Isabella dan Jesika memang sudah lama berkonflik tapi ya tetap saja apapun tentang dua orang itu menjadi hal panas untuk diikuti. Mahasiswa lain yang kebetulan mengenal dua manusia tengah berkonflik itu kadang suka melebih-lebihkan. Bahkan mungkin sekarang tercipta dua kubu. Tim Isabella dan juga tim Jesika yang suka nyolot.
Bola mata Isabella mengikuti kemana arah tempat duduk Jesika lalu tertawa tanpa dimengerti teman-temannya, “Yang lebih herannya belum jadi suami udah ngekang ini itu. Ngelarang ini itu. Dipikirnya dunia cowok cuma ada dia seorang apa,”
Emilly membenarkan, “Yups, nggak ada cowok di dunia ini yang suka diposesifin.” Otomatis mendapat anggukan dari tim Isabella
“Betul,” kata Dhea sembari menatap tajam Jesika. Pasalnya sebelum menjadi pacar Jesika seorang Zico adalah pacar Dhea yang sudah menjalin hubungan dua tahun. Tiba-tiba saja meminta putus karena ulah Jesika sebagai sumber masalah, “Biasanya hasil ngerebut nggak bakalan awet kok,”
Jesika bangun dari singgasananya. “Lo nyindirin gue, hah?” tanyanya tajam kearah Dhea namun bukan Isabella namanya jika membiarkan teman-temannya dihabisi oleh Jesika
“Yang lagi dia omongin kayaknya adalah fakta tertunda deh, nggak usah nyolot dan belaga pikun.” Kali ini Isabella duduk di kursi depan Dhea. Tidak akan membiarkan temannya disantap oleh manusia modelan Jesika
“Sok cantik lo…” sinisnya sembari bersidekap dada
“Oh..wow..” Isabella memainkan rambutnya dengan jemari. Lalu menatap Jesika dari atas sampai bawah, “Outfit lo keren.” Pujinya meski itu sebenarnya adalah sebuah sindiran karena Jesika memakai baju kelewat minim hari ini. Isabella belum berani menggunakan baju seterbuka itu sampai-sampai sesuatu yang menonjol disana tercetak jelas
“Lo mau renang?” tanyanya seolah menyindir pakaian Jesika
Kali ini giliran Jesika yang tertawa terbahak, “Bilang aja lo nggak mampu beli outfit begini, sayang. Kalau lo mau masih ada kok baju modelan beginian di tempat gue. Ambil tuh, kali ini gue sedang berbagi.”
Memang untuk urusan outfit Isabella dan Jesika adalah ratunya. Meskipun di mata orang-orang dua manusia ini terlihat seperti beradu soal siapa yang terlihat paling unggul. Sayangnya tetap saja Isabella menduduki peringkat pertama. Pasalnya dari wajah, postur tubuh, semua orang juga akan mengakui Isabella lah pemenangnya. Seperti ajang kontes kecantikan saja.
Isabella mengiyakan, “Tapi masalahnya gue nggak berminat menarik balik mantan dengan memakai baju seksi.”
“Lagian mantan siapa sih yang mau tertarik sama barang yang udah dipakai kakak sendiri,”
“Eh…” Mata Isabella melirik pada Dhea.
Jujur dia tidak tahu jika Jesika seperti itu lebih tepatnya sejauh itu. Namun dia enggan berkomentar banyak. Toh, sebenarnya dia dan Jesika sama saja. Mereka adalah wanita malam namun jenis pekerjaannya saja yang berbeda. Isabella hanya menemani minum dan paling banter hanya pernah tidur dengan satu laki-laki dan itu Nando. Sementara Jesika selain buka jasa menemani minum juga bisa diajak kuy.
“Apa nih yang nggak gue tahu?” Nia muncul dengan membawa satu plastik nasi kuning dan diberikan ke teman-teman kecuali Jesika. Hari ini memang ulang tahun Nia dan seperti biasanya gadis itu akan membawa banyak makanan untuk dibagi-bagikan kepada teman-temannya.
“Berantem lagi?” Nia bertanya pada Isabella begitu melihat Jesika berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Tatapan dua orang ini juga sudah cukup menjelaskan.
“Gue suka.” Pujinya kemudian memberikan nasi kotaknya pada Isabella, “Kalau mau nyerang langsung ke titiknya dong, buk.” Isabella sangat tahu apa yang dimaksud oleh Nia. Semua orang juga tahu hubungan terlarang antara Jesika dan kakaknya.
“Thanks..” ujar Isabella sumringah karena mendapat santapan makan siang geratis. “Selamat ulang tahun Nia semoga makin kaya.” Kata Isabella dan langsung mendapat amiin paling serius dari Nia.
Mungkin setelah ini dirinya dan teman-temannya akan membuat perayaan kecil-kecilan untuk ulang tahun Nia. Pasalnya gadis itu juga akan mengamuk kalau semisal teman-teman menghambur-hamburkan uang mereka hanya guna membelikannya sebuah kado. Nia berasal dari keluarga berada tapi dia tidak pernah terang-terangan memamerkannya. Kemungkinan besar hanya teman terdekatnya saja yang tahu seperti apa glamornya hidup seorang Nia.
“Lo suka yang gratis?” Jesika kembali mencari topik namun sepertinya sudah tidak diperdulikan oleh Isabella. Dia asik dengan makanan pemberian Nia bersama teman-temannya.
Begitu Isabella hampir menyuapkan suapan kedua ke mulutnya. Tiba-tiba saja Jesika menendang kaki meja hingga membuat nasi kotak milik Isabella tumpah ke lantai.
“Sialan lo,” amuk Isabella murka.
Meski tidak akur dengan Jesika tapi Isabella tidak pernah mengganggu apa yang sedang dilakukan Jesika baik kegiatan makan, make up, atau apapun. Isabella hanya melontarkan kata-kata pedas sampai Jesika merasa kepanasan dan berakhir adu mulut. Hanya sampai disitu.
“Heh, lo apa-apaan sih gangguin Isabella makan. Lo membuat keberkahan gue hilang tahu nggak?” kali ini bukan Isabella yang bergerak tapi sahabat-sahabatanya
“Hari ini ulang tahun gue. Mending lo duduk dan menikmati nasi kotak buatan nyokap gue.” Nia meletakkan nasi kotaknya di meja Jesika namun mendengar jawaban perempuan itu membuat Nia juga ikutan murka
“Gue nggak level makanan begituan.” ujarnya sangat angkuh
Nia menarik kembali makanannya, “Yaudah. Gue juga nggak maksa lo makan,” nasi di tangan Nia sudah beralih ke tangan Emilly.
“Buat gue aja. Meskipun geratis juga nggak ada salahnya diterima. Orang kelas atas nggak melulu makan emas kok, Jes.” Emilly mengatakan seolah keglamoran Jesika tidak ada apa-apanya dibanding dengan Nia. Memang sudah waktunya fakta soal siapa Nia diketahui oleh modelan perempuan seperti Jesika.
“Dia lagi diet. Makanya makan batu.” ujar Isabella sembari membersihkan nasi kotak yang berserakan di lantai akibat ulah Jesika
“Harusnya elo yang beresin. Bukan nyinyir muluk,” Rio muncul dan membantu Isabella. Meski ada tukang bersih-bersih di kampus tapi jika setelah ini adalah jadwal bu Dewi tentu saja semua mahasiswa akan mendapat omelan karena tidak menjaga kebersihan.
“Ya kenapa harus gue?” kali ini Jesika bertanya santai bahkan dia menggunakan ponselnya untuk memotret dan memvideo Isabella yang tengah mengepel untuk dijadikan Instastory.
Tentu saja respon yang didapat Jesika tidak seperti kemauannya. Justru banyak laki-laki incaran Jesika yang menanyakan soal Isabella dan beberapa diantaranya memuji aksi Isabella yang tidak malu mengepel lantai. Jesika murka dan secepat kilat menghapus story nya.
Sungguh dia kesal setengah mati. Bagaimana caranya untuk bisa menjatuhkan Isabella. Isabella tidak bisa diremehkan begitu saja. Bahkan Nena yang menjadi bos nya saja begitu memuja kecantikan Isabella. Padahal Jesika merasa dia sudah menang banyak.
“Lo mau jatuhin Isabella?” Kia yang sedari tadi duduk di samping Jesika sepertinya paham kekesalan temannya
Jesika membuang nafas lelah, “Gue udah nyoba banyak cara. Lo tahu sendiri bukan?” Jesika terus menatap pada Isabella yang sibuk dengan kain pel
“Gue tahu cara yang bisa lo pakai supaya Isabella kalah telak.” Kia tersenyum miring
Jesika penasaran pada rencanan sahabatanya ini, “Apaan?”
“Lo buat anak hukum itu bertekuk lutut sama kecantikan elo. Dia bakal kayak cacing kepanasan.” Kia menjelaskan
“Emangnya mereka beneran dekat?” Jesika belum tahu fakta soal hubungan Isabella dan mahasiswa Fakultas Hukum sejauh itu. Karena di i********: cogan kampus kedekatan Isabella dan Beryl belum sampai terendus.
“Gue kira itu hanya rumor tapi kayaknya ini adalah fakta yang tertunda.” Jesika tersenyum menang. Mulai memikirkan cara apa yang bisa dia pakai untuk mengalahkan Isabella
“Bikin Beryl suka sama elo.”
_____________________________
“Pulang sama siapa, Bell?” Rio mendapati Isabella tengah duduk termenung di depan pintu masuk jurusan berserta beberapa mahasiswi lain yang kebetulan juga menunggu jemputan taksi online
Isabella terlonjak merasakan tepukan di bahunya, “Mau pesan taksi online, nih. Tapi beberapa kali dibatalin gara-gara macet.”
“Ini emang waktunya orang pulang ngantor. Udah pasti macetnya,” ujar Rio mengerti kegundahan Isabella
“Barengan sama gue aja.” Tawarnya sangat ramah.
Sebenarnya sudah biasa Rio bersikap ramah kepada siapa saja namun dia tidak pernah mengajak lawan jenis untuk pulang bersama jika mereka belum benar-benar dikatakan dekat. Lebih tepatnya Rio adalah tipikal cowok setia yang sangat menjaga perasaan pasangannya.
Isabella menemukan Emilly berdiri di tangga dengan memandang kearah Rio dan dirinya. Dari gelagat Emilly sepertinya Isabella paham jika sahabatnya itu menyukai Rio.
“Nggak deh, Yo. Gue mau naik taksi aja.”
Rio mengangguk paham. Dan bolehkah sekarang Isabella merasa percaya diri bahwa Rio menyukainya. Oh, sungguh kenyataan yang pastinya akan mendatangkan banyak masalah. Isabella benci harus menanggung label perebut gebetan orang. Semoga Emilly cukup dewasa dan tidak berpikiran aneh-aneh.
Isabella melirik Emilly lagi, “Eh, Mill lo udah pesan taksi?”
Emilly terlonjak kaget dan mengangguk sebagai jawaban, lalu Isabella beranjak menatap Rio. “Yo lo bareng aja sama Emilly ya, please. Gue bakal naik taksi pesanan Emilly.”
Rio seperti kebingungan saat Isabella menariknya kearah Emilly, “Rio mau pulang bareng lo katanya, Mill.”
“Hah?” Emilly terkejut tapi Isabella sudah lebih dulu berhasil menemukan rona merah di pipi sahabatnya. Tepat sekali dugaannya jika Emilly menyukai Rio.
“Beneran, Yo?” katanya kelewat sumringah
Rio kebingungan menjawab maka dengan sangat berat hati laki-laki itu mengangguk. “Iya, Mill. Pulang bareng gue.”
Emilly mengedipkan matanya kearah Isabella sebagai tanda terima kasih. Oh untung saja Isabella menemukan cara jitu. Meski terlihat kurang ajar di mata Rio. Biarlah semoga dua orang itu bisa akur dan berujung jadian.
“Bell…” Dhea menepuk bahunya kemudian menunjuk seseorang yang datang kearah mereka namun dihadang oleh Jesika
Kening Isabella berkerut, cukup tidak asing dengan laki-laki yang memakai hoodie hitam dengan memakai masker. Mungkin semua orang disekitarnya juga berpendapat hal yang sama. Mereka semua mengenali siapa yang ada dibaliknya.
“Beryl?” ucap Isabella tanpa sadar
Untuk alasan apa laki-laki itu datang ke gedung jurusannya. Apa dia sengaja melakukan itu guna menarik perhatian banyak orang. Apa Beryl suka menjadi pusat perhatian?! Sialnya kaki Isabella malah bergerak mendekati Beryl yang terlihat serius mengobrol dengan Jesika.
“Ya udah kalau gitu gue nebeng, ya.”
Hah, Isabella tidak salah dengar bukan. Apa barusan Jesika tengah merayu Beryl untuk memintanya mengantar pulang. Apa Jesika tidak tahu dia tengah berhadapan dengan siapa.
Isabella lupa kalau Jesika sangat suka mencari perhatian. Maka tentu saja perempuan itu akan menggunakan segudang cara agar menjadi topik bahasan guna masuk i********: cogan kampus.
“Bella…” panggil Beryl memanggilnya seolah meminta tolong agar dibantu lepas dari jeratan Jesika.