SAH

1493 Kata

Rizky POV Mendengar keputusan Samudra untuk melepaskan semua hak waris, dan dengan tegas menolak diakui sebagai anak Amran, membuat dadaku sesak. Tapi bukan karena sedih… justru karena rasa bangga yang nyaris tak bisa kutahan. Anak ini, anak yang dulu kupeluk saat tubuhnya masih merah, yang tumbuh besar di pelukanku dan Rania, dalam rumah yang penuh cinta , hari ini berdiri di hadapanku sebagai seorang laki-laki. Dengan mata yang tak berkedip dan suara yang bulat, ia berkata, “Aku tidak akan menganggapnya ayahku. Tidak sekarang. Tidak nanti. Tidak akan pernah.” Kalimat itu menghantamku seperti palu hakim yang mengetuk dakwaan di akhir sidang. Tegas. Tak terbantahkan. Penuh harga diri dan integritas. Aku menunduk pelan, karena air mataku sudah terlanjur menggenang. Tapi kutahan. Karena

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN