Teror ringan

2133 Kata
Dilain sisi Isabella menatap sekitarnya mencari keberadaan Beryl. Kemanakah perginya laki-laki itu?! Kenapa secepat itu menghilang?! “I miss you, Isabella.” Kata Kenzo sembari merentangkan tangan meminta pelukan pada Isabella. Perempuan itu hanya melangkah dalam diam namun pikirannya bermain dan mencoba mengabaikan rasa pedulinya pada Beryl.  Sungguh mungkin gue nggak waras tiba-tiba mikirin seorang Beryl Tidak berselang lama beberapa orang dengan pakaian hitam datang membawa banyak barang seperti bunga, paper bag dari brand terkenal, dan juga beragam makanan.  “Gue sewa tempat ini buat ketemu elo,” ujar Kenzo setelah berganti pakaian. Mahasiswa yang sedari tadi berada diluar perlahan masuk dan mulai menyambut riuh Kenzo Beberapa orang juga mulai mengerubungi hingga meminta foto dan tanda tangan dari Kenzo. Sementara Isabella medesah pasrah. Masih memperhatikan sekitar siapa tahu Beryl masih ada di tempat. Tapi sayangnya tidak. Laki-laki itu bahkan sudah pergi menjauh saat tahu ini hanya sebuah  prank yang dilakukan Kenzo untuk menambah popularitasnya semata.  Isabella bisa menebak bahwa Beryl marah, mungkin. Seharusnya itu kabar baik. Tapi mengingat laki-laki itu menyelamatkan dirinya dari Kenzo sungguh Isabella menjadi tidak tega begini.  Isabella beranjak hendak keluar dari kafe menghiraukan Kenzo yang sedari tadi memanggilnya. *** “Ada yang tahu Beryl nggak?” Isabella mendatangi gerombolan anak Fakultas Hukum. Persetan dengan gosip yang akan beredar soal hubungannya dengan Beryl. Lagipula Isabella tidak tertarik dengan Beryl dan pastinya gosip itu perlahan akan memudar. “Oh, dia dipanggil sama Prof.Warsono hari ini kayaknya ngisi kelas.” Isabella mengiyakan. Rasanya dia juga merasa malu begini karena mengejar seorang laki-laki. Padahal pekerjaannya berkaitan dengan banyak laki-laki.  Tapi jika Isabella menemui Beryl tentu saja laki-laki itu akan besar kepala dan menganggap Isabella menyerah akan ambisinya. Padahal kan tidak begitu adanya. Lantas apa yang bisa kamu lakukan sekarang Isabella?! Ayo berpikir. Cepat berpikir. Isabella menggigit kukunya guna meredakan rasa gelisah, “Mau ketemu, Beryl?” Seorang mahasiswa dengan rambut cokelat kehitaman mendekati Isabella. Perawakannya mengingatkan Isabella dengan aktor asal Spanyol Itzan Escamilla.  “Wuiih, pepet terus, Yo. Isabella woy…” “Cantik banget kayak bonekah, guys.” “Gimana cara dia ngerawat tubuh sampai sebagus itu, ya?” “Diet apaan tuh cewek.” “Beruntung banget yang bisa jadi pacarnya.” Dan masih banyak lagi suara laki-laki maupun perempuan yang memuja kecantikan beserta bentuk tubuh sempurna milik Isabella. Dia sebenarnya rishi tapi mau bagaimana lagi sudah terlanjur juga kebiasaan menggunakan pakaian seksi demi menunjang penampilannya. “Gue Azlio temannya Beryl. Kalau lo mau ketemu sama dia gue bisa anterin ke ruangannya Prof.Warsono.” Azlio menawarkan diri dan tentu saja mendapat penolakan dari Isabella. Memang Azlio pikir Isabella tidak tahu letak ruangan Prof.Warsono kah?! Dia ini keponakannya dan juga salah satu mahasiswi di kampus yang sama mesti tidak di Fakultas yang sama dengan Beryl dan Azlio. “Nggak deh. Gue langsung balik aja,” “Lo Isabella kan?” Memang dasarnya Azlio ini pecinta wanita jadi kalau sudah ketemu perempuan cantik ya mana bisa tahan. Setan-setan dalam dirinya seperti kepanasan. Isabella hanya mengangguk malas. Dia ini sudah khatam soal modelan laki-laki seperti Azlio. Sengaja mengulur-ulur waktu dan akhirnya berujung pada minta nomor ponsel. Dan sekarang Isabella sedang malas berbasa-basi.  “Minggir gue mau balik,” ujarnya setengah kesal. Pasalnya sedari tadi Azlio terus saja memandangi tubuh Isabella dengan air liur yang bahkan bisa Isabella pastikan sebentar lagi akan menetes. “Tungguin sini aja. Bentar lagi pasti Beryl datang kok.” Azlio masih gigih untuk menahan kepergian Isabella. “Kenapa sih harus buru-buru?” Azlio menghadang tubuh Isabella agar perempuan itu tidak pergi kenana-mana. Isabella menendang kaki Azlio hingga mengenai tulang keringnya. Otomatis Azlio mengaduh dan memekik kesakitan. “Bego, lo.” “Lagian disuruh minggir dari tadi nggak mau. Enak kan dapat tendangan dari gue?” Isabella berlalu begitu saja membiarkan banyak pasang mata menonton pertengkarannya dengan Azlio. “Dasar cewek gila. Dibaik-baikin malah nglunjak. Lihat aja lo bakal gue bikin klepek-klepek sama pesona gue.” Kata azlio di tengah ringisannya “Makanya nggak usah macam-macam sama dia, Yo.” Beryl tiba-tiba saja muncul dengan membawa laptop yang layarnya masih menyala. Sepertinya dia sehabis mengerjakan sesuatu atas perintah dari Prof.Warsono “Itu apaan, Ber?” Azlio segera mengintip apa yang ada di layar laptop Beryl “Tugas dari Prof.Warsono?” tanyannya kepanikan “Iya.” Jawab Beryl dengan kaki melangkah ke kelas. Diikuti Azlio dan beberapa mahasiswa lainnya.  “Kita dapat tugas apaan dari Prof.War?” “Biasa. Penelitian.” Azlio membuang nafas kasar, “Tugas minggu lalu aja kita-kita masih keteteran. Kenapa udah mau dikasih tugas aja sih. Emang tuh Prof.War nggak capek apa ngoreksi sebegitu banyaknya. Kita-kita juga tahu dan sangat pengertian loh kalau jam ngajar dia sepadat apa.” “Mbok yo jangan ngoyooo. Libur sehari buat nggak kerja nggak bakal bikin dia jadi miskin kan?” Azlio ngedumel dan disetujui banyak teman-teman “Huum, benar poll. Gue juga capek kalau disuruh ngerjain penelitian terus. Bokek nih lama-lama print kertas terus. Mana setiap ngeprint hampir seratus lembar. Masih revisi sepuluh kali. Dahlah berubah jadi babi ngepet aja gue.” Hendrik mengeluh sembari memegangi kepalanya yang cekot-cekot mendengar berita buruk barusan “Masak iya Prof.War ngasih tugas lagi sih, Ber?” ujar Heny setelah membaca pengumuman di grup kelas. “Benar-benar nggak ada daya gue menolak. Sementara tenaga dah abis kekuras. Keuangan kering pula. Hueeeeeee, sayang ayo nikah.” Teriak Heny kepada Hendrik yang semakin puyeng tujuh keliling mendengar permintaan pacarnya “Tugasnya kelompok kok. Satu kelompok terdiri atas empat orang. Ini nggak seberat tugas penelitian yang individu,” Beryl menjelaskan agar teman-temannya tidak salah paham. Memang kalau urusan tugas dari Prof.Warsono tidak bisa disepelekan. “Gue sama Beryl…” Azlio langsung memeluk manjah tangan Beryl tidak membiarkan teman-temannya merebut harta berharganya. Bagi teman sekelas Beryl memang tugas dari Prof.Warsono memiliki kesulitan berlebih tidak heran jika semuannya saling berebut dan mencoba mencari kelompok yang bisa diandalkan. “Terserah aja anggota kleompoknya mau gimana. Gue ngikut.” Heny langsung maju ke depan berdiri disamping Beryl  hingga membuat teman-temannya bersorak riuh. “Curang lo, nggak adil kalau milih-milih begitu.” Frendy berujar dan mendapat persetujuan dari banyak teman-teman. Heny membuang nafas kecewa, “Baiklah. Kita pakai undian aja, ya.” “Nah, gitu dong.” Erika menyetujui ** Setelah melakukan undian dan anggota kelompok Beryl adalah Azlio, Heny, Manda, dan juga Aida. Sebenarnya Azlio dan Heny tadi bermain curang hingga membuat mereka bisa sekelompok dengan Beryl. Sayangnya Hendrik tidak bisa satu kelompok. Dia mengamuk Azlio dan memintanya untuk bertukar