Sesuai permintaan Damar, Tasya menemui Damar di depan lobi hotel setelah acara Reuni SMA Pelita Buana berakhir. Ketika keluar dari ballroom tempat berlangsungnya acara, Tasya melihat Damar sudah menunggu dirinya di lobi hotel bersama Alfin dan Geri. Tasya segera menarik Amel untuk menemaninya menemui Damar dan kedua sahabatnya.
“Mas,” sapa Tasya, tersenyum menatap Damar begitu tiba di dekatnya.
Damar menoleh dan tersenyum tipis ke arah Tasya dan Amel.
“Hai, Kak,” sapa Tasya kepada Geri dan Alfin yang berdiri di sebelah Damar.
Geri dan Alfin membalas sapaan Tasya sambil tersenyum lebar.
“Dia siapa, Sya? Teman lo?” tanya Geri, menunjuk Amel yang berdiri di sebelah Tasya.
“Iya, Kak. Kenalkan dia namanya Amel,” ujar Tasya, memperkenalkan.
Amel tersenyum, lalu memperkenalkan diri kepada Geri dan Alfin. Mereka bertiga saling berjabat tangan sambil menyebutkan nama masing-masing.
“Kamu sudah menunggu sejak tadi, Mas?” tanya Tasya, berbasa-basi.
“Enggak,” sahut Damar, menggelengkan kepala.
Tasya merasa canggung berada di antara Damar, Alfin dan Geri. Apalagi mereka berdiri di tempat di mana banyak orang yang dapat melihat mereka, termasuk teman-teman Tasya dan Damar. Tasya ingin bertanya mengenai alasan Damar meminta bertemu dirinya di tempat ini. Namun, pertanyaan Tasya pasti akan membuat Alfin dan Geri keheranan.
“Kamu akan pulang sekarang, Sya?” tanya Damar, membuka percakapan.
“Iya, Mas,” sahut Tasya, menganggukkan kepala.
“Kamu akan pulang bersama Amel?” tanya Damar, memandang Amel yang berdiri diam di sebelah Tasya.
“Enggak. Aku bawa mobil sendiri, Mas,” jawab Tasya. Dia sempat melirik Alfin dan Geri untuk melihat reaksi mereka. Namun, kedua sahabat Damar itu hanya bersikap santai mendengar jawaban Tasya.
“Baiklah. Ayo aku antar ke mobil kamu, Sya,” ajak Damar, kemudian.
“I-iya, Mas,” sahut Tasya, terbata-bata. Dia cukup terkejut mendengar ajakan Damar untuk mengantar ia ke tempat mobilnya berada.
“Gue antar Tasya dulu, Fin, Ger,” pamit Damar kepada kedua sahabatnya.
“Oke. Kami menunggu lo di sini, Mar,” ucap Alfin yang diangguki oleh Damar.
Tasya dan Amel berpamitan kepada Alfin dan Geri juga. Mereka berdua kemudian berjalan beriringan ke luar lobi hotel bersama dengan Damar. Amel memisahkan diri ketika tiba di tempat parkir hotel. Dia berpamitan kepada Tasya dan Damar, lalu berjalan menuju ke mobilnya sendiri yang terparkir cukup jauh dari mobil milik Tasya.
“Ini mobil kamu, Sya?” tanya Damar, ketika Tasya berhenti di sebelah mobil honda jazz berwarna putih.
“Iya, Pak,” sahut Tasya, menganggukkan kepala.
“Baiklah. Terima kasih untuk bantuan kamu tadi, Sya. Kamu berakting cukup baik di depan teman-teman aku,” kata Damar, menatap Tasya.
“Sama-sama, Pak. Terima kasih juga karena Bapak mau membantu saya,” balas Tasya, menggunakan bahasa formal lagi kepada Damar.
Damar mengangguk, mengiyakan. “Kamu yakin aku nggak perlu membayar bantuan yang telah kamu lakukan tadi, Sya?” tanyanya memastikan.
“Iya, Pak. Bapak nggak perlu membayar saya. Bapak juga sudah membantu saya tadi. Jadi, kita impas,” jawab Tasya, menatap Damar.
“Baiklah. Acara Reuni SMA ini sudah berakhir. Jadi, hubungan pura-pura kita juga sudah berakhir, Sya,” ucap Damar, memberi tahu.
“Iya, Pak,” sahut Tasya, mengangguk mengerti.
“Kalau begitu aku pergi dulu, Sya. Senang bisa bekerja sama dengan kamu,” ucap Damar, mengulurkan tangan ke arah Tasya.
Tasya memandang uluran tangan Damar. Dia kemudian mengulurkan tangan juga untuk menjabat tangan tersebut. “Saya juga senang bisa bekerja sama dengan Bapak,” kata Tasya, tersenyum.
Damar balas tersenyum membuat Tasya sempat terpesona. Sejak mengenal Damar sebagai bos besar di perusahaan tempat ia bekerja, Tasya jarang melihat Damar tersenyum lebar seperti ini. Bahkan ketika Damar mengobrol dengan teman-teman mereka, dia hanya tersenyum tipis untuk menanggapi obrolan mereka.
“Tasya. Kak Damar,” sapa seseorang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Tasya dan Damar yang telah melepaskan jabatan tangan mereka menoleh. Tasya terkejut melihat Fani dan Galang berjalan menghampiri mereka. Dia sempat melirik Damar yang juga tampak terkejut melihat kehadiran Fani dan Galang di dekat mereka. Tasya tidak tahu sejak kapan Fani dan Galang berada di tempat parkir yang sama dengan mereka. Tasya mulai was-was apakah Fani dan Galang sempat mendengar percakapan dirinya dengan Damar.
“Lo nggak pulang bareng Kak Damar, Sya?” tanya Fani, memandang Tasya dan mobil honda jazz putih yang ada di belakang tubuhnya.
Tasya meringis mengikuti arah pandang Fani. Dia menyadari kalau Fani mengetahui dirinya dan Damar tidak pulang bersama.
“Iya, Fan. Gue bawa mobil sendiri,” ujar Tasya, memberi tahu.
“Kenapa harus bawa mobil sendiri, Sya? Bukankah kalian sepasang kekasih? Seharusnya kalian datang ke acara Reuni SMA ini bersama-sama seperti gue dan Galang,” ujar Fani, merangkul lengan Galang yang berdiri di sebelahnya. Fani seolah ingin menunjukkan kepada Tasya kalau dia dan Galang selalu pergi ke mana pun bersama-sama.
“Kebetulan aku ada urusan lain sebelum datang ke acara Reuni SMA ini. Jadi, Tasya datang ke sini sendiri tanpa menunggu aku,” kata Damar, menjelaskan.
“Oh begitu,” timpal Fani, menanggapi penjelasan Damar.
Tasya menghembuskan napas lega karena Damar membantunya menjawab pertanyaan Fani.
“Sudahlah, Sayang .... Biarkan saja kalau Tasya nggak pulang bersama Damar. Lebih baik kita pulang saja. Ini sudah cukup malam,” kata Galang, menghentikan Fani yang terlihat akan bicara lagi.
Fani terlihat cemberut, tapi tidak membantah perkataan Galang. “Baiklah. Kami pulang dulu, Sya, Kak,” pamitnya, menatap Tasya dan Damar bergantian.
“Iya, Fan,” sahut Tasya, sementara Damar hanya menganggukkan kepala.
“Bye, Sya,” pamit Galang, tersenyum menatap Tasya.
Tasya balas tersenyum menanggapi salam perpisahan dari Galang. Dia memandang kepergian Fani dan Galang sambil menghela napas panjang.
“Sepertinya aku harus pergi sekarang sebelum ada orang lain yang memergoki kita tidak pulang bersama,” kata Damar, setelah Fani dan Galang hilang dari pandangan mereka.
“Iya, Pak. Terima kasih untuk bantuannya tadi,” kata Tasya, menimpali.
“Sama-sama," sahut Damar, kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat parkir.
Tasya memandang kepergian Damar yang berjalan kembali ke dalam hotel. Hingga saat ini dia masih terus bertanya-tanya mengapa Damar meminta dirinya untuk berpura-pura menjadi pasangannya malam ini. Tasya tidak berani menanyakan alasan Damar karena tidak ingin dianggap ikut campur urusan pribadinya.
Malam ini Tasya merasa beruntung karena Damar mau membantu dengan berpura-pura menjadi kekasih dia di depan teman-temannya. Semua teman-teman Tasya tampak kagum dan iri karena dia memiliki pacar seorang bos di perusahaan besar. Bahkan Fani terlihat cemberut saat mengetahui perusahaan milik Damar lebih besar daripada perusahaan keluarga Galang. Tasya menghembuskan napas lega karena acara Reuni SMA malam ini berlangsung dengan lancar.
Setelah Damar menghilang dari pandangan Tasya, dia masuk ke dalam mobil untuk segera pulang ke rumah. Tasya menyalakan mesin mobil, lalu melajukannya meninggalkan hotel tempat berlangsungnya acara Reuni SMA Pelita Buana.
oOo