Zahra tidak turun dari dalam mobil. Saat Naka menawarkan dirinya ikut masuk ke dalam apotek, Zahra langsung menggeleng. Zahra mendesah begitu melihat Naka keluar dari dalam apotek dengan membawa kantong plastik. Sudah jelas dia tahu isinya apa. Barang yang Naka bilang sebagai alat tempurnya. Zahra mengamati pria dengan tubuh tinggi tegap dan paras rupawan itu. Itu suaminya. Boleh kan dia bangga memiliki pria itu sebagai suaminya? Sayangnya, dia hanya memiliki raga pria itu. Tidak hatinya. Zahra sadar dia tidak punya kelebihan dibanding banyak perempuan di luar sana yang bisa pria itu miliki dengan mudah. Siapa yang sanggup menolak pria berkualitas yang satu itu? Tidak akan ada yang bisa menolak pesona dan juga isi rekening pria itu. Bahkan Renata sekalipun. Bodohnya Renata saja yang ti