Aji “Waaaah! Mas Aji, lihat, cepetan! Bagus banget!” Aku hanya tersenyum ketika melihat Lia terus saja menatap takjup ke arah pemandangan di bawah sana, yang terlihat jelas dari jendela kamar kami. “Mas Aji, ih! Buruan.” Aku yang baru saja meletakkan koper, akhirnya menghampiri Lia. “Apa, sih?” tanyaku begitu berdiri di belakang Lia, lalu melingkari bahunya dengan kedua tanganku. “Pemandangannnya bagus banget, ya?” Lia menoleh, sekaligus setengah mendongak, membuat hidungnya bergesekan dengan daguku. “Bagusan siang kalau di sini.” “Kok tahu?” “Ya tahu, lah. Lihat aja besok.” Lia tiba-tiba melepaskan lingkaran tanganku, lalu segera mebuka koper berwarna biru laut miliknya. “Aku dulu yang mandi. Ya?“ “Mau mandi? Sedingin ini? Nggak usah, b