Beryl asik dengan rutinitas kampus seperti biasanya. Dia enggan beranjak dari kursi di salah satu kafe murah karena tiba-tiba rasa magernya mengalahkan segalanya. Meski Beryl termasuk dalam kategori mahasiswa berprestasi tetapi kalau sudah menyangkut tentang malas semua orang juga bisa menjadi pecandunya.
“Itu bukannya Isabella anak jurusan tata busana, ya?” Heny yang tengah sibuk dengan vlog di hp nya mendadak seheboh itu. Memang siapa sih yang tidak kenal mahasiswi popular bernama Isabella. Sepertinya hampir semua yang berkuliah di Universitas ini tahu siapa Isabella.
Azlio melengos menatap perempuan dengan body aduhai yang sedang asik bergerombol dengan teman-temannya. Kemudian melengos lagi menatap Beryl yang seolah tak perduli pada keberadaan perempuan incaran kaum adam itu, “Dia… pacar lo bukan, Ber?”
Mendengar pernyataan Azlio rasanya Beryl ingin menggetok kepala orang yang katanya sahabatnya ini, sungguh tidak lucu jika sampai berita tentang pertengkarannya dengan Isabella menjadi bahan konsumsi publik. Beryl tidak suka menjadi orang yang banyak disorot meski pada kenyataannya penolakannya malah jadi sumber boomerang. Bagaimana tidak, Beryl juga sebenarnya tidak kalah hits hanya saja dia enggan menonjolkan jika itu tidak terlalu penting.
“Lo pacaran sama Isabella, Ber?! Sejak kapan?! Kok gue nggak tahu?!” Heny tiba-tiba saja berpindah duduk di samping Beryl padahal tadi posisi duduknya adalah didekat Hendrik selaku pacaranya. Hendrik terlihat mendengus karena Heny menjauhinya dan memilih berdekatan dengan Beryl.
“Yang…” Kaki Hendrik sengaja dihentak-hentakkan. Dia kesal setengah mati. Cemburu buta karena sudah seminggu mereka marahan dan sekarang harus berjauhan lagi.
“Ish…” Heny menggeleng geli. Bisa-bisanya hendrik bertingkah manja di depan teman-teman mereka. Sungguh menggelikan
Azlio menimpluk Hendrik dengan kulit kacang yang sudah dia emut, “Gelay banget sih jadi cowok,” gerutunya kesal
Hendrik mendengus, melengos dan menatap Heny dengan mulut mengembung. Lalu mengkode Heny kembali ke tempat semula.
“Nggak mau. Aku mau dekat sama Beryl dulu yang.” Ujarnya sembari duduk manis di samping Beryl sementara hendrik sudah misuh-misuh saking kesalnya dengan sang kekasih.
“Lo jadian sama Isabella, Ber?” Tanya Heny sangat ingin tahu. Pasalnya selama ini Beryl ini termasuk kategori mahasiswa yang jarang kena gosip murahan malahan tidak pernah sama sekali. Beryl juga jarang dekat dengan cewek. Kalaupun dekat itu juga punya alasan seperti satu anggota lomba, tugas dosen, atau penelitian bersama.
“Nggak. Kita cuma teman.” Beryl menyanggah. Dia tidak mungkin dengan sukarela membiarkan nama baiknya tercemar akibat mendapat label jadi pacar Isabella.
Lebih baik berlabel jomblo seumur hidup daripada jadian dengan Isabella.
Beryl cukup percaya diri meskipun dikatain jomblo oleh teman-temannya.
“Teman kok sempat-sempatnya pegangan tangan segala,” kali ini Hendrik ikut kompor. Membuat Bery mendelik kaget, bagaimana bisa teman-temannya tahu soal dirinya dan Isabella. Padahal Beryl tidak pernah menceritakan apapun ke orang-orang. Huh, Beryl hampir saja melupakan satu fakta betapa populernya seorang Isabella. Dia tak terkalahkan
“Wuihhh, lo gandengan segala sama Isabella, Ber?! Mantap oey…” Azlio menimpali dengan rasa iri yang nampak jelas. Mengingat Isabella adalah incaran banyak cowok-cowok di kampus.
Azlio punya keinginan menikahi Lisa Blackpink. Tapi kalau bisa dapat Isabella juga mana mungkin Azlio menolak. Katanya kan rezeki tidak boleh ditolak. Kalau Isabella mau nanti Lisa Blackpink bisa jadi yang kedua dan Isabella istri pertama. Bisa dirundingkan lah yaw?!
“Gue dekat sama Isabella aja deg-degan, cuk.” Azlio memegangi dadanya
Heny mengernyit lalu mengumpat dengan lancar, “Hilih, lebay lo.”
“Iri bilang, sayangggg.” Katanya sok yes
“Eh, cewek orang disayang-sayang.” Hendrik menendang kaki Azlio tak terima pacarnya dipanggil sayang. Memang meskipun panggilan sayang yang dtujukan bercanda tetapi kalau teman sendiri yang mengatakan rasanya nylekit tak tertahankan.
Azlio nyengir kuda. Kemudian melirik Beryl, “Isabella keponakan Prof. Warsono?”
“WHATTT?! Demi apa?” kali ini bukan Heny yang nampak terkejut tetapi Hendrik
“Masak iya?” Heny ikut menimpali pernyataan Azlio
Azlio mendesah kesal, “Nggak guna banget lo dari tadi disini, Ber. Masak cuma jawab seperlunya aja.” Rasanya percuma juga Azlio ngomong kalau respon Beryl sudah seperti kerupuk melempem begitu
“Menurut lo?” Beryl bertanya balik
“Lah, nih orang otak cerdas malah balik nanya. Gue kan lagi bertanya Beryl ngapain elo malah balik nanya. Mana ada gue tahu jawabannya,” ujarnya kesal sendiri. Rasanya kalau bukan karena faktor Beryl baik hati dan tidak sombong soal ilmu mana betah Azlio jadi sahabatnya dari maba sampe maba. Eh salah, maksudnya dari zaman mahasiswa baru sampai jadi mahasiswa basi begini.
“Entah. Mana gue tahu. Tanya saja sama Prof. War.”
Sabar, sabar, sabar…
Begitulah cara Azlio menenangkan hatinya beserta otaknya yang sudah mengepul akan meledak.
“Eh, tapi elo kok bisa temenan sama Isabella yang cantik jelita itu sih, Ber?” kali ini giliran Heny yang ingin meledak akibat menahan kecemburuan saat Hendrik menanyakan soal Isabella dan masih sempat-sempatnya memuji kecantikan perempuan populer itu.
Beryl bingung menjawab pertanyaan yang satu ini. Lagi pula sebenarnya juga Beryl enggak dan tidak berminat berteman dengan perempuan seperti Isabella.
Sekali lagi Beryl tekankan bahwa dia tidak pernah pemilih dan membeda-bedakan orang untuk diajak berkawan. Tapi modelan seperti Isabella ini patut dihindari. Dia punya kecantikan memikat dan bejibun masalah serta hanya beberapa orang saja yang tahu. Beryl ragu orang-orang akan mau berdekatan dengan Isabella setelah mengetahui seperti apa gadis itu sebenarnya. Dia menakutkan dan punya ambisi gila. Sungguh kenyataan yang sebenarnya berbanding terbalik dengan apa yang terlihat.
Pada dasarnya memang banyak orang lebih suka bersembunyi serta menampilkan topeng untuk menutupi wujud aslinya. Dan Isabella adalah salah satu orang yang tengah melakukan hal itu. Berpura-pura bersikap ramah, baik, dan genit kepada orang-orang. Tapi pada kenyataannya dia semenderita itu.
Bukan mutiara dikubangan lumpur.
Sepertinya Beryl terlalu kejam akibat sudah kesal setengah mati pada tingkah tidak waras Isabella.
“Ber, Isabella ngelirik elo muluk dari tadi tuh,” Heny yang memang pada dasarnya sangat kepo dengan Isabella menjadi terus menerus memperhatikan setiap gerak gerik perempuan populer itu. Kalau dipikirkan mungkin menjadi teman Isabella cukup menyenangkan. Bisa dekat banyak cowok ganteng tanpa perlu tebar pesona. Heny jadi berharap lebih,
Beryl ikut memperhatikan keberadaan Isabella dan memang benar sesekali Isabella melirik kearahnya. Tapi seperti ingin melakukan sesuatu yang membuat Beryl naik darah.
Jangan mulai Isabella atau aku akan membuatmu menyesal bertingkah bodoh, lagi.
“Benar bukan dugaan gue. Lo jadian sama Isabella diam-diam tanpa kita tahu. Emang teman lakcnut ya begini, nih.”
BRAKKK…
PRANGGG…
PYARRR…
Suara teriakan menggema di dalam kafe begitu seorang laki-laki dengan rambut gondrong sebahu tiba-tiba datang dan memukul pintu kaca dengan menggunakan tongkat baseball. Dia mengamuk dan memukul apapun yang ada di depannya.
Beberapa pengunjung kafe yang mayoritas adalah mahasiswa berteriak dan berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. Sementara sisanya mencoba menyelamatkan diri dengan berlindung di bawah meja atau apapun yang bisa melindungi kepala dari pecahan kaca.
“Huh…” ujarnya ketika hendak menghancurkan gitar dan beberapa alat musik di panggung. Tempat biasa digunakan untuk konser dan manggung di malam hari.
“Sayangggg…” Hendrik merengek dan mencari keberadaan Heny karena kekasihnya itu hilang entah kemana. Matanya menelusuri isi kafe namun nihil tidak dia temukan.
Sementara Azlio mencoba melindungi beberapa mahasiswi yang ketakutan sehingga memepet semuannya agar tidak jauh dari jangkauannya. Modus berbonus manis. Mungkin dia terlihat tidak tahu diri. Sungguh Azlio bersyukur atas kekacauan ini. Sangat menguntungkan
Dan dimana keberadaan Beryl?!
Laki-laki itu terlihat tengah berdiri di depan Isabella untuk melindungi perempuan itu dari amukan orang gila dengan tongkat di tangannya.
Orang-orang yang melihat hal tersebut tentu saja terkejut. Tapi mereka tidak memprotes atau bertanya soal tindakan Beryl. Karena laki-laki itu terkenal dengan kebaikannya membantu banyak teman-teman. Yang membuat heran adalah kenapa harus Isabella.
Wajar sih diposisi sekarang ini saling membantu demi menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi kenapa Isabella?! Teman-teman Beryl mulai menanyakan soal itu.
Beryl mulai menyadari banyak tatapan menuju kearahnya. Dia sendiri juga kebingungan kenapa spontan saja menarik Isabella dan menyembunyikan perempuan itu di belakangnya. Malahan Isabella terlihat menurut saja tanpa ada bantahan. Tidak seperti Isabella biasannya yang akan mengamuk dan membiarkan Beryl merasakan panasnya telapak tangan Isabella.
Dilain sisi sebenarnya Isabella merasa kurang nyaman dengan apa yang dilakukan Beryl. Laki-laki itu bertindak cukup frontal dengan mencoba menyelamatkan dirinya dari amukan orang gila sehingga memicu perhatian dari banyak pasang mata.
“Lo gila?! Berani banget sok jadi pahlawan kesiangan?!” ujar Isabella yang masih diam di belakang tubuh Beryl yang asik melindunginnya
Beryl melirik ke samping mencoba menatap Isabella tapi tidak berhasil karena posisinya benar-benar di depan tubuh Isabella. Bahkan jika dilihat mungkin malah seperti Isabella yang memeluk tubuhnya. Benar-benar sangat memancing para geng penggibah untuk menemukan topic baru untuk dibahas.
“Lo lupa tugas gue?” kata Beryl tetap pasda pandangan mengawasi orang gila yang mulai mendekati mereka dan memukul meja kasir
Oh, sungguh kedatangan orang gila itu bahkan mungkin akan membuat pemilik kafe bangkrut karena beberapa perabotan dan alat-alat hancur. Lagi pula siapa kenapa harus memilih desain kafe dengan kaca.
Beryl menggeleng, kenapa disaat keadaan genting begini dia malah memikirkan hal yang tidak perlu sama sekali. Pakai acara berpikir kritis segala. Membuatnya menjadi pusing tanpa sebab.
“Lo kenapa geleng-geleng?! Punya penyakit ayan lo?” Masih sempatnya Isabella bertanya padahal keadaab mereka sekarang sebenarnya sangat mengenaskan.
Semua orang yang ada di dalam ruangan berhasil keluar kecuali Beryl dan Isabella. Dan otomatis menjadi tontonan banyak orang.
“Gila. Gue malu banget.” Isabella menyembunyikan wajahnya di punggung Beryl.
“Kita bakal mati kayaknya,” Beryl menatap horror orang gila dengan tongkat bisbol yang berjalan kearah mereka, senyumnya menakutkan. Tapi Beryl seperti pernah melihat wajah yang mirip dengan orang dihadapannnya. Tapi siapa?!
“Ber, ayo lariiii bego. Lo mau mati konyol disini?” Isabella menarik-narik baju Beryl
“Lo pikir gue juga mau mati konyol disini, heh?” Jelas saja Beryl tidak mau. Memangnya dia mau akan ada berita yang menmapilkan dua orang mahasiswa ditemukan tewas akibat diserang orang gila disebuah kafe dengan tongkat baseball. Sungguh tidak lucu sama sekali
Bugh…
PRANGGG…
Kaca meja kembali pecah. Ini adalah yang kesekian kalinya dan sialnya meja itu berada tepat dihadapan mereka. Membuat keduannya ketakutan membayangkan kematian konyol mereka.
“Hahhh…”
“Hihiii…”
“Tantik…cantuik…cantikkuh…” Dengan santainya orang gila berambut gondrong itu malah mendekati Isabella dan mencolek bahu Isabella
“Jorok… pergi lo, sialan.” Isabella mencoba mengusir orang gila namun sayangnya dia tidak ketakutan dan malah hampir menyentuh area sensitif Isabella.
“Berengsek…”
Bugh…
Beryl mendorong orang gila itu. Hingga membuatnya jatuh terjerembab ke lantai. Tapi dalam percikan detik orang gila tersebut malah bangkit dengan marah hingga menangis meraung-raung.
“Tantikkk, cantikuh…” katanya mendekati Isabella
“Jauh-jauh lo, sialan. Jangan berani mendekat ataupun menyentuh tubuh gue. Gue bunuh lo, ya.”
Beryl beralih dari yang awalnya membelakangi Isabella kini memeluk perempuan itu dengan erat. Takut jika sampai kejadian seperti tadi terulang kembali. Meskipun Beryl sering dilecehkan Isabella tapi melihat perempuan dilecehkan di depan matanya mana berani Beryl membiarkannya.
Sebenarnya Beryl bisa saja langsung menonjok orang tak waras itu dan menarik pergi Isabella. Tapi hasilnya tidak akan bagus. Karena menyakiti orang dengan gangguna kejiwaan tentu saja bukan masalah sepele.
“Sekali lagi lo dekati dia dan nyentuh seenaknya gue bakal patahin rahang lo,” ujar Beryl namun sebenarnya sama sekali tidak serius. Mana mungkin dia melkaukan itu pada orang dengan gangguan kejiwaan,
Isabella membeku atas apa yang dilakukan Beryl. Dia juga kebingungan dengan posisinya sendiri.
“Ber… lo jangan gerak apapun yang bikin orang itu kenapa-kenapa. Jangan pakai kekerasan yang malah berujung meribetkan. Polisi udah dijalan mau kesini,” Azlio berupaya membantu Beryl meskipun ada rasa iri dan keinginan kuat untuk melakukan hal dilakukan Beryl─memeluk Isabella.
“Bego, mending lo kesana dan selamatin dia.” ujar Heny merasa kasihan melihat Isabella bahkan sempat dilecehkan oleh orang gila
Beryl sepertinya tidak punya pilihan dan terpaksa akan melawan orang itu karena tiba-tiba saja dia mengeluarkan sesuatu dari saku celannya─sebuah pistol.
“s**t…” Beryl mengumpat atas ketidakberuntungannya. Kenapa sih dirinya selalu terjebak dalam kejadian yang membahayakan nyawa selama bersama Isabella padahal ketika Beryl bersama teman-temannya dia merasa aman-aman saja.
“Isabella…” ujar orang gila tadi yang tiba-tiba memanggil nama Isabella
Isabella dan Beryl dibuat terkejut, darimana orang ini bisa mengenal Isabella.
“Isabella…”
“Aku mencintaimu…”
Isabella menahan nafas dia menggeleng cepat. Lalu mendekati orang gila itu.
“Kenzooo?” Isabella menarik rambut panjang dan kumis yang menjadi kostum penyamaran
Kenzo?! Siapa Kenzo?! Batin Beryl bertanya kebingungan
“Hahahahah…” Laki-laki yang mereka sebut orang gila adalah Kenzo salah satu penyanyi terkenal yang tengah naik daun. Laki-laki dengan nama Kenzo itu langsung memeluk erat Isabella dan mencium sekilas pipinya tanpa ada penolakan. Membuat banyak laki-laki yang berada disekitar menjadi iri karena ingin mencium Isabella.
Beryl menatap sekilas lalu berdecak kesal. Sungguh drama yang diciptakan benar-benar tidak lucu. Apa Isabella memang semuarahan itu sehingga akan sangat kegirangan karena digilai banyak laki-laki. Apa Isabella juga tidak akan marah bahkan mengamuk padahal baru saja dia hampir dilecehkan oleh Kenzo?!
Beryl meninggalkan mereka dan memilih pergi dari kafe. Pantas saja tidak ada polisi yang datang tidak tahunya semua sudah disetting dengan sangat apik. Beryl lo benar-benar bodoh dan ketipu perempuan modelan Isabella.