Alena yang menyaksikan kejadian itu rasanya juga ingin ikut menangis, hatinya ikut terluka dan merasakan sesak di d*danya, suaranya tercekat matanya mulai memerah. Di lihatnya wajah Fadil dengan teliti, seolah mencari kalau saja ada luka, wajahnya merah dengan air mata yang deras terus mengalir. Fadil memeluk Alena dengan erat dan gemetar, sedangkan Hana bersembunyi di belakang Alena dengan tubuh yang tak kalah gemetar juga. Bisa-bisanya Sintia melempar buku PR yang tadi dibawa Hana ke meja makan ke wajah Fadil, menciptakan bunyi yang sangat kuat dan juga trauma yang mendalam di anak usia lima tahun itu. "Kalian ... jika kalian hanya ingin menyakiti hati anak-anak lebih baik pergi!" Akhirnya Alena mampu membuka mulutnya. "Sintia hentikan kau menyakiti anakku!" Andre masih mencekal perg