Aji Sudah hampir satu jam, Lia masih juga belum berhenti menangis. Badannya gemetaran, juga bibirnya tak ada hentinya mengucap kata maaf. Sebanyak apa pun aku bilang tidak apa-apa, Lia masih terus meminta maaf tanpa henti. Lia terus menyalahkan dirinya. Dia bilang, ini semua tidak akan pernah terjadi kalau dia tidak keras kepala dan memaksa untuk ikut denganku. Dia juga bilang, ini semua tidak akan terjadi kalau dia tidak pernah membukakan pintu pada pria tak dikenal. Dia terus bilang kalau perginya calon anak kami adalah salahnya. “Li...” panggilku sembari menjauhkan badannya dari badanku. Lia terus menunduk, sama sekali belum mau menatapku lagi setelah dia bangun dan memelukku. “Aku minta maaf...” Lagi, Lia kemb