"Sampai kapan kau akan duduk di toilet? " Sidney kembali mencari-cari alasan untuk menyapa.
"Memangnya apa urusanmu, ini tubuhku! " Susan malah langsung membentaknya.
"Kau harus segera berangkat ke kantor. " Sidney segera menemukan alasan lain untuk berkelit jika dirinya tidak suka di acuhkan.
"Apa kau juga bekerja untukku? " Susan segera kembali bertanya tapi tidak terdengar marah.
"Seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah mengerjakan semua tugasmu. "
"Kenapa aku harus berterimakasih dengan orang yang sudah merampas tubuhku!" Pungkas wanita itu dengan ketus kemudian berdiri dan berjalan di depan cermin.
"Sudah kubilang jangan melihat ke cermin," Sidney kembali mengingatkan.
"Memang apa urusanmu!" acuh Susan. "Aku tidak suka di atur-atur dengan orang yang hanya numpang di tubuhku!"
Benar-benar wanita yang luarbiasa!
"Kau tidak memakai pakaian," jujur Sidney agar wanita itu segera sadar jika ketelanjanganya sangat mengganggu untuknya.
"Kau laki-laki!" kaget susan sambil segera mendekap tubuhnya sendiri.
Sidney cuma heran memang apa yang ada di dalam pikiran wanita itu dari tadi hingga baru sadar jika dirinya adalah laki-laki padahal sidney sudah berulang kali menyebut namanya Eric.
"Kau menyentuhku !" tuduhnya
"Kau sendiri yang melakukannya. "
"Kau juga! " Susan mulai berteriak sambil melihat tanganya sendiri yang masih memegangi d**a.
"Asal jangan melihat ke cermin, aku tidak ingin melihatmu tanpa pakaian." Sidney berusaha jujur.
"Omong kosong ! Bahkan kau sudah menyentuh tubuhku setiap hari! "
Sepertinya Susan mulai menangis dan benar-benar menangis seolah Sidney sudah melecehkanya saja.
"Maafkan aku," Sidney coba minta maaf karena tidak tahu bagaimana harus menghadapi wanita yang sedang menangis.
"Aku benci seperti ini, aku membencimu! "
Yang menyebalkan ternyata Susan malah meneriakinya. Rasanya Sidney ingin menyerah, wanita memang membingungkan!