“Ger? Kenapa Megi?” tanya Isla dengan menenteng baskom berisi air hangat. “Ga tau, Nek. Kok nangis gini ya? Tadi sempat buka mata, terus merem lagi sambil sesenggukan.” “Ngigo kali, panasnya kan tinggi banget.” “Gimana ya Nek? Gue jadi panik.” “Bawa ke rumah sakit aja deh. Masalahnya ini juga lagi musim dingin, keringatan aja susah. Ngandelin cara konvensional gini takutnya malah demamnya ga turun-turun.” Gary segera bangkit dari posisi berbaringnya, turun dari ranjang, mengenakan t-shirt dan sweater-nya lagi. Celana jogger yang ia pakai sudah cukup tebal, jadi tak perlu repot berganti kostum. “Yuk, Ger,” ujar Isla seraya menyampirkan shawl di pundak Gary. Isla lalu memakaikan pakaian hangat dan shawl untuk Megi. Gary berlari ke kamarnya, mengambil gawai, menelpon satu nomor