kelompok. Jelas saja tidak mendapatkan persetujuan dari oranganya. “Eh ada neng Aida.” Ujar Azlio sembari memperhatikan Aida yang sedari tadi diam setelah mendapatkan pengumuman kelompok. Mungkin gadis itu masih syok karena harus satu kelompok dengan Beryl atau justru tengah bergelut dengan pikirannya sendiri akibat pertengkaran beberapa waktu lalu dengan Beryl. Yang jelas bagi Beryl seorang Aida cukup misterius dan tertutup. “Apa lo mau godain Aida?” Manda membela sementara beringsut mencari posisi yang nyaman untuk bisa menanyakan sesuatu berbau privasi kepada Beryl Syuuut…  Heny memanggil Beryl mengkode laki-laki itu hingga akhirnya Beryl paham. “Kenapa?” “Lo pacaran sama Isabella, Ber?!” Beryl menajamkan pendengarannya. Kenapa pertanyaan Heny sebegitu frontalnya sih. Sampai semua teman-temannya menoleh kearahnya. Kalau begini caranya apa gunanya mengkode Beryl.  Kalau begini cerinya Beryl jadi menyesal pasrah akan pemilihan anggota kelompok. Bukannya mengerjakan tugas justru mereka akan dengan senang hati mengorek serta mengolok-olok Beryl. Tidak lucu sama sekali. “Lo pacaran sama Isabella, Ber?” kali ini bukan lagi Heny yang bertanya melainkan Manda. Sempat Beryl lihat baik Azlio, maupun Aida sama-sama tengah menantikan jawabannya. “Apaan, sih. Nggak ada.” Ujar Beryl dingin. Sebal sekali selalu disodori pertanyaan yang sama. Memangnya hubungannya dan Isabella seperti apa?! Sayang sekali semua teman-temannya tidak tahu bahwa setiap dirinya dan Isabella berdekatan akan langsung saling mengibarkan bendera perang. Mereka sama sekali tidak seakur seperti yang terlihat. “Tapi gue lihat lo dan Isabella…” Heny hampir melanjutkan ucapannya tetapi terhenti karena Azlio memberikan kode untuk diam. Azlio berdehem, meminta Heny melanjutkan ucapannya.  “Gue sih percaya Beryl nggak akan bohong,” ujarnya baru menyadari mereka saling menjejali Beryl dengan pertanyaan yang sebenarnya adalah derita untuk Aida. “Hmmm… Beryl emang nggak pernah bohong,” Azlio membenarkan Manda hanya diam sesekali mencuri pandang kearah Aida. Ternyata Aida sama sekali tidak terpengaruh terbukti dia asik dengan tontonan Youtube di ponsel miliknya. “Jadinya gimana, nih?” Heny membuka sesi diskusi kelompok siang itu “Mau ambil data dimana?” “Dan gue ngikut aja deh,” *** “Isabella memang tadi kesini buat nyariin elo, Ber. Coba deh lo temuin dia barang kali penting. Habis dilecehkan sama  Kenzo mana mungkin mentalnya baik-baik saja.” “Tapi penampilan Isabella mengundang banyak pasang mata buat melirik sih. Gimana nggak coba, pakai dress seksi gitu meski masih pakai jaket tetap aja berlekuk…” Kalimat panjang Azlio terus berdengung di telinga Beryl. Padahal dia sedang disibukkan dengan power point Prof.Warsono yang sebentar lagi akan digunakan untuk mengisi Webinar Online. “Nanti biar saya atur sendiri saja, Ber. Setelah ini tolong kamu segera koreksi nilai tugas mahasiswa baru. Kemarin saya iseng nyoba ngasih mereka kuis. Dan sepertinya itu membuat kelas jadi semakin hidup,” Oh, apakah Prof.Warsono tidak tahu seperti apa gambaran dirinya di mata mahasiswa. Meski tidak ada perintah untuk belajar atau untuk aktif jelas saja semua akan berlomba aktif. Apalagi itu adalah mahasiswa baru atau maba. Lain halnya dengan mahasiswa lama tentu saja sudah kerepotan untuk belajar dan sibuk pada tugas praktek. Yang ada untuk ukuran mahasiswa tua seperti Beryl masuk kelas adalah hal yang paling membuat malas.  