5. Situasi yang sudah berbeda

1235 Kata
“Selamat pagi, semuanya. Perkenalkan nama saya Khavindra Perkasa Adhitama. Saya biasa dipanggil Khavi dan saya adalah dokter spesialis anak lulusan Harvard Medical School yang hari ini mulai bergabung di rumah sakit Mitra Sehat.” Khavi dengan penuh percaya diri memperkenalkan dirinya sendiri dihadapan beberapa teman sejawatnya dengan ramah. “Selamat bergabung di Rumah Sakit Mitra Sehat, Dokter Khavi.” Khavi tersenyum lebar sambil sedikit menundukkan kepalanya dan meletakkan telapak tangan kanannya tepat ditengah-tengah dadanya sebagai isyarat bahwa ia berterimakasih atas sambutan yang ia terima saat ini. Khavi akhirnya menyelesaikan segala proses yang harus ia lalui agar mendapatkan izin prakteknya. Khavi akhirnya secara resmi bergabung dengan rumah sakit milik kenalan ayahnya itu. “Terima kasih atas sambutan hangat yang rekan-rekan berikan untuk saya. Saya harap kedepannya kita bisa bekerja sama satu sama lain untuk membantu anak-anak yang datang ke rumah sakit ini.” Tepuk tangan terdengar setelah Khavi menyelesaikan kalimatnya. Beberapa suster dan dokter yang bertugas hari itu berkumpul dan memberi sambutan sederhana pada Khavi. Setelah sambutan sederhana itu, Khavi pun berkenalan satu per satu dengan rekan kerjanya yang ada disana. Khavi yang dulunya lebih suka suasana tenang dan hening kini berubah. Pekerjaannya tidak pernah berada ditempat yang hening dan memiliki suasana tenang. Ia harus berhadapan dengan anak-anak yang mendorongnya untuk aktif berbicara dan melakukan sesuatu. Suasana tenang dan hening yang dulu ia agung-agungkan kini bergeser hingga Khavi lupa kapan terakhir kali Khavi berada di suasana tenang dan hening. “Dokter Khavi lulusan Harvard?” Suster Fira bertanya dengan nada bertanya saat Khavi mendatangi dirinya yang berada bersama beberapa suster lain dan Khavi dengan santai menganggukkan kepalanya. Suster Fira menoleh ke rekannya sesama suster yang berdiri di sebelahnya dengan ekspresi wajah seakan sedang mengingat-ingat, “Seingat saya Dokter Febby juga lulusan luar negeri juga tapi saya lupa.” “Dokter Febby?” Khavi tanpa sadar membeo nama yang disebut oleh Suster Fira. Suster Fira mengangguk, “Iya, Dok. Dokter Febryna Elora... Apa mungkin Dokter khavi kenal dengan Dokter Febby?” “Saya tidak yakin. Saya mengetahui seseorang bernama Febby yang memang mengambil pendidikan kedokteran juga tapi saya tidak yakin apa kita membahas Febby yang sama dalam pembicaraan kita ini.” Khavi menjawab dengan jujur karena Khavi tidak tahu apakah Febby yang sedang mereka bicarakan adalah Febby yang sama dengan Febby yang ia kenal? Sayang Khavi sama sekali tidak mengetahui nama lengkap Febby. Apa yang terjadi di masa lalu antara Khavi dan Febby membuat Khavi tidak berniat mengetahui apapun mengenai Febby. Suster lain angkat bicara, “Tapi hari ini Dokter Febby gak ada karena beliau tidak ada jadwal praktek. Seingat saya juga, Dokter Febby memang lulusan kedokteran luar negeri tapi saya tidak tahu pasti.” Khavi hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya perlahan memberi ekspresi maklum. “Tidak apa-apa, Sus. Nanti kalau Dokter Febby praktek, kami akan ketemu dan saya bisa tahu apa dokter Febby adalah orang yang sama dengan yang saya tau...” Pembicaraan singkat tadi membuat isi kepala Khavi melayang. Khavi teringat akan cerita Cindy dan pertemuannya dengan Febby saat reuni kemarin. Febby memang terasa berbeda namun ia sendiri belum bisa memastikan kalau apa yang dikatakan Cindy memang benar adanya karena interaksinya dengan Febby masih belum cukup untuk membuktikan kalau ucapan Cindy. Khavi berusaha keras untuk fokus bekerja di hari pertamanya. Isi kepala Khavi hari itu di penuhi tentang Febby. Apa yang terjadi di masa lalu dan apa yang ia dengar dari Cindy serta interaksi singkatnya dengan Febby pada malam reuni akbar sekolah membuat Khavi berpikir. Febby yang ia tahu tidak seperti ini dan apakah yang terjadi diantara mereka waktu itu yang membuat Febby akhirnya berubah seperti ini? *** Febby merenggangkan tubuhnya setelah ia selesai memeriksa pasien terakhirnya. Febby merasa beruntung karena memanfaatkan hari libur prakteknya kemarin dengan sangat baik dengan beristirahat seharian penuh. Siapa sangka keesokan hari setelah selesai berhibernasi Febby dihadapkan dengan begitu banyak pasien yang datang untuk memeriksakan berbagai kondisi mereka padanya. Febby harus berhadapan dengan anak-anak dari berbagai usia dan memeriksa kondisi mereka satu per satu. “Habis ini langsung makan, Dok. Dokter tadi Cuma makan roti pas jam makan siang ke IGD. Jangan sampai dokter kesayangan anak-anak juga ikutan sakit.” Suster Ani berucap sambil duduk di kursi kosong yang ada dihadapan Febby. Febby pun terkekeh, “Suster Ani juga. Jangan sampai suster kesayangan anak-anak juga sakit karena hari ini pasien sudah beres semua, sekarang giliran kita yang urus diri kita sendiri, Sus.” Suster Ani menganggukkan kepalanya, “Siap, Dok... Oh, ya. Dok... Saya dengar dari Suster Fira, dokter yang baru sudah bergabung, Dok. Namanya Dokter Khavi.., Beliau resmi bergabung kemarin dan kata suster Fira dokternya itu lulusan Harvard juga, Dok. Dokter Febby dulu kuliah di Harvard, kan?” Gerakan Febby yang sedang merapihkan barang-barangnya pun berhenti beberapa saat mendengar nama Khavi yang disebut oleh Suster Ani lalu Febby spontan menatap Suster Ani. “Dokter Khavi?” Otak Febby langsung teringat akan satu nama sementara suster Ani menganggukkan kepalanya sambil memasang ekspresi mengingat, “Dokter Khavindra Per... Aduh, Saya belum hafal namanya.” “Khavindra Perkasa Adhitama.” Febby menyebutkan nama Khavi perlahan. Nama yang sudah Febby kubur nyatanya masih teringat jelas. Febby yakin Khavi yang ia tahu dan Khavi yang dibahas oleh Suster Ani adalah orang yang sama karena mustahil ada dua orang yang memiliki nama yang sama dan bekerja sebagai dokter juga kan? Sementara itu Suster Ani yang tidak sadar dengan perubahan ekspresi Febby pun menanggapi, “Betul, Dok. Dokter Khavindra Perkasa Adhitama. Dokter sudah lihat iklan untuk Dokter Khavi ya? Saya sendiri belum ketemu dan kenalan langsung sama Dokter Khavi tapi suster-suster sudah heboh, Dok. Mereka bilang...” Febby tersenyum sebagai isyarat menyimak padahal ucapan Suster Ani sudah tidak lagi ia dengar. Febby tersenyum namun otaknya sibuk sendiri. Bagaimana bisa ia kembali bertemu dengan Khavi di rumah sakit ini? Apa yang harus ia lakukan jika mereka bertemu lagi? Suster Ani sudah meninggalkan ruangan praktek namun Febby masih duduk di dalam ruangan prakteknya itu dengan kepala yang mendadak penuh. Pandangannya tertuju pada layar komputernya yang kini menampilkan foto sosok Khavi dengan balutan jas dokter. Sepeninggal Suster Ani, Febby dengan cepat membuka website rumah sakit tempatnya bekerja untuk memastikan dan wanita itu terdiam. Kenapa dunia bisa sesempit ini? Bagaimana bisa dia bekerja di sini juga? Febby menghela nafas panjang entah sudah berapa kali. Ingatan masa lalu membuatnya mendadak panik memikirkan bagaimana ia harus berespon saat ia kembali bertemu dengan Khavi. Saat reuni, Febby sudah bertemu dengan Khavi dan Febby berhasil melaluinya dengan baik. Namun itu hanya pertemuan sesaat berbeda dengan pertemuan mereka setelah ini. Febby jelas akan lebih sering bertemu dengan Khavi kemungkinan mereka akan berinteraksi mengenai pasien yang datang ke poli mereka. Febby memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Semesta sepertinya sedang berniat bermain-main dengannya. Situasinya sudah berubah, Feb. Situasinya sudah berbeda. Kamu bukan lagi anak remaja yang dulu. Kamu wanita dewasa dan sudah menjadi seorang dokter spesialis. Febby berusaha meyakinkan dirinya sendiri sambil mematikan komputernya.Tidak lama kemudian wanita itu pun berdiri dari kursinya hendak meninggalkan ruangan praktek tempatnya bekerja dan ketika membuka pintu, tubuh Febby pun menegang sempurna. Takdir seakan tidak mau menunggu lebih lama. Sebuah senyum yang dulu sering Febby lihat dari jauh itu kini ia lihat secara dekat. Senyum yang tidak pernah muncul untuk Febby itu kini malah pria itu tunjukkan secara langsung sambil menatap dirinya. Febby pun spontan mengeratkan pegangan tangannya pada handle pintu yang saat ini ia pegang menyadari hal ini. “Halo, Dokter Febby... Sudah lama kita tidak bertemu... Apa kabar?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN