Aji Aku berakhir di rumah sakit lagi. Hanya dalam hitungan setengah tahun lebih, tiga kali sudah tanganku harus berurusan dengan jarum infus. Dan semuanya terjadi karena aku yang tak bisa mengedalikan diriku dengan baik. Lihatlah, lagi-lagi aku membuat istriku menangis karena merasa bersalah. Entah ini udah keberapa kalinya Lia meneteskan air mata di depanku sambari meminta maaf. “Aku minta maaf...” Lagi, Lia minta maaf lagi dan lagi. Matanya sudah sembab tidak karuan, juga ekspresi sedihnya yang sangat aku benci. Aku benar-benar benci melihat Lia seperti ini, terlebih lagi dia begitu karena aku. “Aku emang istri yang buruk—“ kali ini aku tak membiarkan Lia melanjutkan kalimatnya. Lia tidak protes ketika aku menangkup wajahnya, l