Siang itu, Kylie sedang membersihkan mesin espressonya ketika deruman beberapa mobil mewah menghentikan aktivitasnya. Dari balik jendela kafé kecilnya, dia melihat tiga mobil hitam berhenti tepat di depan. Beberapa pria berbaju gelap keluar, wajah mereka tertutup kacamata hitam, memberi kesan tak ingin dikenali. Jantung Kylie berdegup kencang. Ini bukan tamu biasa. Tapi … siapa mereka? Pintu kafé terbuka, dan bel kecil di atasnya berdering. Para pria itu masuk, tapi hanya satu yang langsung menuju ke arahnya—seorang lelaki tinggi dengan aura yang begitu kuat hingga udara di sekitarnya seakan membeku. "Selamat siang …,” suaranya dalam, namun tetap terlihat ramah. Kylie mengangguk pelan, tangannya masih memegang lap yang kini diremasnya tanpa sadar. "Ya. Ada yang bisa saya bantu?"