya, dia semakin yakin jika yang membiayai semua perawatan ini adalah Arlen dengan harga yang mahal demi mendapatkan Grace masa lalunya. Tanpa menunggu lama, Luciel membuka pintu dan mendapati Rieffan sedang membaca buku dengan tenang. "Selamat pagi, Om Rieffan." salam Luciel dengan wajah tenang mendekati Rieffan yang menatapnya dingin. "Untuk apa kamu mencariku lagi? Apa kamu juga mau mendapatkan Grace setelah dia hilang ingatan karena penculikan itu?" Rieffan menatap Luciel dengan sinis. "Pergilah, aku dan Alley ingin hidup tenang dari persoalan hidup kalian yang penuh banyak drama. Kami tidak ingin terlibat dengam urusan orang-orang seperti kalian." "Hahaha, Om Rieffan tidak salah bicara? Apa Om tidak tahu darimana biaya perawatan Om selama ini?" sindir Luciel dengan tawa sarkastik. "Alley bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan multinasional. Kamu jangan sembarangan menuduh ataupun menjelek-jelekan Alley hanya karena ambisimu." "Wah, ternyata Alley benar-benar artis yang hebat. Dia bahkan bisa membohongi Ayahnya sendiri dengan sangat baik." Luciel mengambil tempat duduk di kursi samping ranjang. "Om yakin dia hanya sebagai Sekretaris?" "Aku percaya pada Alley. Pergilah sekarang juga." "Baiklah, tapi jangan sampai Om menyesal setelah mengusirku. Tapi aku dengan baik hati akan memberitahukan Om tentang sesuatu." Luciel mulai membisikkan sesuatu. "Alley menjadi tunangan Arlen untuk yang kedua kalinya." . . . . . Alley bingung dengan sikap diam Ayahnya hari ini. Tidak biasanya setelah lama sempat tidak sadarkan diri, Ayahnya tidak gembira dengan kedatangan dirinya. Oke-kali ini Alley tetap sendirian menjenguk Ayahnya dan Arlen memiliki rapat mendadak dikantornya. Ups! Ini bukan berarti Alley berharap kalau Arlen akan bertemu dengan Ayahnya. Apalagi, mengingat perkataan Arlen tentang cerita soal Grace... Alley yakin jika Arlen tidak akan pernah mau menemui Ayahnya secara langsung. "Pa, kenapa diam saja? Papa marah sama Alley? Atau Papa sedang ada pikiran?" tanya Alley lembut mengusap punggung Ayahnya. "Alley..." Rieffan menatap manik mata anaknya. "Jawab jujur Papa sekarang... Apa sebenarnya pekerjaan kamu? Bagaimana bisa kamu yang baru saja mulai bekerja bisa membiayai perawatan Papa hingga semewah ini? Sampai diruangan VVIP segala." "Ini karena perusahaan menyukai pekerjaan pertamaku, Pa. Aku juga mendapatkan gaji yang besar, jadi Papa tidak usah khawatir lagi. Papa cukup fokus pada kesehatan Papa." Alley berusaha menenangkan Papanya agar tidak mencurigai pekerjaannya. "Papa tidak akan memaafkan kamu jika kamu sampai berbuat hal yang menyimpang. Lebih baik Papa tidak usah diobati daripada Papa harus mengetahui kalau kamu merusak dirimu." ucap Rieffan tegas. "Aku selalu hidup dengan baik, Pa. Aku bekerja dengan baik, bukan pekerjaan yang aneh." Maafkan aku, Pa... Tapi aku harus mencari tahu dulu apa yang terjadi sebelum akhirnya aku jujur pada Papa. Siapa aku yang sebenarnya. . . . . . Sadar bahwa Alley akan datang menjenguk Ayahnya hari ini, Luciel sengaja menunggu Alley ditempat tersembunyi. Dia tahu Alley akan kabur begitu melihat sosok dirinya dari kejauhan. Setelah semua tepat waktu, Luciel akan segera membawa Alley pulang kerumahnya. Bukan ketempat Arlen. Sesuai perkiraan Luciel, Alley akhirnya keluar dari ruangan Ayahnya dan Luciel segera menampilkan dirinya didepan Alley. Wajah Alley membeku begitu melihat sosok Luciel yang berdiri tegap dihadapannya dengan wajah marah. "Jadi begini yah seorang Alley yang aku kenal? Dia rela menjual tubuhnya pada orang lain hanya karena ingin menghindari malaikat penyelamatnya selama ini?" Luciel menatap Alley dengan sinis dan membuat Alley bergidik ngeri. "Aku tidak mau menyusahkan kamu dan menjadikan semua bantuanmu itu hutang padaku. Perlu anda ketahui, Tuan Luciel, saya tidak menjual tubuh saya." Alley membalas tatapan sinis Luciel dengan berani. "Lalu kamu memberikan dirimu masuk keperangkap iblis?" sindir Luciel dan Alley tidak paham. "Apa maksudmu?" "Kau memang bodoh dan keras kepala Alley. Kamu malah berpihak pada kegelapan yang menghancurkan hidupmu, bukan memilih bersamaku dalam cahaya pengharapan." Luciel mendekati Alley perlahan hingga tangannya mencapai wajah Alley. "Jangan bermain teka-teki denganku. Apa maksud ucapanmu?" "Yang selalu melindungimu selama ini adalah aku, karena selama ini akulah tunanganmu yang sesungguhnya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN