Lia Tinggal bersama selama tiga minggu benar-benar berhasil membuatku semakin sadar kalau stok kesabaran yang Mas Aji miliki benar-benar melimpah-ruah. Satu kali pun, Mas Aji tidak pernah menuntutku untuk segera melaksanakan kewajiban yang seharusnya sudah kulakukan sejak awal. Kami menikah atas dasar suka sama suka, bahkan kata suka saja sepertinya belum bisa mewakili perasaan kami berdua. Akan tetapi, kami belum bisa dikatakan benar-benar saling memiliki karena suatu hal yang itu disebabkan oleh diriku sendiri. Jelas, aku sangat merasa bersalah lebih dari apapun. Makanya, pernah suatu malam, tepatnya beberapa hari setelah kami tinggal bersama, aku memberanikan diri untuk sedikit ‘memancing’ Mas Aji sekaligus berusaha melawan ketaku