Selalu terikat

2311 Kata
Beryl kembali mengekori mamanya. Entah kemana lagi dia akan dipamerkan. Padahal Beryl berharap agar sang mama mengerti jika Beryl sama sekali tidak menyukai cara perjodohan. Baginya itu kuno. Beryl menolak Mita bukan semata-mata karena Mita tidak berparah cantik, atau kekurangan lainnya. Tapi karena memang Beryl tidak suka caranya. Jika seandainya nanti Beryl berjodoh dengan seseorang dia berharap bukan melalui ajang perjodohan begini. “Maa. Stop. Beryl nggak usah dipamerin sana sini.” Keluhnya agar sang mama mengerti Mama Elis mengangguk sebagai jawaban. Beryl berharap anggukan itu adalah tanda persetujuan. “Kita cari papa kamu terus pulang. Ok?” Beryl bernafas lega akhirnya mamanya mengerti juga. Beryl dan mama Elis menemukan bahwa papa tengah mengobrol dengan Om Tomi saudara jauh mereka. Dan itu membuat Beryl sedikit lega. “Semakin cakep aja anak lu…” ucapnya pada papa begitu melihat kedatangan Beryl dan mama Elis “Kegantengan gue yang menurun sepenuhnya ke dia.” Kata papa berbangga diri Beryl tersenyum pada Om Tomi, “Om…” Dibalas tepukan keras di bahu yang rasanya luar biasa. Tapi Beryl tidak marah. Itu tanda hubungannya dan Om Tomi cukup akrab. “Mama mau ke toilet dulu, ya.” “Beryl anterin, ma?” Beryl menawarkan diri dan dibalas gelengan oleh mama “Mama sendiri aja.” ujarnya sangat mandiri tidak seperti biasnya yang rewel kepada papa minta dianterin “Mama kamu kalau mau ke toilet pasti rewelnya ke papa, Ber. Kalau mandiri begitu dia ada something,” Papa menyadarkan Beryl dari rasa penasaran “Something?” Mata Beryl mengikuti kemana arah mamanya pergi. Dan benar saja dia kembali pada geng sosialitanya. Kalau seperti itu kenapa harus berbohong ke kamar mandi segala. Izin pun pasti juga tidak mungkin tidak diizinkan oleh papa dan dirinya. Memang mamanya ini super beda dari yang lain “Kamu gimana kuliahnya, Ber? Lancar, kan?” Om Tomi memulai percakapan “Lancar, Om.” “Masih berteman sama Azlio, kan?” Kalau kalian tahu Azlio sebenarnya adalah anak tiri Om Tomi. Mama Azlio menikah lagi dengan om Tomi setelah enam tahun menjanda. Dan itu juga karena permintaan Azlio yang merasa takut jika sang mama akan kesepian saat dia mulai masuk kuliah. Apalagi Azlio juga memiliki apartemen dan dia lebih nyaman berada disana “Masih lah, Om.” Iya kali Beryl membuang Azlio karena tingkah absurd nya atau pikiran joroknya “Tolong ajarin dia, ya, Ber. Om tahu seperti apa otaknya. Kamu harus sabar menghadapi Azlio. Meski nggak jelas begitu saya juga sayang sekali sama dia.” Beryl mengangguk mengerti. Memang kelihatan sekali jika Om Tomi sangat menyayangi Azlio. Bahkan Azlio pernah bercerita jika Om Tomi tidak pernah memaksa tante Zahra yang notabenya adalah mama Azlio untuk mengandung lagi. Bukan dia tidak menginginkan anak dari rahim wanita yang disayanginya itu. Tapi karena Om Tomi takut jika Azlio akan membencinya karena sudah menghadirkan anak di tengah-tengah kebahagiaan keluarga mereka. Sungguh pikiran yang… entahlah. Tapi Azlio pernah mendesak Om Tomi untuk membuatkan adik untuknya. Terbukti sekarang tante Zahra sudah mengandung lima bulan. Dan Azlio merasa itu adalah pencapain terbesar karena berhasil mempengaruhi Om Tomi dan mamanya. Azlio juga selalu mengatakan dia anak baik-baik. Makanya tidak akan membuat kedua orang tuannya menyesal memiliki anak sepertinya. Tapi kalau dibayangkan lagi juga keterpaksaan memang ada di raut wajah tante Zahra ketika sesekali Azlio berulah nakal. Sungguh defnisi anak yang membanggakan memang. Beryl izin untuk mengambil minuman. Karena sepertinya acara pulang masih belum terlihat. Matanya awas memperhatikan ikan-ikan hias yang berada di kolam kecil di depannya. Tangan Beryl