Zahra memeluk erat sang ibu. “Ibu hati-hati di jalan. Pokoknya kabari Zahra kalau ada apa-apa.” “Iya … iya. Ibu sudah sehat. Jangan khawatir.” Nurul mengusap punggung sang putri. Wanita itu kemudian melerai pelukan mereka. Menatap sang putri sambil tersenyum lebar. “Jangan beritahu Lea apapun. Soal Ibu jatuh sakit, maupun soal ijab kabul ulang kalian,” pesan Nurul pada putrinya. Zahra mengangguk. Dia juga malas menceritakan kembali kejadian lima tahun belakangan. Biarkan saja Lea dan semua orang tahu seperti apa yang mereka tahu sekarang. “Ya wis, Ibu pergi dulu. Kalian berdua yang akur. Jangan sering-sering bertengkar. Kalau ada masalah diomongin. Jangan langsung pindah tempat tidur. Bukan suami istri namanya kalau tidurnya beda ranjang, apalagi beda kamar.” Nurul memberi nasehat. Wani