Selingkuh?

2188 Kata
Isabella keluar dari mobil Beryl. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah dingin Nando yang tengah berdiri di depan rumahnya. Jelas itu bukan ekspresi yang bisa dibilang baik-baik saja.  Isabella cemas. Kepalanya menoleh menatap Beryl yang berada di sisi kirinya. “Ber, lo mendingan pulang aja, deh.” Isabella memberikan usul. Takut jika nanti akan ada perkelahian diantara keduannya. Dan tentu saja akan mengganggu rencananya. Sebenarnya Isabella tahu dia salah. Beraninya kabur dari rumah Nando dan memilih menemani Kenand pergi ke acara perjamuan makan malam salah satu kolega bisnisnya. Tapi mau bagaimana lagi, Isabella juga tidak bisa menolak. Sungguh dia tergiur dengan besar nominal uang dari Kenand.  Khas sekali, Isabella yang mata duitan. “Salah siapa lo selingkuh.” Beryl mengatakan kalimatnya. Kemungkinan hanya dirinya dan Isabella yang tahu. “Gue nggak selingkuh!” ujar Isabella keras kepala “Kamu dari mana?!”  Pertanyaan Nando tentu saja membuat Isabella ketakutan. Dia segera pergi kearah dimana kekasihnya berdiri. “Aku habis dari rumah Om Warsono. Dia nyuruh aku pulang bareng Beryl.” Dustanya pada Nando. Isabela tidak akan seberani itu mengatakan dengan blak-balakan bahwa dia sehabis menginap di rumah Beryl. Itu musibah Nando merangkul pinggang Isabella sangat posesif. Seolah mengatakan Isabella hanya miliknya. “Ya udah ngapain dia ikutan turun?!” sangat jelas sekali Nando tengah menyindir Beryl Beryl yang mendengar kalimat Nando rasanya ingin sekali menonjoknya tapi dia tahan mati-matian. Tidak mungkin juga bukan akan menciptakan perkelahian yang nantinya akan menyulitkan dirinya. Prof.Warsono dan… Isabella Ya, karena Isabella berhubungan langsung dengan Nando. Sementara perempuan itu harus dalam keadaan aman meski dekat dengan orang seperti Nando.  “Gue cuma nganterin dia aja. Nggak berniat buat mampir juga. Tolong lo jagain dia. Kalau sesuatu yang buruk sampai terjadi dengan Isabella. Gua pastiin bakal ikut campur masalah kalian!” Beryl mundur guna menjauhi pasangan tersebut.  “Gue nggak akan nyakitin dia. Kecuali lo mulai duluan!” Beryl menatap Nando dingin. “Gue pegang omongan elo.” Kata Beryl sebelum masuk ke mobil dan melajukan menjauhi rumah Isabella. Isabella merangkul lengan Nando, “Maaf bikin kamu kerepotan harus nyariin aku.” Nando yang awalnya termakan emosi. Seketika menjadi luluh karena perkataan Isabella. “Jangan seperti itu lagi, sayang. Aku khawatir.’ Isabella tersenyum manis, “Iya.” Katanya selembut mungkin “Kamu nggak mau masuk ke rumah?” “Mau.” Jawab Nando Nando menghentikan langkahnya, “Aku tadi bawa sarapan buat kamu.” “Apa?” Isabella mendongak lalu ingat papper bag di tangannya yang berisi makanan pemberian mama Elis. Tidak mungkin juga dia akan membuangnya dan sangat tidak mungkin lagi Isabella menolak makanan dari Nando.  “Tunggu di dalam ya. Aku ambil ke mobil dulu,” Isabella hanya mengangguk. Bergegas membuka pintu rumah dan masuk untuk menyembunyikan papper bag pemberian mama Beryl. Pikirannya melayang mengenai pertemuannya dengan Beryl. Entah mengapa Isabella malah jadi kepikiran Beryl sementara keinginannya untuk menjadi pacar Nando sudah terwujud. Isabella jadi bingung begini soal perasaannya sendiri. Jujur ini bukan definisi bahagia seperti yang Isabella harapkan. Tapi kembali lagi diposisi semula juga tidak mudah.  “Sayang…” Suara Nando yang akhirnya membangunkan Isabella dari lamunannya sendiri. “Iyaaa. Aku masih beres-beres bentaran, Do.” Dustanya agar tidak membuat Nando curiga Isabella mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Tiba-tiba saja sebuah tangan melilit tubuhnya. Dan Isabella sudah bisa menebak siapa pelakunya. “Aku kangennnnn…” suara manja Nando mendominasi kamar Isabella Isabella tersenyum kecil. Menatap wajah Nando dari pantulan cermin di kamarnya. “Semalem nyariin aku, ya?” “He…em.” Nando menciumi leher Isabella “Do… berhenti dong. Katanya mau sarapan?”  Nando menurut saja. Matanya juga ikut menatap wajah Isabella dari pantulan cermin, “Kamu harus makan. Karena setelah ini aku mau ajak kamu pergi.” “Pergi?” Isabella melempar kembali ajakan Nando “Iya. Kita harus berkencan, sayang.” “Pantai?” Nando menawarkan “Aku harus ke kampus, Do.” Isabella dilema memikirkan pilihan yang harus dia ambil. Pergi ke kampus atau pergi berkencan dengan Nando.  Nando berdecak kecewa. “Oke. Next tima, ya.” “Oke.” Nando menariknya lembut ke ruang tamu, “Aku tadi beliin kamu roti, jagung, telur rebus, dan…susu kedelai. Cocok buat menu sarapan.” Isabella menatap semua makanannya dengan senyum masam. Apa-apaan Nando pakai acara mengatur menu makanannya segala. Padahal Isabella lebih menyukai makan nasi goreng atau soto ayam dengan kuah panas di pagi hari. Untuk urusan makanan sepertinya Isabella masih khas Indonesia sekali. Meski badannya harus dijaga tetap ideal tapi dia tidak akan melakukan diet hanya untuk menolak lemak. Lemak di makanan itu nikmat. “Kenapa nggak ganti menu lain aja, Do?” “Aku pesenin kamu katering makanan buat diet, ya?” Hah, apa Nando tidak salah memperlakukan dia seperti ini. Kalau begini caranya Isabella lebih mirip model-model yang dikarantina dengan diet ketat.  “Do…” Isabella merengek tidak kuat jika harus menjalani ini selama dia menjalankan rencananya. Karena Isabella sudah berbesar hati membuat kebahagiaannya hancur dengan berpacaran bersama pembunuh. Masak iya dia juga harus menghancurkan nafsu makannya. Itu mimpi buruk. “Untuk makanan aku bisa mengaturnya sendiri.”  “Tapi kamu pacar aku, Bella!” Nando juga menekankan setiap kalimatnya “Tapi nggak harus dengan cara begini, kan?” Isabella balik melontarkan pertanyaannya Nando meletakkan jagung di tangannya dengan raut wajah kecewa. “Aku udah bilang sama kamu. Kalau mau jadi pacar aku kamu harus nurut, sayang. Harus setuju buat ikut aturan aku. Termasuk makanan dan juga pakaian.” Mata Nando memperhatikan kaos Isabella “Kalau aku kesini pagi-pagi kamu harus pakai baju yang aku kasih. Juga kamu sudah menolak untuk tinggal bersama artinya kamu tidak harus menolak untuk yang lainnya bukan?” Isabella bersumpah akan mencekik leher Nando jika sampai kesempatan itu datang. Dia juga perlu membalaskan siksaan ini. Isabell tersenyum paksa, “Apapun yang kamu minta aku bakal usahain.” Tangan Nando mengusap kepala Isabella dengan gemas, “Nah, gitukan cantik.” “Kalau bukan karena rencana gue. Nggak bakal gue lakuin apa yang lo minta, Nando. Lihat saja setelah ini akan ada balas dendam dari gue!”  “Setelah ini aku bakal atur makanan dan pakaian yang harus kamu pakai setiap kita ketemu” Nando memperhatikan Isabella yang sibuk menggerogoti jagung, “Atau aku perlu atur pakain kampus kamu biar nggak kalah style sama musuhmu si Jesika itu?” Sebenarnya ide untuk mengalahkan style pakaian Jesika cukup menarik di mata Isabella. Tapi masalahnya jika semuannya diatur oleh Nando bagaimana cara Isabella bisa bebas. Omong-omong dia ini juga perlu kebebasan loh. Meski ambisinya adalah membunuh Nando tapi hidup bebas juga hak Isabella.  “Cukup pakain selain ke kampus, oke. Kamu nggak tahu betapa killer nya dosen-dosen aku, Do.” Ujar Isabella memohon Nando mengusap dagunya, “Hmm, oke. Kalau itu maumu. Tapi ingat perawatan wajah yang aku kasih harus rutin dipakai. Nanti kalau sudah habis aku bakal kasih yang baru. Pacaran sama aku itu nggak akan buang-buang duit kamu, sayang. Justru aku bakalan urusin kamu semuanya.” “Uang kuliah kamu gimana?” Nando ingat jika selama ini Isabella bekerja untuk membayar kuliahnya, “Sudah dibayar belum?” “Udah ada kok buat semester depan.” “Habis ini aku transfer, deh.” kata Nando sembari memperhatikan Isabella makan “Nanti aja kalau aku nggak punya uang baru kamu kasih aku, Do. Kalau kayak gini rasanya aku jadi kayak numpang hidup.” “Husttt… kamu ngomong apa sih, Bell. Memang karena kita sudah fik berpacaran jadinya aku bebas ngatur.” “Nggak semuanya juga kan, Do.” “Tapi aku semuanya, Bella. Bahkan menanggung biaya hidup kamu aku juga sanggup kok. Uang aku nggak abakal habis sampai tujuh turunan sekalipun.” Kalau untuk urusan uang sebenarnya Isabella percaya saja jika Nando sekaya itu. Tapi dia juga tidak mau dikatakan numpang hidup meski berpacaran dengan laki-laki modelan Nando.  “Kamu kayak gini ke siapa aja, Do?” Isabella menatap pacar gantengnya Nando menggeleng, dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Juga memang Isabella adalah orang spesial. “Belum ada. Baru kamu aja.” “Diana?” tebak Isabella mulai merembet ke topik lain Nando menggeleng, “Iya hanya Diana. Tapi nggak sepenuhnya juga. Dia dan kamu berbeda, sayang.” ______________________________ “Diana dan kamu berbeda, sayang…”  “Jelas lah gue dan Diana memang berbeda. Tapi kami saudara kandung. Nggak bakal ada bedanya. Kita satu.” Isabella ngedumel sendiri selama perjalanan dari jalan raya menuju gedung jurusannya. Setiap mengajak berbicara Nando soal Diana. Laki-laki itu akan langsung berpaling seolah takut terbaca olehnya bahwa sebenarnya Nando ketakutan soal tuduhan pembunuhan yang dilayangkan kepadanya. Hanya saja dia mahir menutupinya. “Cowok lo sebenarnya siapa sih, Bell?” Jesika menghadangnya ketika baru saja Isabella masuk area jurusan Isabella menatap musuhnya dengan tatapan malas, “Buat apa lo kepo soal hidup gue?” “Itu penting buat gue sekarang!” Jesika menegaskan Apa barusan Isabella tidak salah dengar. Untuk apa juga Jesika seperduli itu kepadanya, “Gue nggak salah dengar, nih?” “Gue suka sama Beryl!” Isabella tertawa terbahak sampai Jesika kebingungan sendiri.  “Seorang Jesika?! Suka dengan Beryl?! Nggak salah, heh?”  “Lo mendingan diem deh. Kalau lo nggak suka sama Beryl jangan sok buat deketin dia.” ujar Jesika tegas.  Omong-omong setelah mencari tahu soal Beryl. Tentang ketampanan, popularitasnya, plus bonus betapa kayanya keluarga Beryl. Jesika benar-benar harus berjuang untuk mendapatkan laki-laki tampan itu. Termasuk harus dengan segera merebutnya dari Isabella.  “Hallo… yang ada Beryl lari terbirit-b***t lo deketin.” Isabella menjelaskan.  Dia tahu betapa anti nya Beryl kepada perempuan modelan Jesika. Meski Isabella juga sama seperti Jesika tapi entah mengapa Beryl tidak pernah menjaga jarak darinya. Malahan yang ada Beryl dan dirinya seperti sulit untuk dipisahkan. Padahal ketika dekat mereka sebenarnya tidak seakur itu juga. Ada hal lain yang belum Isabella tahu kenapa. Namun Isabella enggan mencari tahu. “Mulai hari ini gue bakal jadiin dia target cowok gue selanjutnya.” “Setelah Zico pindah ke Beryl. Oh, W.O.W naik level ya…” Isabella tidak tahu Jesika seterobsesi itu kepada Beryl setelah penolakan dari Beryl kala itu. “Lo mendingan diam deh. Setelah ini gue pastikan Beryl bakal jadi cowok gue. Jangan sampai gue lihat lo jalan sama dia. Atau gue beberin semuannya ke Nando.” Isabella menatap sengit musuhnya, “Nando?! Lo mulai kepo juga soal siapa cowok gue ternyata.” Isabella tidak menyangka Jesika sampai repot-repot mencari tahu soal privasinya. Tapi mengingat banyaknya rahasia yang sudah Isabella pegang tidak mungkin juga Jesika akan tinggal diam. Perempuan ini akan mencari banyak cara untuk menjatuhkannya.  “Gue nggak kepo. Tapi di klub juga semua tahu siapa cowok yang tiap hari lo ajak tidur.” “Ohwhhhh, sadis banget ya bahasanya, buk.” “Ingat kata-kata gue tadi. Jauhin Beryl dan hidup bahagia sana sama pangeran kaya elo.” Jesika meledek namun Isabella tetap mehana diri mati-matian untuk tidak menggampa pipi mulus Jesika. “Jelas lah gue bakalan hidup bahagia. Tapi pertanyaannya apa Beryl suka sama elo atau malah jijik sama cewek modelan kayak elo, nih. Masalahnya lo tahu sendiri lah ya. Beryl lebih sering nempelin gue daripada berdekatan sama elo.” “Kurang ajar…” hampir saja Jesika menamparnya jika saja dia tidak ingat sedang berada dimana mereka. Lokasi kampus yang tentu saja akan mendatangkan masalah besar bagi Jesika terlebih lagi semua teman-temannya juga tahu jika Isabella adalah keponakan Prof.Warsono: dosen yang disegani banyak orang. “Kenapa nggak jadi menampar, buk?” Isabella menantang Jesika “Lihat aja. Gue bakal lakuin itu di luar area kampus. Dan gue bakalan rebut semua yang elo punya. Semunyaaaaaaaa…” tutup Jesika dan setelahnya berjalan pergi meninggalkan Isabella sendirian “Emang dasar nggak waras banget sih jadi manusia. Nyusahin.” Kata Isabella sebelum melanjutkan langkahnya menuju kelas ______________________________ “Jadi sebenarnya elo udah jadia belum sih sama Isabella?” Azlio melemparkan pertanyaannya sewaktu menemukan Beryl duduk melamun di warung kopi Memang tidak biasanya seorang Beryl melamun tapi kalau sudah begini Azlio sekarang sudah bisa menebak kalau semua perubahan Beryl akhir-akhir ini dilator belakangi oleh Isabella. “Gue nggak jadian sama Bella, Yo.” “Terus kenapa galau kayak gini begini, Ber?” Azlio memang bukan teman yang akan sangat perduli kepada masalah orang lain. Tapi mengingat kedekatan dirinya dan Beryl yang sudah berjalan lama bukan baru sehari dua hari. Dia jadi merasa Beryl adalah teman yang cukup penting utuknya. Selain karena faktor nilai  Baiklah yang terakhir memang mengesalkan. Tapi ya memang fakta yang harus terungkap dan diketahui khalayak ramai. Bahwa Beryl cukup bepengarh untuk membantu Azlio mendapatkan nilai sempurna.  “Isabella bilang ke mama papa kalau dia pacar gue.” “Whattt?! Ke Om Ezra sama tante Elis?” tanya Azlio denga nada tidak percaya “Iya.” jawab Beryl setengah frustasi “Gue harus apa?” “Ya. Kalau lo suka berarti tinggal jalanin aja kan, Ber.” Azlio menelan salivanya susah payah. Benar sekali dia salah ngomong hingga membuat Beryl menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. “Lo pikir gue suka?” “Jadi lo nggak suka?” tanya Azlio balik Beryl membuang nafas kesal, “Taulah. Lo pikir aja sendiri.” Beryl bangkit dan berlalu menuju kasir untuk membayar minumanya “Dia mumet kenapa gue yang ribet yakkk.” ujar Azlio pada dirinya sendiri
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN