Didalam ruangan VVIP perawatan Ayahnya, Alley melihat wajah tidur Ayahnya dengan tenang. Dokter yang memeriksa keadaan Ayahnya baru saja memberikan obat dan sekarang adalah waktu Ayahnya beristirahat. Alley melirik kearah pintu dan tidak ada tanda-tanda seseorang akan masuk kedalam ruangan itu. Alley bernafas lega, setidaknya saat ini dia tidak terganggu dengan keberadaan 2 orang yang mengaku sebagai tunangannya itu.
"Pa, aku ini siapa? Alley atau Grace? Aku saat ini bingung dan takut sekali menghadapi kenyataan yang membingungkan ini. Aku juga tidak mau kalau Papa jadi memikirkan hal ini. Aku harus bagaimana?"lirih Alley mengusap tangan Ayahnya yabg tertidur.
Tidak lama setelah Alley bertanya pada Ayahnya yang tertidur, suara pintu terbuka menyeruak masuk dalam ruangan. Arlen masuk dalam ruangan dan memandang wajah Ayah Alley dengan tatapan sedih. "Aku tidak menyangka semua akan seperti ini."
Manik mata Alley melirik Arlen. "Apa maksud ucapanmu?"
"Aku tidak tahu kalau Ayahmu mengidap sebuah penyakit. Jika aku tahu-"
"Sebenarnya kau ini siapa Arlen? Aku hanya mendengar darimu bahwa kita sudah bertunangan, tapi bukan hanya itu yang ingin aku ketahui. Seharusnya kamu memberitahuku tentang kamu sebenarnya siapa." ucap Alley yang semakin kesal dengan informasi Arlen yang tidak utuh.
"Aku hanya ingin kamu yang mengingatnya sendiri, dalam versi Alley. Jika aku memberitahumu tanpa kamu yang mengingatnya sendiri, aku sangat yakin kamu akan melarikan diri dariku karena ketakutan. Berbeda dengan Grace yang mencintaiku ini walaupun sudah kuperingatkan akan bahayanya bersamaku."
"Hah? Apa kau seorang kriminal?" Alley mengernyitkan dahinya.
"Mungkin bagimu sekarang aku adalah kriminal, tapi bagi Grace aku adalah cintanya." bisik Arlen ditelinga Alley.
"Bukankah kami hanya seorang pemilik perusahaan properti saja? Ataukah kamu memiliki rahasia lainnya yang berbahaya?" Alley menatap mata Arlen mencari tahu kebenaran dalam mata itu.
"Kenapa? Kamu mulai penasaran denganku, Alley?"
.
.
.
.
.
Luciel tahu dia akan kesulitan menjauhkan Arlen dari Alley. Inilah yang membuat Luciel harus memutar otaknya agar bisa dengan mulus menyingkirkan Arlen dari kehidupan Alley.
Arlen Douglas Christofer, pria blasteran Inggris ini adalah seorang anak pengusaha dari Herrold Kevin Christofer-pemilik XTofer group yang bergerak dalam bidang properti dan Industrial. Ayahnya termasuk juga jajaran bangsawan Inggris yang gelar kebangsawanannya dicabut karena menikahi seorang gadis Indonesia yang sederhana. Kepintaran Ayahnya dan hubungan dengan beberapa relasi kelas atas membuatnya sukses membuat perusahaan.
Kini Arlen telah menggantikan posisi Ayahnya di usia 34 tahun. Arlen yang masih berstatuskan lajang membuat banyak kaum hawa mengincarnya dan juga beberapa orang kaum elit lainnya berusaha menjodohkan anak perempuan mereka dengan Arlen. Sayangnya, Arlen menjatuhkan pilihan pada Grace yang hanya merupakan anak dari pengusaha menengah. Jarak umur mereka yang jauh juga menjadi bahan pembicaraan semua orang. Ya-Arlen dan Grace terpaut jarak umur 12 tahun. Terlebih lagi, saat kejatuhan perusahaan Ayah Grace yang membeli perusahaan itu adalah Arlen. Itu membuat Grace dan keluarganya sakit hati dan pada akhirnya Grace yang marah pulang malam meninggalkan rumah Arlen sehingga Grace mudah diculik. Traumatis membuat Grace melupakan siapa dirinya dan juga kenangan dengan Arlen terhapus begitu saja. Bahkan kematian Kakaknya juga tidak diingat oleh Grace.
Luciel juga tahu bahwa Arlen tidak hanya memiliki musuh dalam persaingan bisnis. Arlen juga bermain dalam politik kotor dan memiliki hubungan dalam dunia gelap. Narkoba dan prostitusi juga dia masukan dalam bisnisnya. Jajaran Mafia ternama juga menjadi sahabatnya. Grace awalnya tidak perduli dengan semua itu dan tetap mencintai Arlen. Tapi semua telah berubah, kini Grace telah lupa padanya.
Luciel hanya perlu merencanakan pemisahan Alley dan Arlen dengan baik. Cukup Rieffan bertemu dengan atasan anaknya itu, dia yakin bahwa Alley akan memohon padanya agar menolong Ayahnya dalam hal pengobatan. Rieffan harus tahu bahwa yang membiayai semua pengobatannya adalah Arlen.
Si penghancur kehidupan keluarganya.
.
.
.
.
.
Sesampainya dirumah, Alley browsing dari Internet tentang profil seorang Arlen. Semua artikel sama isinya, hanya idemtitas diri seperti kebanyakan. Alley ingin tahu semuanya, bukan hanya tempat dan tanggal lahir pria itu. Tanpa disadari, Arlen sudah masuk kedalam kamarnya dan melihat apa yang dibuka oleh Alley.
"Kenapa kamu tidak bertanya langsung padaku?" tanya Arlen yang langsung membuat Alley kaget.
"Sejak kapan kamu masuk kesini?"
"Sejak tadi. Kamu saja yang sedang membayangkan diriku. Apa yang sedsng kamu bayangkan itu adalah hal yang erotis?" seringai Arlen jahil.
"Apa itu saja yang ada di otakmu, Arlen?" Alley terdiam dan menatap manik mata abu-abu Arlen. "Ceritakan apapun tentang dirimu, jika aku memang tunanganmu, pasti aku akan bisa mengingat salah satu dari ceritamu."
"Hmm, aku tidak menyangka jika seorang Alley juga jadi mencintaiku, aku senang memdengarnya." Arlen mengusap pipi Alley yang merona.
"Ugh! Jangan asal menyentuhku. Aku juga tidak jadi bertanya jika kamu memang tidak mau cerita." Alley membalikan badanya lagi ke layar komputernya dan melihat artikel 10 wanita yang digosipkan dengan Arlen dan akhirnya Alley membuka halaman itu.
"Wah, 10 wanita cantik seperti ini mendekatimu? Kamu ini aneh tidak jatuh cinta dengan salah satu dari mereka." sindir Alley.
"Hahaha, kamu cemburu? Aku senang mengetahuinya. Aku sudah menjatuhkan pilihanku padamu. Aku tidak bisa mengubahnya."
"Mungkin ada kesalahan pada dirimu. Disini." Alley menunjuk kening Arlen.
Arlen menarik tangan Alley dan mencium bibir Alley dengan kasar. "Kamu yang membuatku bodoh, Alley. Kamu sama nakalnya dengan Grace yang selalu mengganggu otakku."
"Ugh! Kenapa kamu menciumku lagi? Aku tidak suka!"
"Aku yang memilikimu. Lupa?" Arlen semakin mendekatkan wajahnya. "Berapa kali pun aku ingin menciummu, kamu tidak berhak melarangnya."
"Kamu memang gila."
"Betul, aku memang gila karena mencintaimu."
.
.
.
.
.
Hari ini, sebelum kegiatan menjenguk Ayahnya seperti biasa, Alley menelusuri perpustakaan milik Arlen yang terbuka untuknya. Arlen juga membelikan banyak buku novel romance dengan penulis kesukaan Alley. Semakin lama, Alley jadi percaya dengan semua ucapan Arlen yang mengatakan bahwa dia memang sudah lama bertunangan karena Arlen sangat mengenal wanita itu.
Matanya menjelajah barisan buku yang tertata rapih di rak buku besar. Perpustakaan ini mengingatkan dirinya tentang film Beauty and the Beast yang ditontonnya beberapa saat lalu. Anggap saja Arlen adalah Beast yang mengurungnya di rumah besar nan mewah ini sebagai jaminan kesehatan Ayahnya.
Alley mengambil salah satu buku dan membawanya ke meja kerja Arlen. Terlihat dimeja itu ada sebuah kumpulan surat yang disusun rapih. Penasaran, Alley membuka salah satu surat itu.
Aku harap kamu pulang ke Inggris dan kita akan memulainya dari awal. Jangan tinggalkan aku, saat ini aku sedang mengandung anakmu.
Deg.
Jantung Alley mencelos dan membaca ulang kalimat disurat itu jika dia salah membacanya, tidak-dia tidak salah membaca.
Vania Rosetta.
ARLEN b******k!