Lia Untuk kesekian kalinya, aku tersenyum ketika melihat pemandangan di depan sana, tepatnya ke arah Mas Aji, Danu, juga Luna, yang sedang asik ngobrol bertiga di gazebo halaman belakang. Luna yang tampaknya sudah sehat pasca melahirkan, tertawa keras ketika mendengar cadaan Danu. Dari tempat aku berdiri saat ini, aku bisa mendengar suara mereka, tapi tidak begitu jelas tentang apa yang mereka obrolkan. Sejujurnya, ingin sekali aku bergabung dengan mereka, tapi tidak, karena sepertinya mereka sedang q-time bertiga. Pasti sulit bagi mereka untuk kumpul bertiga seperti dulu, mengingat yang lajang tinggal Danu saja. “Mbak Lia, mau kopi?” Aku reflek menoleh ketika tiba-tiba ada yang menyodorkan secangkir kopi hitam tepat di depanku. “Loh, Mas Reza?”