Ricky POV Pagi itu, saat menyaksikan Pendeta Pieter mengucapkan I love you kepada Anneke, lalu melihat Samuel memeluk Amelia dan bibirnya membentuk kalimat yang sama, hatiku terasa hangat. Kemudian pandanganku tertumbuk pada Kimtan dan Ariana, yang juga saling menatap penuh cinta, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Dan di saat itulah, satu-satunya wajah yang muncul dalam pikiranku adalah… Rania. Senyumnya meneduhkan, seperti payung yang setia melindungiku dari terik matahari Aceh. Kopi buatannya selalu pas. Rasanya, panasnya, bahkan cara ia menyerahkan cangkirnya padaku, seolah sudah hafal ritme tubuhku. Masakannya? Lezat bukan karena bumbu, tapi karena ia membuatnya dengan penuh cinta. Cara dia memandangku seakan aku satu-satunya lelaki di dunia yang pantas ia cintai. Dia tidak p

