Greta masih menatapnya, alisnya menyatu. "Oh, come on, Nin… jangan bohong. Gue kenal lo luar dalem." Ninda membeku. Hampir saja ia membongkar semuanya: Patra, malam itu, rasa bersalah yang menggerogoti. Tapi ia menelan ludah, menahan kata-kata itu. Tidak. Greta nggak boleh tahu. Bukan sekarang. Belum. Greta mendesah. "Ini… soal Adit sama Citra?" Ninda masih diam. Bibirnya sempat terbuka, namun segera mengatup lagi. Masalah Adit dan Citra… Mungkin seharusnya iya. Tapi bagaimana mungkin ia bercerita, sementara semalam… dirinya sendiri sudah menodai pernikahannya? Bagaimana bisa ia menuduh orang lain berkhianat, kalau dia pun melakukan hal yang sama? Gue bahkan bukan perempuan suci… pikirnya getir. Gue juga udah mengkhianati pernikahan gue sendiri. Gelas di tangannya hampir tergelin

