Aku sedikit khawatir dengan keadaan Stevi. Sepanjang perjalanan pulang setelah kami naik bianglala dia terus diam dan seperti tidak ingin mengobrol apapun. Apa mungkin dia mengingat sesuatu tentang masa lalu? “Sayang masih sakit kepalanya?” Aku bertanya pelan. Kemudian dia menoleh ke arahku dan menggeleng. “Aku cuma bingung, kenapa aku yakin banget kamu pernah ajak aku ke tempat itu sebelumnya.” Jawabnya yang juga membuatku bingung. Lalu kemudian aku teringat tentang ending secret admirer yang menyakitkan itu. Dan sejujurnya aku juga tidak tega membiarkan Stevi mengira bahwa aku selama ini begitu baik padanya tanpa memberitahukan padanya bahwa dulu akupun punya andil kesalahan padanya. “Mau ke apartemen aku dulu gak? Ada yang mau aku ceritakan.” Tawarku memutuskan setelah mempertimbang