rasanya gatal ingin sekali memberi makan. Tapi sepertinya itu juga kurang sopan. Beryl menyesap minumannya. Bukan alkohol tapi jus. Sebenarnya malam ini Beryl tergoda untuk mencicipi minuman dengan kadar alkohol sedikit tinggi tapi dia sadar harus menyetir setelah ini. Tidak boleh egois juga. Beryl membawa orang tuannya. Tangan Beryl membuka kancing kemeja bagian atas. Sangat melegakan karena tadi Beryl merasa sedikit sesak dibagian leher. Matanya juga sepertinya meminta jatah tidur. Terbukti dia malah melihat perempuan dengan paras cantik miris dengan Isabella tengah berjalan kesana kemari seperti mencari seseorang. Benar-benar Beryl tidak waras. Beryl memutuskan untuk ke mobil duluan. Dia akan mengistirahatkan otaknya. Paling tidak tidur setengah jam akan membuat kesadarannya kembali normal. Apa-apaan, kenapa harus Isabella, heh? Kenapa bukan Mita yang baru saja dia temui. Apa Aida yang beberapa hari ini rutin berkirim pesan dengannya. Akan lebih baik lagi jika itu Anjani, orang yang benar-benar Beryl sukai. Beryl memutuskan mengirimi pesan di grup keluarga dan mengatakan dia kembali ke mobil duluan untuk tidur sebentar. Karena acara masih setengah jam maka membiarkan mama dan papanya menikmati acara yang ada. Tok..tokk.. Beryl hampir melompat karena tiba-tiba jendela mobilnya diketuk oleh seseorang yang mirip Isabella. Beryl meletakkan ponselnya dan membuka jendela mobil. “Ber, tolong biarin gue masuk.” Pinta Isabella dari luar “Lo…” Beryl ingin bertanya lebih lanjut tapi tidak bisa “Cepetan, BERYL…” kata Isabella tidak sabaran sama sekali. Benar-benar khas Isabella seperti biasanya. Si sombong, pikun, tukang perintah, dan selalu sial. Isabella duduk di samping Beryl lalu segera memakai seat belt. Kemudian menatap Beryl dengan anteng. Seperti tindakannya adalah bukan hal yang salah. “Lo nggak waras, Bell...” ujar Beryl mengeluarkan unek-uneknya “Apa?” tanyanya kelewat polos “Ngapain masuk ke mobil gue segala?” “Lo adalah dewa penolong gue, Beryl. Buat kali ini lo harus bantuin gue.” Beryl sudah mengumpat terang-terangan, “Kenapa harus gue lagi?” “Kenapa bukan elo aja?” berapa tingkat kecerdasan yang dimiliki Isabella. Kenapa malah Beryl merasa dibuat mainan begini. “Gue capek, Bella.Gue ngantuk.” Kata Beryl sembari menutup matanya “Gue kan nggak menyuruh elo bekerja keras.” Beryl menahan kesabarannya, “Lalu?” “Lo selalu gangguin gue setiap gue bekerja, Beryl. Sekarang karena gue sedikit mengalami masalah dipekerjaan gue makanya lo harus bantuin gue.” Kening Beryl bergelombang, “Nando lagi?” “Bukan. Kenand.” Isabella membenarkan “Pemakai jasa elo?” Beryl terus bertanya pada Isabella sampai membuat kepala perempuan itu hampir meledak “Ya, disini ada istrinya jadi gue lebih memilih kabur aja ketimbang berabe.” “Lo juga berselingkuh dengan suami orang, Bella.” Beryl tidak habis pikir kenapa Isabella seberani itu. Bukankah pekerjannya hanya di klub lalu kenapa sampai ke acara seformal begini “Lo gila apa. Gue nggak berselingkuh tapi cuma menemani dia buat acara ini.” “Terus istrinya muncul, gitu?” “Kenand yang terobsesi buat menikahi gue sih lebih tepatnya.” “Tapi dia punya istri, bukan?” Isabella mendesis kesal, “Kenapa kita jadi akrab begini, sih.” Benar juga kenapa Beryl jadi banyak bertanya kepada Isabella. Dia hanya bertugas mengawasi saja bukan mengorek kehidupan gadis ini. Beryl jadi berpikiran apa Isabella masih gadis sepertinya tidak dari caranya sering bergonta ganti teman pria. “Lo mending keluar deh dari mobil gue.” Beryl mengusir Isabella karena dia juga tidak mau kejadian seperti biasanya akan terulang lagi. Ciuman, tamparan itu adalah satu paket lengkap dan Beryl sedang tidak ingin berdebat soal apapun. “Lo ngusir gue?” Isabella tidak percaya pada apa yang barusan dia dengar “Itu lebih baik, Bella. Gue cuma diperintah oleh Prof.Warsono buat jagain elo dari ambisi gila untuk menghabisi Nando dan juga menjaga keselamatan elo di klub malam. Bukan di acara formal begini.” “Juga gue ogah buat mendebat elo soal apapun itu dan berakhir seperti biasanya…” Isabella tidak mengerti seperti biasanya apa yang dimaksud Beryl. “Seperti biasanya apa?” “Ciuman juga tamparan yang selalu lo kasih ke gue.” Isabella tertawa meremehkan, “Lo selalu menikmati apa yang gue kasih, Beryl.” “Nggak.” Jawab Beryl tegas “Berani bertaruh?” “Hah???!” Tentu saja Isabella menguji Beryl dengan apa yang dia lakukan. Isabella mencium Beryl. Tidak seperti biasanya. Beryl baru mengerti sekarang jika dia meragukan jawaban sendiri. Otaknya kosong begitu saja ketika lidah Isabella menerobos masuk ke mulutnya. Ada sensasi yang belum pernah Beryl rasakan selama ini. Tapi Beryl cukup tahu ini adalah ciuman yang mengarah untuk membangkitkan sesuatu yang lebih. Entah bagaimana ceritanya Beryl justru mendominasi ciuman mereka. Bahkan Beryl ragu dia bisa berhenti atau tidak untuk mencium Isabella. Tangan Isabella bergelayut di leher Beryl sedikit mendesak agar Beryl melakukan lebih. Tok..tokk Beryl dan Isabella terlonjak kaget. Mereka kembali pada posisi semula. Meski masih terengah-terengah keduannya tidak berkomentar apapun sampai mama dan papa Beryl masuk ke dalam mobil. Beryl berharap semoga kedua orang tuannya tidak melihat apa yang barusan dia lakukan bersama Isabella. “Loh, katanya tidur, Nak.” ujar mama mulai membenarkan posisi duduknya sepertinya dia belum menyadari keberadaan Isabella. Dan sebenarnya Beryl berharap prang tuannya tidak sadar tapi itu tidak mungkin. Begitu papa masuk ke mobil matanya langsung tertuju pada seseorang yang duduk di bangku depan. “Loh, siapa dia?” Mamanya ikut menoleh, “Iya, siapa dia sayang?” tanyanya pada Beryl Beryl rasanya ingin menjedotkan kepalanya ke setir mobil agar bisa amnesia saja. “Kamu siapanya Beryl, nak?” tanya mama dengan nada keingintahuan lebih Isabella menggigit bibirnya sebelum menjawab, “Saya pacarnya Beryl tante.” ___________________________________ Disinilah Isabella berada sekarang. Di sebuah rumah mewah milik keluarga Beryl. Begitu masuk ke rumah Isabella bahkan merasakan dirinya sangat kampungan karena terus mengagumi rumah yang dia pijaki. Setelah mengaku sebagai pacar bohongan Beryl tiba-tiba saja mama Beryl yang bernama Elis menawarinya untuk berkunjung. Berkunjung selarut ini?! “Kamu sudah berpacaran lama sama Beryl, Bella?” kata Elis yang sedari tadi menatapnya dari ujung kaki hingga kepala. Ini kali pertama Isabella merasa terintimidasi oleh tatapannya. Meski Isabella tengah bersandiwara tetap saja dia merasa sangat gugup. Apalagi Beryl mendiamkannya semenjak pengakuan gilanya tadi. Isabella melirik Beryl namun laki-laki itu justru menatapnya balik. Seolah meminta Isabella menjawab pertanyaan mamanya. Laki-laki ini sama sekali tidak membantu. “Belum tan. Baru enam bulanan.” Beryl berdecak kesal mendengar penuturan Isabella. Benar-benar kelewat polos. “Kamu tahu tidak, Bella. Kamu itu adalah perempuan pertama yang dibawa Beryl ke rumah. Kalau tadi mama sama papa nggak mergokin kalian di dalam mobil berduaan mana mau dia ngenalin kamu ke tante sama om.” Isabella terkekeh kecil. “Saya juga merasa sedih tante. Kata Beryl tante galak. Jadi kapan-kapan saja dikenalinnya.” Elis melotot marah kepada anaknya, “Kamu membuat kesan buruk mama di depan Isabella, Beryl!” Beryl menggeleng cepat, “Bukan begitu, ma.” “Kamu nggak gentle sama sekali, Beryl. Mengaku punya pacar saja tidak berani.” Papanya ikut mengompori “Benar. Mama kecewa banget sama kamu, Beryl.” Mamanya kini berpindah duduk di samping Isabella. “Jangan dengarkan apa yang dibilang sama Beryl, Nak. Tentu saja tante ini nggak galak. Tante senang banget akhirnya Beryl punya pacar. Tante sempat mikir mau jodohin dia sama anak teman-teman tante. Pantas saja sedari tadi mukanya cemberut terus nggak mau kenalan sana sini. Eh ternyata sudah punya yang cantik begini, toh.” “Iya tante. Isabella percaya kalau tante Elis baik banget.” Beryl menscroll ponselnya asal. Bosan juga disalahkan begini. Mana Isabella pakai acara bersandiwara tanpa persetujuan darinya pula. Sungguh kejutan luar biasa “Isabella malam ini tidur disini saja. Kita ada kamar tamu kok.” “Di luar juga hujan. Lagipula ini sudah larut malam. Pastinya Beryl juga mengantuk dan tidak boleh berkendara juga.” “Nggak usah tante. Isabella akan pulang saja.” “Tante dan Om nggak sekuno itu kok,” Isabella dan Beryl saling berpandangan. Mereka cukup terkejut dengan kalimat dari mama Elis. “Atau kamu mau satu kamar sama Beryl saja?” godanya membuat Beryl menolak dengan cepat “Maa, jangan mulai deh.” “Mamamu udah pengen cucu, Ber. Kamu harus ngerti dong. Kamu kebanggan kita loh.” Beryl menyisir rambutnya ke belakang. Merasa frustasi sekali berhadapan dengan orang tuannya. “Beryl menikah dulu baru ngasih kalian cucu.” Katanya pelan Mama Elis menjentikkan jari, “Bagus itu. Jadi kapan kalian mau rencana menikah?” _____________________________________ “Lo gila apa pakai acara ngaku-ngaku dan ngomong ngelantur sama mama gue?” Beryl tiba-tiba saja menarik tangan Isabella ke halaman belakang yang terhubung langsung dengan kolam renang “Gue nyelamatin elo dari perjodohan yang bakal mama lo lakuin, Beryl. Lo harusnya berterima kasih sama gue dong.” “Lo gila!” Isabella melepas genggaman tangan Beryl. “Lo nggak lihat raut wajah yang memancarkan harapan dari kedua orang tua elo yang mau anaknya punya pacar?” “Gue akan punya cewek tapi nggak dengan gini juga, sialan.” Beryl jadi frustasi sendiri dengan orang-orang disekelingnya. Kenapa tidak ada yang mengerti dirinya, sih. “Tapi lo pernah nembak gue. Beryl.” Isabella menjelaskan bahwa Beryl pernah mengutarakan niatnya untuk berpacaran dengannya Beryl mengeluarkan smirk, “Tapi lo juga tahu itu buat melindungi elo. Bukan semata-mata gue jatuh hati sama elo,” ujarnya terdengar sadis Isabella bersandar di dinding, menatap Beryl tajam. “Gue juga nggak baperan juga jadi cewek.” “Gue mau menginap disini malam ini. Besok pagi-pagi buta gue bakalan balik naik taksi.” Isabella melanjutkan ucapannya “Kenapa harus disini?” Beryl tidak tahu Isabella tengah merencanakan apa. Yang jelas dia harus tetap waspada apalagi di area rumahnya. “Mama elo nawarin.” jawab Isabella “Lo bisa menolak.” “Gue nggak sejahat itu.” ujar Isabella “Gue nggak suka lo tidur disini,” Isabella terdiam beberapa saat sampai Beryl dibuat bingung karena perubahan sikap Isabella yang mendadak. Tiba-tiba saja Isabella menarik kerah jas yang dikenakan Beryl hingga membuatnya bergerak mendekati Isabella. Jika dilihat posisi mereka sangat intim dengan jarak sedekat ini. Bahkan keduannya sama-sama merasakan deru nafas masing-masing. “Apa yang mau lo lakuin, Bella. Berhenti buat main-main.” Beryl menggeram kesal “Haruskah kita melakukannya disini sekarang, sayang?” Beryl mendorong tubuh Isabella. Membuat posisi mereka saling menjauh “Lo harus tahu Bella nggak semua laki-laki akan nyaman dengan perlakuan murahan yang selalu lo tunjukkan. Berhenti buat terus menggoda gue. Gue bukan laki-laki seperti Nando atau Kenand.” kata Beryl sebelum meninggalkan Isabella sendirian di halaman belakang
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN