Zahra berjalan dengan langkah tidak bersemangat memasuki pagar besi rumah kontrakan yang sudah terbuka lebar. Pagar besi yang sudah berkarat, yang layak segera diganti karena rodanya sering ngadat--susah didorong. Berbeda sekali dengan pagar besi tinggi dan kokoh yang membentengi bagian depan rumah megah milik keluarga Naka. Bahu wanita itu bergerak kentara ke atas kemudian terjatuh ketika sang pemilik menarik dalam-dalam napasnya, kemudian menghentak keras karbondioksida keluar. “Zahra ….” Dengan gerakan malas, kepala Zahra berputar. Mengedip ketika melihat dua teman kosnya berjalan cepat menghampirinya. Zahra memutar langkah ke arah datangnya dua perempuan tersebut. “Ada apa?” tanya Zahra malas. Sepasang mata wanita itu mengedip. Bola matanya bergerak ke sekitar. Beberapa orang terlih