Rasanya jadi serba salah karena bangun pagi adalah rutinitas terberat dalam hidup. Sementara kelas siang merasa ngantuk dan presentasi di sore hari memusingkan. Paling mantap adalah rebahan. Ngomong-ngomong Beryl sekarang merindukan kasurnya. Ini sudah hampir magrib dan dia masih berada di ruangan Prof.Warsono untuk membantu dosen itu. Jangan katakan setelah ini Beryl harus direpotkan dengan Isabella yang berulah lagi. Sial “Kamu bisa langsung pulang dan beristirahat.” Apa dosen yang satu ini tidak tahu jika barusan dia memberikan tugas untuk mengoreksi tugas mahasiswa baru. Oh rasanya Beryl ingin menjedotkan kepalanya sendiri ke dinding. Pusing mengatur jadwal tidurnya. “Iya Prof…” Beryl selesai dengan Power Point milik Prof Warsono lalu bergegas untuk pulang. Setidaknya dia bisa sampai apartemen pukul tujuh malam. Mandi, istirahat, dan mulai rutinitas lagi.  Begitu Beryl hendak masuk ke mobil seorang anak kecil tiba-tiba menabraknya. Hingga membuat Beryl sedikit terhuyung. Anak kecil itu menumpahkan semacam air atau…Beryl mencium bau bensin di celana sebelah kanan.  Beryl memeriksa celananya. Benar tidak salah lagi anak kecil itu membawa bensin.  “Kamu ngapain malam-malam diarea kampus?” Tanya Beryl pada anak kecil yang terus menatapnya tanpa berkedip. Tatapannya tajam membuat Beryl merasa sedikit ganjal.  Area kampus memang boleh dikunjungi oleh orang luar sampai pukul delapan belas malam. Sayangnya untuk apa juga anak kecil bermain di kampus hingga selarut ini?! Beryl berjongkok guna mensejajarkan tubuh mereka. “Kamu siapa?” tanyanya setenang mungkin. Perasaan Beryl mulai tidak nyaman tapi dia tetap menjaga ketenangannya. Anak kecil tersenyum diam tapi menggeleng, mungkin takut dengan Beryl. Padahal Beryl hanya bermaksud bertanya. “Lalu kenapa kamu mainan bensin?” tanyanya lagi sayangnya tidak sama sekali mendapat respon dari lawan bicaranya Beryl mendesah pasrah, “Kamu pulang, ya. Sudah larut malam nanti dicariin sama papa mama.” Anak kecil itu menggeleng cepat Sebenarnya Beryl tidak punya pengalaman sama sekali tentang anak kecil. Makanya dia juga kebingungan. Tiba-tiba saja anak kecil yang sepertinya berusia tujuh tahunan itu melemparkan Beryl dengan korek api. Beryl mengernyit dan menatap korek api tersebut. Untung saja tidak dinyalakan jika samapai dinyalakan sudah barang tentu tubuh Beryl akan terbakar. Lagipula siapa anak kecil ini dan kenapa malah bermain bensin dan korek api?! Beryl kembali terkejut lagi karena tiba-tiba saja bocah kecil itu berlari pergi. Mungkin ketakutan juga.  Sungguh Beryl tidak ingin menemui masalah lagi. Setelah ini apa lagi kejadian aneh yang akan menimpanya?! Bolehkan sekarang dia simpulkan jika semenjak berurusan dengan Isabella hidupnya menjadi tidak tennag. Ada saja kejadian yang membuatnya merasa ngeri dan takut secara bersamaan.  Tapi jika dipikirkan lagi untuk apa juga Isabella menerornya. Apa karena perempuan nakal itu sering Beryl mata-matai sehingga murka dan melakukan hal tidak berguna seperti ini?! Untuk beberapa rentetan kejadian sepertinya Beryl mulai menaruh kecurigaan pada Isabella. Karena hanya perempuan itu yang punya kemungkinan besar melakukan tindakan bodoh. “Lo ngapain?” Beryl berbalik arah dan menemukan Aida tengah berjalan kearahnya dengan dua buku tebal di tangan kanannya. Beryl tidak ingin menceritakan kepada Aida  “Mau pulang, Da.” Jawab Beryl. Dia memang akan pulang bukan mesti harus diwarnai aksi terror dari bocah kecil barusan “Boleh nebeng?”  Beryl tidak akan mungkin menolak. Suatu hal yang langka dan tidak boleh Beryl sia-siakan. Apalagi Aida sempat marah kepadanya perihal masalah perasaan beberapa waktu lalu. “Masuk aja,” kata Beryl sembari tersenyum
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN