Saling berdebat

2236 Kata
Isabella keluar dari apartemen milik Nando dengan keadaan sangat dongkol. Entah kenapa dia begitu ingin meledak setiap kali laki-laki itu mengatakan soal Diana. “Apa katanya tadi, heh… gue lebih murahan dari pada Diana?! Dia pikir dirinya sehebat itukah. Lihat saja bagaimana cara gue balas dendam untuk kesalahan elo yang nggak pernah bisa dimaafkan sekalipun itu dengan nyawa lo sendiri.” “Gue bakal pastikan elo mati, Nando. Sialannn.. akhhh…” Isabella melotot kaget padahal dia sedang dipinggir jalan raya menunggu taksi yang lewat entah kenapa tiba-tiba tangannya ditarik oleh orang ini. Ya… orang sok ini, lagi. Dia…Beryl “Lepasinnnn…” pinta Isabella karena dia enggan ikut dengan laki-laki sok bersih ini “Lo nggak ada niatan buat pensiunkah jadi mata-mata gue?” Beryl rasanya ingin tertawa terbahak di depan muka Isabella namun dia lebih memilih menggigit bibir bawahnya untuk meredakan tawa “Lepasin, sialann…” mata Isabella melotot menolak untuk masuk ke mobil. Tangan Isabella berpegangan pada kursi mobil tidak mau ikut masuk. Isabella berharap Beryl tidak menjorokkannya sehingga dirinya akan berakhir di lantai mobil “Lo ngapain pegangan kayak gitu?! Kayak orang mau diapa-apain aja tahu nggak?” Isabella melengos ke belakang, dia menemukan laki-laki mirip aktor Spanyol yang pernah ditolaknya semasa mencari Beryl di jurusan. Buat apa dia muncul?! “Apa lo lihat-lihat?! Lo mendingan bantuin gue dari orang gila ini deh. Nggak guna banget sih lo jadi mandor kayak gitu. Nggak ada faedahnya sama sekali.” amuk Isabella mencoba meminta tolong pada laki-laki itu namun sepertinya juga dia enggan membantu Beryl menghela nafas berat. Sebenarnya disini yang sudah gila adalah Isabella bukan dirinya. Dia selalu saja menyusahkan diri sendiri. Beryl melonggarkan pegangannya di tangan Isabella. Dengan gerakan cepat perempuan itu hendak lari namun gagal karena Beryl mendorongnya ke pintu mobil sehingga punggung Isabella membentur meskipun tidak sakit. “Berrrr…” ujar Azlio khawatir pasalnya Beryl memperlakukan Isabella sangat kasar. Dia malah sudah berpikir kearah sana. b**m─mungkin. Azli menepuk bahu Beryl cukup kuat sehingga laki-laki itu ikutan menoleh. Menaikkan satu alis bertanya. “Kenapa?” “Jangan pakai kekerasan. Lo kayak lagi b**m tahu nggak?” Shittt… Bagaimana seorang Azlio selalu menjuruskan kehal-hal negatif. Apa dia selalu berpikiran jorok begitukah?! “Pikiran lo, jorok banget sih.” omel Beryl pada temannya lalu kembali lagi menatap wajah Isabella Isabella melengos menatap balik Beryl, “Apa lo lihat-lihat gue?” hardiknya Sementara Beryl tidak ingin mengatakan banyak hal yang cenderung memancing emosi Isabella. Kadang kala dia berpikiran apa Isabella sebrutal itu atau bagaimana sih. Kenapa bisa sampai menyakiti orang yang bukan musuhnya sendiri. “Tolong lepasin…” Isabella mencoba menarik tangannya namun nihil tidak berhasil. “Lepasin gue buruan…” Isabella memohon namun tidak diindahkan Beryl dengan gerakan cepat memasukkan Isabella masuk ke mobil. Meski perempun ini bahkan sudah menggigit dan mencakarnya berulang kali. “Lo bisa nggak sih kalem dikit aja?” “Apa-apa gigit, cakar. Lo persis kucing liar tahu nggak?” Beryl melanjukan mobilnya sementara Azlio di bangku belakang hanya diam mendengarkan sembari menemukan jawaban atas teka teki di otaknya “Kalau nggak mau gue kasarin harusnya lo nggak usah mencoba kembali jadi penguntit dong.” “Hah?” Beryl terkejut karena Isabella malah menganggapnya macam penguntit begini “Gue bukan penguntit.” kata Beryl dengan nada dingin “Ada apa sih diantara kalian?” kata Azlio mencoba meluruskan juga mencari tahu jawabannya Beryl menoleh, “Siapa?” Isabella melirik sebentar pada Azlio lalu kembali menatap jalanan, “Kita lebih dari teman.” Kali ini giliran Beryl yang dibuat membeku di tempat. Apa maksud perkataan Isabella? “Kita lebih dari teman kan, Ber?” tanyanya tanpa dosa padahal Beryl sudah menatapnya dingin sedari tadi seolah meminta Isabella menghentikan pembicaraan tidak berfaedah itu Sementara di bangku belakang Azlio tengah mangap lebar sekaligus syok berat karena pada kenyataannya Beryl bisa mendapatkan perempuan idola kampus. Tapi begitu Azlio menutup mulutnya dia juga baru menyadari betapa populernya seorang Beryl. Jelas saja setelah ini akan jadi berita heboh di kampus. “Kalau kayak gini mah kalian bakalan jadi pasangan paling hits di kampus. Lebih heboh dari daripada pasangan Erik dan Dona.” “Siapa Erik dan Dona?” Isabella mulai kepo setidaknya Beryl merasa lebih tenang daripada Isabella menerkamnya lagi. Lalu mengamuk dan berakhir tamparan, gigitan, cakaran, dan semacamnya. Rasanya Beryl jadi khatam bagaimana cara Isabella memperlakukannya selama ini. Meski sempat terselip ciuman dibeberapa momen dan Beryl tidak bisa mengelak bayangan itu sering bermunculan akhir-akhir ini. Sadar Beryl… Dia keponakan Prof.Warsono. Apa dirimu mau dibunuh oleh dosen killer itu? “Erik sama Dona itu anak hukum juga cuma mereka udah mau lulus. Beryl dulu dekat banget sama si Erik karena laki-laki itu adaah ketua BEM Fakultas juga kakak kelas Beryl sewaktu SMA.” “Ternyata lo dari lama udah jadi penjilat, ya.” Isabela berujar seolah meremehkan Beryl. Juga menyidirnya bahwa laki-laki itu hanya mau berteman dengan orang diposisi sama atau atas “Gue nggak pernah jadi penjilat cuma buat jadi asisten Om lo!” Beryl menegaskan “Lalu?! Kali ini apa namanya kalau bukan penjilat. Lo sengaja dekat dengan orang-orang yang berpengaruh aja, Ber. Teman-teman lo mana ada yang mahasiswa kupu-kupu.” “Lo nyindir gue, Bellaaa.” Azlio berkata dengan intonasi keras. Dia kesal juga dikatakan mahasiswa kupu-kupu meski memang benar dirinya selalu kuliah pulang, kuliah pulang. “Emangnya lo kupu-kupu?” Isabella mendelik Azlio mengangguk cepat seperti anak kecil, “Kerjaan gue kuliah pulang sama urusin istri di rumah.” “Istri?! Lo udah nikah?” Isabella membeo “Udah,” jawab Azlio mantap “Gila. Mantaps banget lo ya. Kerjaan lo ngurusin istri itu lebih berfaedah ketimbang nyari tahu dan kepoin hidup orang.” “Ya iyalah. Mana ada orang yang membuang-buang waktunya cuma buat hal-hal nggak berguna begitu.” ujar Azlio tanpa menyadari bahwa Isabella tengah menjebaknya untuk menyindir Beryl Laki-laki yang sedari tadi disindir juga terlihat cuek bebek. Dia seperti tidak punya kuping dan berpura-pura tak mendengar. Padahal Isabella berani bertaruh jika tidak ada Azlio maka Beryl akan mengamuk bahkan mengatainya murahan seperti yang dilakukan Nando. Bedanya selain mengatai dirinya murahan laki-laki itu juga membawa-bawa Diana dalam perdebatan mereka. Isabella semakin dongkol mengingat soal Nando. Setelah setengah jam perjalanan Azlio turun di depan gang rumahnya. Sementara Beryl melanjutkan perjalanan untuk mengantarkan Isabella kembali ke rumahnya. Tentu saja jaraknya lumayan jauh. “Lo kenapa masih nemuin Nando itu, sih?” “Dia cowok gue. Bagaimana nggak gue apelin coba.” kata Isabella membenarkan tindakannya “Lo tahu kan dia pembunuh kakak elo?” Beryl melirik Isabella namun perempuan ini malah asik berkirim pesan “Tahu, kok. Dia yang bakal gue bunuh setelah ini.” jawab isabella tanpa berniat sekalipun meralat ucapannya sendiri Beryl menatap keponakan Prof.Warsono dalam diam. Untung saja mereka tengah berada di lampu merah. “Pacaran sama gue aja.” “Hah?” Isabella samar-samar mendengar kalimat Beryl. Namun dia belum ngeh sama sekali. “Apa lo bilang barusan jadian sama cowok aneh kayak elo?” tunjuknya tak habis pikir Beryl mengangkat tangannya, “Buat keamanan elo, Bella.” “Yang ada gue nggak akan aman berdekatan terus sama elo.” ujarnya sangat sombong “Gue serius, Bella.” “Gue lebih serius buat menolak elo jadi cowok gue, Beryl. Lo sadar diri dong lo siapa dan gue siapa?” “Buat apasih pakai acara suka sama gue segala. Semuanya bakalan ribet kalau lo ikut campur.” “Cari cewek selain gue aja kenapa sih.” Isabella tahu Beryl memang tidak menyukainya dan laki-laki itu mengajaknya berpacaran hanya agar Isabella tetap berada dijarak dekat dengannya. Selebihnya tidak ada niatan serius berpacaran. Apakah Isabella barusan memikirkna tentang keseriusan Beryl? Sepertinya iya. Mungkin Isabella kekurangan air sehingga berakibat dia tidak bisa fokus begini. Beryl tidak memberikan jawaban apapun namun langsung fokus ke jalanan. Isabella juga tidak ingin membuang-buang tenaganya hanya untuk berdebat dengan Beryl. Memang kacau sekali interaksi mereka. Dari semenjak perkenalan sampai sekarang hanya ada amukan tanpa bisa dilerai. Kalau begini caranya Isabella jadi merasa dia dan Beryl sudah gila. Isabella menggeleng cepat guna mengenyahkan pikirannya. Tidak, disini hanya Beryl yang gila sementara Isabella masih waras. Sadar jika Beryl melajukan mobilnya ke rumah Prof.Warsono Isabella menggeleng lalu dengan gerakan spontan dia memegang lengan Beryl. “Jangan anterin gue ke rumah Om Warsono.” pintanya sangat memohon “Kenapa?” Beryl melirik tangan Isabella yang dengan santainya memegang lengannya. Jelas Beryl juga sudah tahu Isabella hanya spontan melakukannya “Gue malas ketemu sama dia, Beryl.” kali ini Beryl tidak tahu apakah harus menuruti permintaan Isabella atau tidak. Pasalnya Prof.Warsono sudah menunggu mereka di rumahnya. Apalah daya Beryl tidak punya kuasa pada Isabella. Sehabis ditolak pun Beryl merasa baik-baik saja. Ya, karena memang dia merasa tidak menyukai Isabella dan hanya menganggapnya sebagai perempuan yang layak dijaga. Itu saja tidak lebih. “Prof.Warsono sudah menunggumu, Bella.” “Gue nggak mau pulang ke rumah dia, berengsek…” Isabella menghempaskan tangan Beryl. Baru sadar jika sedari tadi dia asik bergelayut manja. Pasti Beryl merasa senang bukan kepalang atas perlakuannya ini. “Berhenti buat ngumpatin orang bisa nggak, sih?” “Apa?” Isabella mengedipkan matanya beberapa kali. “Lo ngumpat terus, Bella. Menahan diri buat nggak ngomong jorok apa nggak bisa?” tanya Beryl menahan kedongkolan karena Isabella selalu saja bilang dirinya ini berengsek. Kalau sikap Beryl yang berusaha keras saja dikatakan berengsek lalu bagaimana dengan Isabella yang tidak tahu diri ini?! Sudah untung Beryl datang dan menyelamatkan perempun ini dari sang mantan. Malahan seharusnya Isabella berterima kasih karena itu “Nggak bisa lah. Yang ada di depan gue aja nggak tahu diri begini, kok.” jawab Isabella enggan turun dari mobil Beryl padahal mobil Beryl sudah terparkir manis di halaman rumah Prof.Warsono “Kalau gue nggak tahu diri. Terus kerjaan lo yang jual diri itu apa namanya, hah?” sembur Beryl tanpa filter. Mulai sekarang dia tidak akan ragu lagi menggunakan kalimat kasar jika itu bersama Isabella. Dia sama sekali tidak bisa dibaik-baikin selalu saja ngelunjak sampai Beryl dongkol dan lepas kendali begini. “Lo secara nggak langsung bilang kalau gue adalah kupu-kupu malam. Begitu bukan, Beryl?” tanya Isabella dengan nada menantang. Tatapannya menyiratkan kebencian Sebenarnya Beryl ingin merombak kalimatnya tapi sepertinya itu sama sekali tidak berguna. Isabella dan kebrutalannya adalah hal yang wajar. “Apa bedanya dengan pekerjaan itu?” kata Beryl dengan nada lembut “Lo barusan nembak gue dan sekarang ngatain gue jual diri. Lo sebenarnya kenapa sih, Beryl?! Lo selalu ngerusak momen indah dalam hidup gue tahu nggak?” “Momen indah yang mana?! Lo selalu membuat Prof.Warsono khawatir sama tindakan elo, Bella.” “Perduli amat sama orang tua itu,” ujar Isabella sombong “PROF.WARSONO ORANG TUA ELO, BELLA!!!” Beryl menekankan supaya Isabella menyadari kesalahannya. “Orang tua gue udah mati…” jawab Isabella tegas “Kalau udah meninggal terus yang rawat elo dari bayi, jagain elo, ngurusin elo sampai segede ini siapa kalau bukan dia?” “Makanya sekarang gue lepas sama dia supaya dia nyaman dan aman menikmati masa tuannya, Beryl. Gue menyadari kok kalau selama ini gue utang budi sama dia. Tapi yang menentukan itu baik apa enggak buat gue kan cuma diri gue sendiri.” “Gue udah dewasa, Beryl!!!” “Nggak butuh pakai acara dijagain dua puluh empat jam segala. Lo terlalu lebay tahu nggak jadi manusia. Lo kolottt...” lanjutnya mengutarakan pendapat di otaknya “Memang benar ketika dewasa lo berhak nentuin semua berdasarkan keputusan elo sendiri. Juga Prof.Warsono nggak pernah melarang elo melakukan apapun yang lo suka bukan?! Dia cuma nggak mau lo terjebak dalam masalah besar karena terus merasa dendam sama pembunuh Diana.” “Gue tanya sama elo. Elo pernah nggak diposisi ditinggalkan sama orang-oarang tersayang elo. Orang tua, kakak kandung elo. Enggak kan?! Lo nggak bakal mengerti Beryl rasanya jadi gue. Menahan rasa sakit bertahun-tahun. Sendirian meski Om Warsono selalu mencukupi apapun kebutuhan gue. Gue cuma ingin kehidupan yang layak, Beryl. Hanya itu!” “Seenggaknya dengan gue melakukan ini. Perasaan gue. Hati gue merasa nyaman juga merasakan kelegaan yang nggak bakal lo tahu. Hidup nggak melulu harus dijalur yang lurus. Kadang kita juga mesti belok supaya tahu arah cepat agar sampai ke tujuan lebih awal. Nggak semua jalan lurus akan mulus, Beryl. Pasti ada juga lubang atau cobaannya.” Beryl meraih pergelangan tangan Isabella begitu perempuan itu hendak turun. “Gue memang nggak pernah merasakan apa yang barusan lo katakan, Bella. Tapi dari cerita yang lo ungkapin. Dari pengalaman Prof.Warsono yang mengungkapkan secara detail bagaimana jungkir balik kisah hidup elo gue bisa tahu. Gue bahkan bisa mengerti elo semenderita apa.” “Kalau lo tahu seperti apa penderitaan gue. Lalu kenapa lo masih dengan sok berdiri buat ada di belakang gue?” Isabella sudah meledakan emosinya “LALU APALAGI YANG BISA GUE LAKUKAN SELAIN BERDIRI TEGAK DI BELAKANG ELO??! KETIKA GUE MEMUTUSKAN BUAT ADA DI SAMPING ELO. ELO SENDIRI YANG MENOLAK DENGAN SANGAT KERAS. LO SELALU NGUSIR GUE, BELLA!!!” “DISINI YANG PUNYA HATI NGGAK CUMA ELO SAJA. GUE ATAUPUN NANDO ORANG YANG PALING JAHAT DI MATA ELO JUGA PUNYA HATI. JADI BERHENTI JADI YANG MERASA PALING TERSAKITI.” Beryl tidak melanjutkan amukannya karena Isabella sudah membungkamnya lewat ciuman. Entah Beryl juga merasa bingung apa yang terjadi diantara mereka. Setiap perdebatan akan selalu terselip ciuman manis dari Isabella. Meski Beryl menolak. Meski sekuat tenaga dia memberontak. Tetap saja tubuhnya masih membeku dengan perlakuan dadakan Isabella. Bahkan kali ini ciuman itu malah mendapat respon dari Beryl. Beryl merasa dia sudah gila. Benar-benar gila
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN